Puisi 11-20
Masa Kemerdekaan
Erika SD
Tuhan, apakah seperti ini
kemerdekaan akan dihabiskan
oleh suatu bangsa?
Teroris-teroris
masih ada
mereka
berkeliaran meledakkan bom
membuat trauma
psikis anak-anak
menjatuhkan
banyak korban
sedang keamanan
negara makin goyah
sebab teror-teror
makin membeludak.
Tuhan
linangan air mata dan keresahan ini menghantui
kami
sedang kami hanya bisa pasrah kepadaMu,
Tuhan.
Lindungilah kami dari kaum teroris
sebab mereka adalah pembunuh,
perenggut Hak Asasi Manusia.
Mereka tak punya agama,
sedang engkau nyata adanya
di dalam ajaranmu yang benar.
Hujan, Kota, dan Nikmat yang
Terdustakan
Erika SD
Sore pukul empat derasnya hujan membuka
senja
membasahi sudut-sudut kota,
jalan beraspal dan atap metropolitan.
Sore pukul empat
kota tak berTuhan
sebab mereka
lupa menyebut-Nya
pada nikmat yang
dijatuhkan-Nya
bahkan tak
sering mereka syukuri
malah tersulut
caci maki:
“Hujan selalu
menyebalkan! Karena ia, tubuhku jadi basah! Hujan merepotkan!”
Lalu karena kesal, mereka rapatkan
bangunan kota.
Tinggikan rumah-rumah agar banjir tak
menyelinap tidur nyenyak
dan mereka buatkan selokan bawah tanah supaya
air tak menggenang.
Tapi mereka
lupa:
Buah dari pohon
yang dibesarkan hujan,
daging dari
hewan yang air cukupkan kebutuhannya:
Pemenuh perut mereka.
Dan mereka
pura-pura tak ingat
pada air yang
mereka tenggak, setelah mereka jual
untuk rakusnya
dunia tanpa ingat nikmat Tuhan.
Teroris, dimana alamat surgamu?
Karya :
Fahrul M.A.
Jika teroris mencari surga dengan
membunuh diri dan membunuh orang lain, dimana sebenarnya alamat surga mereka?
Mereka mirip drakula pengisap darah, bisa jadi surga mereka adalah rumah tua yang
pengap, sepengap hati dan pikiran mereka
Atakaukah, surga mereka berupa goa-goa purba, sepurba akal mereka yang
menghalalkan segala cara untuk membunuh buruan mereka?
Oh... Teroris!
Dimanakah alamat surgamu
Kau teriakkan nama tuhan tapi kau jadi setan!
Setidaknya kau ingatkan kami tentang rasa persatuan dan kesatuan
Laut
Karya
: Fahrul M. A.
Oh laut
Birumu sungguh menawan
Birumu menandakan keindahan alam
Birumu bagaikan langit yang
benderang
Oh laut
Kau kaya
Ikan, mutiara
Terdapat diperutmu
Kau bagaikan tempat tinggal bagi
mereka
Oh laut
Ombak pulang memecah berderai
Ke ribaan pasir rindu berpaut
Ombak datang bergulung-gulung
Lalu kembali lagi ketengah segera
Ombakmu bergelombang- gelombang memecah ke pantai
Menggambarkan keadaan hatiku
yang datang lalu menghanyutkan semuanya
Jelmaan
Firly SM
Dengan tiba-tiba kau datang
Menghancurkan apa yang telah
diperjuangkan
Dengan amarah kau menyerang
Mengenyahkan semua yang telah
dimenangkan
Semua keinginan
Semua harapan
Kisah kehidupan
Kau renggut seketika
Hatimu sekeras batu
Mungkin anggapmu
Semua yang tak sama denganmu
Adalah sampah
Hidup
Firly SM
Suka dalam sepi
Sepi dalam suka
Hitam diantara
putih
Putih diantara
hitam
Semua kebaikan
Akan tergantikan
dengan keindahan
Semua keburukan
Akan tergantikan
oleh kesuraman
Kehidupan hidup
Untuk membuktikan
Yang rendah akan
kukuh
Dan yang sombong
akan binasa
Sadarlah Orang yang Kuat
Indal DAL
Kapan kau akan
berhenti
Untuk selalu
menggerogoti
Menggerogoti
tubuh lemah
Yang selalu
merasa resah
Ketika kau masuk
dalam perangkap
Kau hanya
tertawa
Ketika semua
tubuh lemah menatap
Kau hanya
bahagia
Dimana hati
nuranimu
Menganggap
perangkap sebagai istanamu
Dimana hati
nuranimu
Kesengsaraannya
sebagai kebahagiaanmu
Kapan kau akan
sadar
Akan semua
dosamu
Kami hanya
bersandar
Melihat
kelakuanmu
Pahlawan Hidupku
Indah DAL
Di setiap derai
keringatmu
Yang mengalir
dari keningmu
Yang selalu
mengalir demiku
Terima kasih
ayahku
Kau
mempertaruhkan nyawamu
Setiap hari
demiku
Tanpa lelah kau
beradu
Demi
kebahagiaanku
Maaf selalu
dariku
Yang selalu
mengecewakanmu
Aku tidak dapat
membalas jasamu
Hanya doa yang
terlantun dariku
Janjiku selalu
untukmu
Untuk dapat
membahagiakanmu
Karena suatu
saat nanti
Janjiku akan
terbukti
Maaf beribu maaf
dariku
Terima kasih
dariku
Hanya itu
lantunanku
Untuk pahlawan
hidupku
Bertopeng Agama
Karya : Ingelia Yuan Fernanda
Hei kau kriminal
Cantik topengmu
Indah bujuk rayumu
Gaet orang bodoh
Terjerumus jurang bertopeng agama
Hei kau kriminal
Yang bekerja tak sendirian
Sekongkol tanpa diketahui
Sembunyi tanpa ditemukan
Ajak sanak saudara tenggelam dalam kebodohan
Engkau ...
Sungguh keterlaluan
Berbekal petasan skala besar
Hancurkan bangsa
Tak punya belas kasih
Mematikan kehidupan
Kenang Semalam
Karya : Ingelia Yuan Fernanda
Semalam indah
Kau dan aku
Mesra di taman
Purnama menyaksikan
Berpeluk dalam dingin
Berselimutkan tanganmu
Terasa hangat
Usap tanganmu pada surai rambutku
Terasa hingga ku terlelap
Andai ku tahu
Itu caramu ucap perpisahan
Terlambat
Kau telah pergi
Bergandeng kenangan
Kesisi Tuhan
Sirnanya Impian
Karya:
Khori’ah Nurjannah
Kala sang kerlip malam bertaburan
Pancarkan kilauan terang
Berkedip di sekitar rembulan
Membangkitkan
hasratku untuk memetiknya
Namun
ketika aku berusaha mendekatinya
Dan
mencoba meraihnya
Cahayanya
sirna
Sejenak aku berhenti
Berpikir sembari memandangi
Kusadari bahwa langkahku tak berguna
Semua sebatas mimpi belaka
Aksi Teror
Karya:
Khori’ah Nurjannah
Sungguh kejam kau lakukan
Hidup kami kau hancurkan
Tiada sedikit pun kami mengerti
Apa penyebab semua ini
Sungguh tega kau berbuat
Kini dunia kami begitu senyap
Mimpi-mimpi kami telah lenyap
Karena kau jahat
Apa salah kami
Kenapa kau melakukan ini
Meledakkan tempat tinggal kami
Memusnahkan semua yang kita miliki
Apa salah kami
Mengapa ini harus terjadi
Tanpa rasa bersalah kau beraksi
Dan kami yang merugi
Toleransi atau Dengki?
Karya : Mahdaviqia D.
Lantunan
Kitab Suci mengalun lirih dari Mushola
Bersautan dengan
Lonceng dalam Pura
Kidung-Kidung
merdu keluar dari penjuru Gereja
Dari Vihara,
semerbak mewangi tercium dupa
Lantas,
engkau tega membuyarkan semuanya?
Mengadu keduanya
dengan agama?
Bukan siapa
yang pantas menang atau berkuasa
Tetapi,
siapa yang menjunjung tinggi cinta
Cucur peluh
para pejuang belum lagi kering
Melewati jalan
terjal menjunjung persatuan
Cukupkah
tega melihat semuanya laksana ranting?
Hangus berabu
diterjang perapian
Aku bersandal
dan kau bersepatu bukan alasan
Sebab kita
sama memakai alas pijak kehidupan
Aku coklat dan
kau putih bukan alasan
Sebab kita
sama terlahir dari rahmat Tuhan
Aku Sabang
dan kau Merauke bukan alas an
Sebab kita
sama dalam Ke-Bhinekaan
Akan ku ceritakan
kepada anak cucuku nanti
Bahwa kita
tak takut mati
Kepada
mereka yang mengusik Indonesia
Negeri elok
yang harus kita jaga
Bejatnya Negeriku
Karya : Mahdaviqia D.
Seberat
inikah menjadi penerus bangsa?
Menjadi penjaga
sekaligus penyangga
Hidup dan
matinya suatu Negara
Maju dan
mundurnya suatu bangsa
Tapi bagaimana
alurnya?
Untuk menjalani
semuanya
Kadang hati
terasa terlampau lelah
Karna kita
terus menerus dipaksa mengalah
Karna kami
di plester dengan tangannya
Dan mereka
terus mengeluarkan isi empedunya
Mengapa sebuah
fikiran bebas harus selalu dianggap berbahaya?
Mengapa mereka
selalu berfikir bahwa kita tak dapat dipercaya?
Biarlah itu
semua berlalu
Padamu,
kuserahkan semua milikku
Entah bagaimana
engkau menjalaninya
Semoga engkau
kuat dengan semuanya
Rindu
Oleh
Monica Febriyanti
Setiap malam di lelapnya tidurku
Kamu menjelma sebagai akar dari sarafku
Semakin lama menjamah di seluruh isi kepalaku
Merasuk kedalam pikiranku yang kelabu
Setiap aku terbangun dari tidurku
Kudapati lagi kamu yang menjelma sebagai kicauan
burung
Menyapaku dengan manis di ranting pohon jeruk
Yang semakin lama menambah kerinduanku
Apa kamu tak menyadari bahwa aku rindu
Ingin melihat paras san raut senyumanmu
Ingin bertemu namun jarak menjauh
Dan aku hanya bisa menunggu
Senyumanmu membuatku terasa jatuh
Jatuh cinta padamu
Namun aku hanya penikmat senyummu
Untukmu yang berada disana, aku merindukanmu….
Banjir
Jakarta
Oleh
Monica Febriyanti
Hujan terus turun tak kunjung reda
Seakan-akan hujan tak mau untuk dijeda
Dan ini akan menjadi suatu pertanda
Bahwa mungkin banjir akan melanda
Ternyata memang benar……
Banjir pun melanda Ibu Kota Jakarta
Hati terasa sesak didada
Melihat kota Jakarta dilanda banjir yang besar
Ku lihat semua orang lari menyelamatkan harta
bendanya
Ku dengar orang-orang berteriak meminta bantuan
Ku dengar lagi suara tangisan dan kekhawatiran
Semakin membuat pilu jika melihatnya
Sungguh…. Ini adalah kebesarannya
Selama ini kita hanya membuat lingkungan menjadi
rusak
Dan ini mungkin adalah teguran untuk kita
Agar kita lebih memelihara lingkungan alam kita
Teroris, di Mana Alamat Surgamu? - Kompas.com
BalasHapus