Puisi 21-34
Kekasihku
(Najma
Nur Walida)
Saat matahari sedang
menampilkan sinarnya
Aku melihatmu tercermin dibawah sinar sang surya
Melihatmu bercahaya membuat
hatiku bahagia
Timbul inginku menghabiskan waktu berdua
Hari ini kita bersama-sama
Dengan sejuknya angin, kita berdua
Bolehkah aku memelukmu?
Aku benar-benar telah jatuh kepadamu
Apakah engkau akan
selalu disini, kekasihku?
Benarkah engkau kan
berada disisiku selalu?
Aku hanya akan
mengikuti kata hatimu
Jadi, biarkan aku
menggenggam tanganmu
Wanita
Melata
(Najma
Nur Walida)
Kepada para wanita,
Yang rela menjual diri kepada pria
Lekaslah memohon ampun kepadaNya
Karena akhir zaman tak lagi lama
Kenapa
engkau melakukannya?
Apa
karena akibat perpisahan orangtua?
Atau
karena ingin mendapatkan uang semata?
Sungguh
perbuatan itu lebih hina daripada binatang melata
“MILIK SIAPA, UNTUK
SIAPA?”
Nalendra R
Harta dipeti, raib
Harta segudang, hilang
Ditanya KPK, si tikus membentak
Dibongkar sarangnya, ditemukan berlian
Katanya kejujuran , Seperti apa?
Penipu berlidah manis
Pura pura jadi penarik pajak upeti negeri
Ternyata untuk dikantongi seorang diri
Si tikus foya foya, Si tikus mandi emas
kaya raya
Otak udang mengaku pejuang keadilan
keadilan macam apa?
si tikus yang dianggap penyelamat
tak lebihnya seorang pengkhianat
semut yang mencuri nasi dibunuh mati
si tikus yang korupsi bebas kesana kemari
harimau penjaga, bisu ditutup harta
ini Negara atau rimba?
yang gemerlap semakin berkilau
yang kucel semakin dicekik
rakyat jelata berteriak menjerit
namun harta masihlah menang atas segalanya
ini negeriku bukan negeri boneka
ini Indonesia milik kita, untuk kita
stop korupsi, itu hina
“KUTITIP RINDU
LEWAT SENJA”
Nalendra R
Jenawi telanjangku memeluk erat pasir senja itu
Alun mendebur, bayu berbisik pilu
Rumahku jauh diseberang
Ia kini kaku, Semati tugu
Gubuk reyot itu masih gagah berdiri
Temaram, sebagai lentera kala pagi
Dingin menyusup, merasuk ke iga
Sayup sayup kudengar denting wajan ibu
Sesekali batuk menggoda ayah
Gurat wajahnya lelah, dimakan usia
Mentari merayap tinggi
Mata sayu itu masih hangat disanubari
Cangkul dikanan, ubi dikiri
Ladang penghuju dari setiap harap
Biar susah payah, Biar lelah
Ia lalui badai yang menghadang dengan tabah
Demi putri yang semoga hidupnya lebih cerah
Rumahku jauh diseberang
Ia kini kaku, Semati tugu
Karena aku rindu ayah dan ibu, Aku enggan
pulang
Rumahku adalah saksi bisu
Tentang kisah haru sebuah perpisahan
Pada gurat jingga itu aku menumpahkan
derita
Terimakasih, karena mau membesarkanku penuh
kasih
Pemilik Hati
Nanda Nova Nur
Diana
Tawa mu datar
Tapi aku rindu
Senyum mu tawar
Tapi aku candu
Kedatangan mu
Mengisi kekosongan hidupku
Namun kepergian mu
Menyisakan tangis pilu bagiku
Kau menawarkan kebahagiaan
Dan aku menuntut kemesraan
Tak peduli bagaimana kisah mu
Karena yang ku mau hanya kasih mu
Terima kasih atas kehadiranmu
Yang telah menghapus piluku
Semenjak hari itu
Hati ini milik mu
Bom Kepedihan
Nanda Nova Nur
Diana
Ini siang
Tapi, tertutup gelap
Ini musim hujan
Tapi, hujan air mata
Entah apa yang terjadi
Mereka resah mencari tempat ungsi
Seluruh negeri turut bersimpati
Melihat saudara sendiri
terluka di bumi pertiwi
Tak perlu resah wahai kawan
Mungkin ini hanya cobaan
Pemerintah telah turun tangan
Demi Indonesia yang lebih mapan
Pernah
Singgah
Karya
Nawang Mega
Waktu terus melangkah
Namun kenangan itu enggan pergi
Kenangan pada sosok yang pernah singgah
Yang pernah buat ku semangat setiap pagi
Ego kumungkin keterlaluan
Yang buatmu tak tahan
Hingga akhirnya kau menjauh perlahan
Dan aku diselimuti penyesalan
Kini kurindu sosok mu
Yang menjadi tempat bersandar kala dulu
Wajarkah bila aku masih memikirkan tentangmu ?
Meski ku tau ini buat kupilu
Kini kau hanya hadir dalam mimpi
Dan aku bukan pemilik senyum mu lagi
Maaf untuk setiap kalimat yang melukai
Terima kasih atas kenangan indah,
untukmu yang
pernah singgah
Teror
Karya
Nawang Mega
Suara ledakan meresahkan, yang disusul suara jeritan
Bom yang diledakkan mengundang kematian
Bergelimpangan mayat-mayat berdarah
Seketika, air mata pun tumpah
Kita terluka, kita berduka
Jalani hari dengan nestapa
Diselimuti rasa gelisah
Dengan jiwa-jiwa yang resah
Manusia dengan segala ambisinya
Berorientasi pada sebuah nikmatnya surga
Membutakan segala pandangannya
Tak peduli pada hilangnya puluhan raga
Kau rusak tempat ibadah,tempat dimana insan berserah
Kau jadikan tanah ini binasa, tak takut kah kau pada
dosa?
Kau buat manusia hidup dalam resah juga gelisah
Timbulkan ketakutan yang luar biasa
Surat Hati Kecilku
Karya: Niken Ayu T
Engkau...
Pemimpin yang luar biasa
Dikala mimpi jadi nyata
Hanya ini yang bisa ku berikan untuk mu
Ku, tengok sekeliling ku
Banyak perismpangan di hadapan ku
Hanya engkau yang menjadi panutan ku
Hanya engkau yang mengarahkan ku
Ayah...
bunda...
Teruslah menjadi matahari ku
Yang slalu ada untuk menyinari setiap langkah ku
Sebelum mata tertutup dan hidung berhenti bernafas
Aku ingin engkau
Melihat anak mu...
Tumbuh menjadi orang yang mampu
Untuk membahagiakan mu...
Masalah Untuk Negriku
Karya: Niken Ayu T
Indonesia,
Sungguh malang nasib mu sekarang
Banyak masalah yang harus kau hadapi
Hingga negeri ini sudah tak damai lagi
Masalah politik dimana-dimana
Orang atas tak memikirkan rakyatnya
Kemiskinan pun merajalela
Peraturan yang sudah tak bermakna
Hingga,
Indonesia kembali seperti sebelum merdeka,
Banyak terorisme melakukan bom bunuh diri,
Mengakibatkan bangunan rusak dan orang-orang tewas,
Apakah, mereka sudah tidak takut kepada Tuhannya?
Kami mohon padamu Tuhan
Janganlah ini terjadi lagi
Segala cobaan yang kau berikan
Dengan sekuat hati kami menerima kenyataan ini
Mengagumimu
Karya :Ning Dainty
Aku mengagumi mu dari beberapa
tahun lalu
Sejak kau dan aku bertemu
di hari itu
Tak saling bercengkrama tapi
aku tau
Bahwa kamu cukup berarti bukan
hanya untukku
Melihatmu saja seperti candu
bagiku
Bertemu denganmu menjadi penyemangat
hariku
Parasmu yang mempesona
KaruniaTuhan yang luar biasa
Tak bias dipungkiri
Kau tak mungkin kumiliki
Lewat puisi ini akan ku sampaikan
Bahwa aku mengagumimu dalam
diam
Dentuman Asa
Karya :Ning Dainty
Aku melihat gemerlapnya bintang
Yang bersinar menerangi semesta alam
Kemarin kulihat layar berita
Konflik SARA terjadi dimana-mana
Menghancurkan kemajemukan rakyat Indonesia
Jangan menangis lagi
Kau tak perlu bersedih lagi
Tak perlu kau bersedih meratapi
Semua pilu yang telah terjadi
Tak
Dapat Memilikimu
Oleh : Oktavia Triska Putri
Purbaningrum
Tak pernah sedetikpun
Waktu berlalu
Ku tak mempikirkanmu
Di benakku hanya ada dirimu
Yang selalu membayangiku
Namun ku tak dapat memilikimu
Menggapaimu, Apalagi mengharapkanmu
Yang begitu jauh dari pandanganku
Karena sekarang yang kutahu
Kau telah dimiliki seseorang, Yang lebih mencintaimu
Terorisme
Oleh : Oktavia Triska Putri
Purbaningrum
Teroris adalah musuh kita
Mereka begitu jahat
Tidak mempunyai akal sehat
Juga tidak mempunyai belas kasihan
Mereka membuat kerusakan dimana - mana
Mereka membuat kerusuhan dimana - mana
Yang meluluhlantahkan banyak korban jiwa
Dan menyakiti nurani yang tak berdosa
Kata mereka jihad namanya
Yang di iming - imingi masuk surga
Dan mendapat banyak pahala
Namun itu hanyalah kebohongan belaka
Rindu
Putri
Eka
Pagi ini dengan senyuman mentari
Ku tulis sebuah kata hati
Yang sedang merindu
Dengan rasa pilu
Apakah
dirinya tahu
Apakah
dirinya terasa
Apa
yang aku rasa
Apa yang aku tunggu
Kau
Seorang humoris nan manis
Diriku menunggumu
Menunggumu disini
Menunggu
dengan kesetiaan hati
Mengharap kau segera
kembali
Tuk bahagia bersama
Menyambut indahnya alam
semesta
Kebohongan
Putri
Eka
Lihatlah dirimu
Tidak punya rasa malu
Dari apa yang kau perbuat
Telah menyalahi kodrat
Wanita menjadi pria
Pria menjadi wanita
Apakah dirimu tak takut
Tuhan
Tak takut siksa neraka?
Apa kau pikir tindakanmu benar?
Tidak seperti itu!
Tindakanmu justru membuatmu sesat
Jauh dari jalan yang lurus
Buat
apa itu semua
Hanya
tipuan semata
Kau
bisa membohongi semua manusia
Tetapi
tidak dengan Tuhan
Semestaku
Karya:Rifqi Nadaa Nabiilah
Tak banyak yang
ku sadari
Tak banyak yang
ku pahami
Tak banyak yang
ku mengerti
Karna
semestaku tlah kau miliki
Beribu bintang
di langit
Satu cahaya
tampak menerpa
Indah cahaya
rembulan
Menemani sang
malam
Semesta akan
selalu ku jaga
Semestaku ada
padamu
Semesta abadi
selamanya
Alamku yang Runtuh
Karya:Rifqi Nadaa Nabiilah
Mahakarya indah
sang pencipta
Terbentang luas
khatulistiwa
Padang rumput
terhampar luas
Kini bak padang
pasir yang gersang
Awan putih
terbang indah
Kini bak
kumpulan domba hitam
Kota yang dulu
asri
Udara bersih ini
kau cemari
Alamku kini yang
sudah rusak
Semua akibat
ulah tangan manusia
Sibuk mencari
nafkah
Hingga melupakan
alam tercinta
Guruku
Royan Falaqun Nizar
Guruku
Kau mengajariku
dengan perlahan
Membimbingku
dengan penuh perhatian
Kaulah penunjuk
jalan
Bagi generasi
masa depan
Guruku
Jasamu kan slalu ku ingat
Hingga akhir hayat
Terima kasih pahlawan bangsa
Pahlawan tanpa tanda jasa
Gunung Meletus
Royan Falaqun Nizar
Dulu Kau begitu
baiknya
Mata airmu
menghidupi segalanya
Hewan dan
manusia menggantungkan hidupnya
Dengan apa yang
Kau punya
Namun, semua itu berubah
Saat Kau mulai marah
Kau takuti hewan dengan abumu
Kau usir manusia dengan suaramu
Kau hancurkan semua dengan lahar
panasmu
Kini semua telah
terbalas
Apa Kau merasa puas
Melihat hewan
terbaring lemas
Melihat manusia
tertidur pulas
Sepotong Kata
yang Tak Terucap
Oleh Tintin Muliani
Aku bangga
bisa berada disini
Diantara
pelukan yang sehangat mentari,
Aku pun
mengerti bahwa kamu juga mengerti
Bahwa di
tempat ini tidak ada yang diciptakan abadi,
Karenanya,
biarkan aku tetap disini
Jangan
lepaskan aku pergi
Jangan
pergi,
Sekalipun
aku membuatmu lelah
Maaf,
Membuatmu
jengkel dan marah
Maaf,
Penyesalan
Titania Ap
Torehan puisi ini
Hanya ingin kau mengerti
Sesuatu baru terasa berharga saat pergi
Dan kau berharga untuk kumiliki
Kesetiaan yang tak pernah dihargai
Ketulusan yang tak pernah ditanggapi
Rasa yang tak pernah dihiraukan
Kini telah hilang
Meninggalkan sebuah kenestapaan
Penyesalan yang tak berujung
Aku ingin kau pulang
Wahai
Penerus Bangsa
Titania Ap
Inikah penerus bangsa sekarang ?
Mereka yang terjatuh ke jurang kehancuran
Mereka yang tak mengenal arti dosa
Ternodai dengan pikiran-pikiran sesat
Terpenuhi dengan khayalan berbahaya
Buasnya perkembangan zaman
Karakter penerus bangsa semakin bobrok
Moral yang tak lagi indah
Akhlak yang semakin merosot
Kemanakah kalian penerus bangsa yang
selalu diidam-idamkan?
Tak sadarkah kalian akan masa depan
bangsa
Bangsa yang berada di tangan kalian
Kembalilah wahai penerus bangsa
Kembalilah kedidikan bermoral para
leluhur
Sahabat Aku Rindu
Karya
:Valling Valentin
Sahabat adalah ladang hati
Yang harusnya ditaburi dengan kasih
Dan disuburi dengan rasa terimakasih
Engkau, satu sukma
Yang memelukku dengan air mata cinta
Menemani dalam gelap gulitanya semesta
Hingga menghangatkan, dari angin yang
fana
Engkau, laksana fajar
Yang berpijar, kala senyummengembang di
atas altar
Engkau adalah semburat senja
Yang menghiasi tawa dengan air mata
Engkau adalah kejora
Yang menyempurnakan cinta dengan lara
Wahai sahabatku
Saat senyummu mulai layu
Awan sendu, hujanpun membiru
Sahabat, dengarkan jeritanku
Yang meronta, karena rinduku padamu
Anak Bangsa
Karya
: Valling Valentin
Generasi demi generasi silih berganti
Tapi prestasi selalu sepi
Wahai anak bangsa, anak nusantara
Karaktermuitu citra
Ketika zaman terus berkembang
Anak bangsa harusnya turun tangan
Bekerja hadapi tantangan zaman
Mari, bangkit dari ketepurukan
Bangkit dari carut marutnya kehidupan
Jadilah figur panutan dan tauladan
Tunjukkan pada dunia
Anak bangsa bisa berkarya
Siapa Kamu
Dalam rintik hujan
Kau datang dengan payung hitam mu
Memintaku berlindung pada mu
Meminta ku beradaa di sisi mu
Kilau cahaya bersinar
Senyum mu mmberiku pertanda
Sama sepertiku
Kau berbinar dalam kebahagiaan
Kini aku tahu
Siapa kamu
Dan untuk apa dirimu dihadirkan
Oh ibu
Kau
Rintihan suara
belas kasihan
Terdengar matang
Tangisan sedu
mengguncang
Melihat yang
lain hilang
Sudahkah kau
bosan?
Sudahkah kau
pantas?
Sudahkah kau
benar?
Sudahkah kau
senang?
Tak ada
ketenangan esok
Kau akan
terbalas
Dengan yang
hilang
Komentar
Posting Komentar