Puisi 1-10


Terorisme
Karya: Annisa Rosida

Gemuruh jerit tangis di telinga,
Kian menusuk hati dan jiwa
Bagaiperompak yg tak tau rasa iba,
Iabunuh nyawa-nyawa tak berdosa

Dunia ini sungguh gila !
Mereka tak sadar tuhan murka
Menonton lakon yang ada di depan mata
Yang turut mengacaukan semesta

Anak-anak menderita..
Orangtua turut waspada
Sebab semua..
Tak berjalan sebagaimana mestinya

Oh tuhan..
Tabahkanlah hati mereka
Berikanlah secuil harapan
Damaikanlah semesta alam

Rasa Paling Tulus
Karya: Annisa Rosida

Bukan ucapan selamat pagi yang ingin kudengar
Bukan pula coklat manis yang ingin ku dapatkan
Sebab ada yang lebih indah dari semua itu
Doa Ayah Bundaku

Belum pernah ku jumpai ketulusan lebih darinya
Yang mendoakan tanpa diminta
Yang menjaga dengan penuh cinta
Dan memberikan segalanya

Bukankah itu, terlampau indah?
Lantas mengapa engkau gundah
Doakanlah mereka senantiasa
Agar bisa menyaksikan engkau berjaya





CINTA
Karya : Auralya Sekar Nabella Putri

Banyak orang berkata cinta itu buta
Tapi mengapa aku bisa memandangi keindahanmu
Banyak yang bilang cinta itu tak ada logika
Tapi mengapa di pikiranku selalu menyimpan senyummu
Apakah kamu tahu
Aku sangat merindukanmu
Merindukan senyuman manismu
Dan segala tentangmu
Tentang rindu yang selalu mengusik jiwaku
Biarlah ini menjadi tanggung jawabku
Karena waktu takkan mampu menyapu rinduku
  
Gunung Meletus
Karya : Auralya Sekar Nabella Putri

Kau datang secara tiba – tiba
Mengusik ketenangan
Orang – orang lari menyelamatkan diri
Mereka terlihat tak berdaya
Kau merusak semua yang ada disekitarmu
Membuat mereka, kehilangan semua yang mereka punya
Kau juga nyaris memakan korban jiwa
Hanya kesedihan dan air mata
Melihat semua hancur karenamu
Mungkin....
Tuhan Menunjukkan kuasanya





Bom
Karya : Cheilla S


Wahai teroris
Bahagiakah anda telah membunuh manusia tak bersalah ?
Bahagiakah anda telah merusak lingkungan yang indah?
Hidup ini bukanlah sebuah mainan
Yang bisa anda mulai dan akhiri dengan seenaknya
Ini bukan hanya tentang hidup anda
Namun, juga tentang kehidupan orang di sekeliling anda
Berpikirlah ribuan kali untuk melakukan sesuatu


Malam
Karya : Cheilla

Matahari pergi dengan marah
Karena manusia mengacuhkannya
Karena mereka sibuk dengan urusan mereka
Mereka merusak alam seenaknya
Hingga Tuhan menjadi murka
Dan mendatangkan malam
Yang sangat gelap
Agar mereka jera




Mata Indah Itu
Karya : Cherlie Ferisna Febrianti

Saat ku terluka karena cinta
Mata indah itu datang dengan tiba - tiba
Aku yang semula tak menyadarinya
Terkejutkan oleh sikapnya yang berbeda

Tak bisa ku pungkiri rasa itu mulai menghiasi
Indah mata, senyum, dan lembut katanya tenangkan hati
Seketika aku pun bertanya - tanya
Telahkah ku jatuhkan hati padanya?

Entahlah, biarkan ini berjalan semestinya
Hari - hariku terasa lebih berwarna karena kedatangannya
Namun seketika harapan itu pun sirna
Ketika ku melihatnya dengan wanita itu, iya benar wanita yang ia cinta

Tuhan .....
Mengapa Kau izinkan rasa ini ada
Jika Kau tak izinkan tuk bersatu
Tuhan .....
Kan ku biarkan dirinya bahagia
Dan kini satu hal yang kupinta pada - Mu
Biarkan ku tetap menikmati indah matanya, senyumnya, dan lembut katanya
Hanya itu dan cukup itu

Indonesiaku, Apa Kabarmu?
Karya : Cherlie Ferisna Febrianti

Indonesia .....
Negeri dengan beribu kekayaan alam dan kebudayaan
Negeri dengan segala potensi yang ada di dalamnya
Namun mengapa rakyatnya masih saja menangis di tanahnya?
Kemanakah aset negara yang seharusnya membuat bahagia?

Apakah tikus - tikus berdasi itu alasannya?
Iya, memang benar mereka yang tak berhati itu jawabannya
Kekayaan yang sepenuhnya untuk rakyat
Dirampasnya dengan rasa tak berdosa

Korupsi .....
Masih saja terus menjadi akar permasalahan negeri ini
Seakan - akan sudah menjadi budaya sendiri
Dilakukan hanya untuk nafsu duniawi
Demi kebahagiaan pribadi

Hai, para koruptor negeri!
Tak malukah kau dengan anak istri?
Kau beri mereka makan dengan rezeki seperti ini
Tak takutkah kau pada murka Ilahi?
Pertanggung jawabkanlah perbuatanmu ini
Jangan biarkan siksa menunggumu di akhir nanti







Tikus Berdasi
Karya :Darma Yudha P.P.



Ingin rasanya ku banting binatang jalang itu
Yang tidur pulas diatas kumpulan rakyat jelata
Bermandikan berlian hasil perasan keringat para rakyat biasa
Dan tak sedikit pun binatang itu merasa berdosa

             Ingin rasanya memutus urat nadinya
             Agar indonesia ini terbebas dari binatang menjijikan itu
             Siapa lagi kalau bukan koruptor namanya
             Sebuah kata yang sama sekali tak pantas hidup di dunia yang
             indah ini .                                                                                     





Globalisasi Remaja
Karya : Darma Yudha P.P.



Hai para pemuda Indonesia
Apakah engkau mau ibu pertiwi ini lenyap
Apakah engkau ingin Pancasila hancur berkeping keping
Apakah kamu tega bila Garuda terbang tanpa Bhineka Tunggal Ika

Mungkin karena kalian enggan untuk slalu menjaganya
Mungkin karena klalian malu untuk melestarikannya
Bila kalian tidak mau menggubrisnya
Jangan harap Indonesia ini tetap mau tuk bertahan

Mengapa kalian tak mau buat ibu pertiwi menangis haru
Dengan menyebutnya di mata dunia
Pasti ia akan bangga dengan kalian.



Pemulung
Karya: Daru Viki
 Selang-seling sahutan ayam
Azan subuh pun berkumandang
Dengan penuh semangat
Memulai langkah menjemput rahmat

Menyusuri jalan-jalan kota
Mengais harta tak berharga
Terserak dan diinjak-injak
Ohh… pemulunh
Begitu pedih nasibmu

Tumpukan sampah bak emas
Membakar semangat peluh keringat
Ikhlas bekerja bersihkan kota
Meskipun hasil tak seberapa


Teroris
Karya: Daru Viki
Manusia tanpa hati
Tak terdidik nilai moral
Tak kenal nilai kemanusian
Bahkan tak kenal ilmu sosial

Manusia tanpa otak
Tak punya pikiran
Tak punya nilai agama
Tapi bawa-bawa nama agama

Manusia tanpa hati nurani
Tega menghabisi nyawa-nyawa tak berdosa
Niat jihad malah jadi mayat
Oh… teroris
Dimana otakmu
Sungguh bodoh akal pikirmu




Surga Yang Hilang
Karya : Dias Rachma
Pip… pip … pip
Tunggulah sebentar lagi
Aku tak boleh lari

Aku berada di ruang gelap pengap
Tak diizinkannya aku melepasnya
Sekelebat di pikiranku, berkata
“Untuk apa aku melakukannya ?”

Ibuku terus menengadah,
Sembari mendekapku, ia berkata
“Surga itu nyata, Nak..”

1… 2… 3
Ruang gelap ini telah sedia menjadi terang
Lepas sudah dekapan Ibuku

Sejenak ku mendengar..
Jeritan para jamaah gereja
Sirene polisi menggema
Tunggu, di mana nyanyian anak – anak ?

Jeritan “Allahu Akbar” bersahutan
Tak apa,
Aku akan mengajakmu ke Surga kelak
Ah..lega rasanya

Namun..
Seiring cairan merah,
ditanganku
Aku benar – benar melihat Surga
Namun tempat itu menjauh
Tak bias aku raih maupun rasakan

Haha..
Penyesalan itu di akhir bukan ?




Peluk Aku
Karya : Dias

Bintang dan bulan ialah temanku
Laksana lampu berpendar
Cahanya tak bias menembus hatiku
Hati yang menetes deras

Ah..
Apakah dunia sesepi ini ?
Sering aku membayangkan

Lompat ke beningnya lautan
Akankah ada seseorang yang menarikku ?
Aku takut
Aku tak menemukan keramaian

Orang itu Ibuku
Yang setia menungguku
Aku merindukanmu

Peluk aku ?
Bukan… aku peluk engkau
Ketika aku pulang






      Penjahat yang tersembunyi
                          Karya : Dinda TP

Katanya memahami larangan
Katanya juga mematuhi perintahnya
Semakin lama mengembangkan pemikirannya
Sampai sampai pemikirannya tak beraturan

Nyatanya sampai saat ini semakin tak punya hati
Kita sama manusia yang berusaha untuk mematuhi aturannya
Tapi kenapa ada saja yang membuat dunia terguncang
Membuat manusia yang tak tahu apa apa menderita

Kau puas dengan perbuatanmu
Puas dengan perkataanmu
Tuhan ampuni hambamu
Yang semakin lama semakin melunjak






Indah Paras
Karya : D. H. M. Irfan

Bunga yang mekar di pagi hari
Semerbak harum pun mengikuti
Layu dan gugurnya daun tak menjadi alasan
Karena kau tetap menjadi bunga yang menawan
Jika memang bunga tetap cantik meski tanpa daun
Begitupun juga dengan indah parasmu meski tanpa gaun
Walaupun ku hanya sebagai penikmat dari kejauhan
Selalu kunikmati pesona indahmu itu atas karunia Tuhan

Mati Tercela
Karya : D. H. M. Irfan

Racikan mesiu di dalam tabung itu
Kau racik dengan penuh makna
Hati pun tercemar oleh bujuk rayu
Akan damainya kehidupan di surga
Sayang seribu sayang
Rayuan hanyalah rayuan
Kau yang telah berjuang
Tenggelam dalam sesatnya kegelapan
Atas nama agama kau kibarkan
Merasa paling benar dengan membuat hilang nyawa banyak orang
Meledakkan diri demi sebuah rayuan
Yang kau tak tahu itu bukanlah sebuah kebenaran






IRONIS
Karya : Enrico Nanda D.A

Saat kau sadari
Aku akan segera pergi
Hendak kau kejar
Namun aku menghindar
Ka uterus mencari
Aku terus berlari
Kau menangis
Aku meringis
Lalu kau sadar kisahmu penuh elegi
Namun kuanggap kau bermain komedi

  
WARUNG
Karya : Enrico Nanda D.A

Bukankah kita terbiasa menemukannya?
Tempat berjuta anak adam berada
Tempat dimana datang hanya untuk sekedar berbincang
Kita dapat memperoleh segudang inspirasi disana
Sering kita tergoda untuk mampir
Di sana kita telah kenyang
Sampai kita tak dapat rindu lagi
Akan nikmat rahmat Tuhan
Karena itu tuhan sering mencobai kita
Dengan penderitaan tanpa pernah dihiburkannya
Kita didera dengan kehausan
Minuman di jalanan tidak bisa menyegarkan kita lagi
Hanya minuman warunglah yang dapat menghilangkan rasa dahaga kita

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anekdot Individu Absen 21-30

Puisi 11-20