Cerpen Individu 11-20



Nama : Erika Selphie Damayanti
No     : 11
Kelas : X MIPA 6

Terjebak Janji

Seperti biasanya, kala malam hari seperti ini, Kensha tengah berkutat dengan tumpukan buku di depannya. Sudah menjadi kewajiban bagi kelas XII untuk berlajar giat agar berhasil dalam menghadapi Ujian Nasional. Juga untuk mendapat beasiswa di New York University—kampus impian Kensha.
          Kensha tahu mimpinya memang terlalu tinggi. Tapi ia berusaha untuk mendapatkan beasiswa agar tak memberatkan orang tuanya—meskipun orang tuanya mampu untuk menguliahkannya di sana. Beberapa hari lagi Ujian Nasional. Tak lama kemudian tes beasiswa New York University. Kensha jelas harus menyiapkan diri.
***
Kensha tengah berkumpul dengan sahabat-sahabatnya—Rayan, Dava, dan Maliki di suatu kafe.
“Yakin, nih, kalo lo bakal dapet beasiswa New York University, lo bakal kuliah di sana?” tanya Rayan sambil bermain handphone.
“Iya, itu kampus impian gue sejak dulu.” ujar Kensha sebelum menyeruput cokelat panasnya.
“Tapi kenapa lo pakek beasiswa, kalau ortu lo mampu nguliahin lo ke sana?” tanya Dava sebelum menyeruput milkshake cokelatnya.
Kensha mengangkat bahu. “Ya, kan gue pengin ngebanggain ortu gue, di samping itu gue nggak pengin ngerepotin mereka juga.”
“Kalo lo jemput impian lo, terus, gimana nasib pacar lo?” tanya Maliki menatap Kensha tajam.
Kensha mendesah keras. “Ya, mau gimana lagi, Mal? Kalau menyangkut impian, gue harus ninggalin dia.”
“Lo nggak kasian sama dia?” tanya Dava.
“Dia juga punya impian di sini. Mungkin kita bakal LDR-an sampe gue lulus S1.”
“Oh.” jawab Rayan dan Dava. Kensha hanya mendesah keras—lagi-lagi. Memang benar, meskipun ia dan Debiva sudah berpacaran, tapi ternyata ada rintangan lain yang menghadang.
***
          Ujian Nasional sudah berlalu sejak beberapa lalu. Juga tes beasiswa. Saat ini, Kensha dan Debiva—teman sekelas sekaligus pacarnya di kafe mall. Mereka tengah jalan-jalan di malam minggu ini.
          “Deb, nanti kalau gue dapet beasiswa, gue bakal pergi ke Amerika.”
          “Oh. Ya udah, kalau itu impian lo, ya kejar aja. Kita udah temenan sejak SMP, dan gue tahu iu kampus impian lo, ‘kan?”
          Kensha mengangguk ragu. “Tapi maaf Deb… gue harus ninggalin lo.” Kensha tetap tak bisa menyembunyikan ekspresi murungnya. Debiva menyentuh tanagn besar Kensha.
          “Kejar impian lo. Jangan sampai gue jadi penghalang mimpi lo.” Debiva tersenyum tulus, meski dalam hati tak merelakan kepergian Kensha. Tapi, dia bisa apa kalau Kensha sudah memutuskan demikian?
          “Tapi Deb…”
          “Kensha, kita bisa LDR-an kok.”
          Kensha menatap mata Debiva lekat. Gadis itu tersenyum, namun Kensha dapat melihat mata Debiva yang menunjukkan ekspresi yang sama. Akhirnya Kensha menyunggingkan sebuah senyum kecil di bibirnya. Kemudian menganggukkan kepala. Senyum di bibir Debiva semakin lebar. Tiba-tiba, tanagn besar Kensha menggenggam tangan mungil Debiva.
          “Thanks, Deb. Kalau gitu, kalau gue dapet beasiswa dan kuliah di Amerika, gue janji nggak akan ngelupain lo di sana. Dan gue berusaha untuk setia sama lo di sana.”
          Debiva mengangguk mantap. Senyumnya benar-benar merekah di bibir tipisnya.
***
          Hasil Ujian Nasional sudah keluar dan syukurlah nilai Kensha cukup bagus baginya. Tidak sia-sia selama ini ia belajar mati-matian demi mendapat rata-rata nilai 95. Dan hari ini adalah hari di mana ia akan meninggalkan Indonesia. Ya, ia akhirnya mendapat program beasiswa New York University. Perasaan senang menghinggapi benak Kensha, meski di sisi lain juga merasakan sesak dan sedih.
          Kensha tengah berada di bandara, didampingi Debiva, Rayan, Dava, dan Maliki. Juga kedua orang tuanya.
          Setelah berpelukan dengan semua orang—kecuali Debiva, kini saatnya Kensha berpamitan dengan pacarnya. Gadis mungil itu berdiri di hadapannya. Ia sedikit mendongak menatap wajah Kensha.
          Kensha memeluk Debiva. Ia mengusap-usap punggung Debiva, sambil berkata, ”Gue janji, jarak yang misahin kita, nggak akan merubah perasaan gue ke lo.” Debiva menganggukkan kepalanya. Sebutir air mata jatuh, tanpa bisa dibendungnya.
          Kensha melepas pelukannya. “Kalau gitu, gue duluan ya.” Katanya sambil menatap debiva, kemudian ia berbalik dan mengamati sekelilingnya sekali lagi, sebelum menarik kopernya menuju ruang tunggu bandara.
***
Setahun kemudian…
          Sudah hampir empat bulan terakhir Kensha tidak pernah menghubungi atau sekadar mengabari Debiva. Kebetulan saat ini tengah liburan semester. Debiva berniat untuk mengunjungi Kensha di New York.
***
          Udara dingin New York menyapa hidung Debiva, sebab musim dingin tengah menyelimuti Kota New York saat ini. Debiva membuka sedikit jendela kamar hotel, setelah menaruh barang-barangnya. Tujuan berikutnya adalah rumah kecil bercat putih di dekat Patung Liberti. Ia harus bergegas ke sana.
***
          Debiva sudah mengetuk pintu cokelat tua rumah bercat putih bergaya minimalis. Tapi, pintu tak segera dibuka. Debiva mendesah pelan, kecewa. Mungkin dia nggak lagi di rumah. Debiva memutuskan untuk meninggalkan rumah itu. Namun ketika hendak beranjak meninggalkan rumah itu, seseorang berjalan dengan gadis berambut pirang di sampingnya. Gadis itu menggenggam tangan cowok di sampingnya. Dan sayangnya, cowok jangkung itu adalah… Kensha.
          Mata Debiva seketika membulat melihat kejadian di depannya. Alisnya seketika juga berkerut.
          “Kensha?”
          Kensha terenyak. Tak bisa berkata-kata. Gadis di sampingnya berkata, “Who is she? Did you know her?”
          “I don’t know her.” Jawab Kensha, tanpa mengalihan perhatian dari Debiva.
          “Don’t be lie Kensha! I’m your girlfriend! Jangan sok lupa lo sama janji lo sebelum pergi!”
          “Tapi, gue bener-bener nggak tahu siapa lo!”
          “Oh, God!” keluh Debiva. “How could you do this to me? Did you feeling wrong?”
          “But I really-really don’t know about you!”
          “Bohong!” teriak Debiva ketika akhirnya ia meninggalkan Kensha. Ia sudah kesal kepada Kensha. Jadi, selama ini… Kensha memang tidak dapat dipercaya.
***
          Debiva sudah memesan tiket pesawat untuk pulang. Ia sudah memberesi barang-barangnya yang memang belum semuanya keluar dari tas. Ia sudah tidak ingin lagi berada di kota ini. Ia sudah muak. Sudah jauh-jauh ia datang untuk mengetahui kabar Kensha, tapi ternyata cowok berkacamata tebal itu… Debiva menarik napas untuk menahan air matanya. Tidak ada gunanya ia menangis, toh Kensha sudah tidak ingat lagi padanya.
          Tiga jam kemudian Debiva sudah berada di ruang tunggu bandara. Dan beberapa menit lagi ia akan terbang menuju Indonesia. Debiva duduk di dekat jendela pesawat. Ketika pesawat akan lepas landas, ia menatap langit New York sekali lagi.
          “Betah-betahlah di sini! Jangan sampai lo kembali ke Indonesia! Aku sudah nggak berkeinginan melihat mukamu lagi setelah ini! Apalagi terjebak dalam janji palsumu yang hanya di mulut!”



Nama    : Fahrul Maulana Ardiansyah
No         : 12
Kelas     : X MIPA 6
Arkhan dan Sahabatnya
Arkhan adalah seorang anak laki-laki pemberani. Dia tinggal bersama kakeknya yang sudah tua. Keadaan ini membuat Arkhan tumbuh menjadi seorang pemuda yang sangat kuat. Suatu hari Arkhan mengembara bersama kedua temannya,Ikhsan dan Rohid  ke sebuah negeri yang bernama negeri Nigra, yang sering terdengar kabar bahwa kerajaan Nigra sangat makmur. Mereka bertiga merencankan untuk menetap dan mencari pekerjaan disana. Kedatangan mereka di negri Nigra berpapasan dengan kekacauan di negri Nigra. Mereka bertiga akhirnya turut melawan musuh, Arkhan melawan menggunakan kapak buatan kakeknya . Satu persatu musuh tewas. Kabar tentang keberanian Arkhan dan kedua sahabatnya menumpas perompak terdengar sampai ke kalangan kerajaan. Arkhan dan sahabatnya diangkat menjadipengawal raja Nigra. Arkhan  yang lebih unggul dibandingkan sahabatnya pun semakin menunjukan ketangkasannya dalam menjaga dan melindungi kerajaan Nigra
Pada suatu hari raja Nigra yang bernama Sang Maniaka, anak Sang Purba, pergi berburu. Raja serta pengikutnya menemukan wilayah yang luas dan bagus untuk memperluas kebesaran kerajaan. Wilayah tersebut diberi nama Malaka, sesuai dengan nama kayu di tempat itu. kemudian raja serta petinggi kerajaan menempati kerajaa Malaka. Kebesaran Malaka terdengar sampai ke seluruh kerajaan tetangga.
Raja Malaka sebagai raja yang besar belum juga memiliki istri. Terdengar kabar bahwa anak Bendara kerajaan Indrapura yang bernama Tun Teja sangat cantik jelita. Raja Malaka pun sangat ingin beristrikan Tun Teja. Akan tetapi, Tun Teja menolak raja-raja besar yang melamarnya karena Tun Teja merasa dia hanyalah seorang anak Bendahara dan tidak pantas jika menjadi istri seorang raja. Kemudian, Raja Malaka yang ditemani pengawal terbaiknya, Arkhan dan sahabatnya, pergi ke Majapahit untuk melamar anak Raja Majapahit, yaitu Raden Galuh. Selama di Majapahit, Patih Gajah Mada yang tidak suka terhadap kerajaan Malaka mencoba membunuh prajurit yang terkenal gagah berani, yaitu Arkhan. Berbagai cara Patih Gajah Mada membunuh Arkhan, tetapi selalu gagal. Kemudian Patih Gajah Mada yang diperintah oleh Raja Majapahit untuk membunuh Arkhan, meminta bantuan Tamang Sari yang terkenal sakti karena kerisnya. Akan tetapi, seorang Tamang Sari yang sakti pun tetap dapat dikalahkan oleh Arkhan dengan diambil kerisnya. Keris Tamang Sari yang sakti itu dipersembahkan oleh Arkhan kepada Raja Malaka. Berkat keberanian Arkha, Raja Malaka menyerahkan keris sakti itu untuk Arkhan. Selama keris itu berada di tangan Arkhan, dia tidak dapat dikalahkan oleh musuh. Arkhan pun diberi gelar laksamana.
Setelah menikahi Raden Galuh, Raja Malaka yang diiringi rombongan kembali ke Malaka bersama istrinya. Sesampainya di Malaka, Patih Karma Wijaya yang berasal dari Jawa merasa iri terhadap Arkhan karena selalu dipuji-puji Raja Malaka. Karma Wijaya pun memfitnah Arkhan bahwa Arkhan berzina dengan istri raja yang baru menikah itu. Raja Malaka pun marah dan mengusir Arkhan. Setelah Arkhan pergi, Ikhsn diangkat menjadi pengawal Raja Malaka dan keris sakti Taming Sari menjadi miliknya.
Ikhsan mengira bahwa Arkhan telah meninggal. Ikhsan melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Malaka yang rajanya berubah menjadi raja yang berbuat sewenang-wenang. Ikhsan pun mengambil alih kekuasaan istana. Raja Malaka berlindung di rumah Bendahara dan mengaku menyesal karena telah membunuh Arkhan. Akhirnya, Bendahara pun membuka rahasia bahwa sebenarnya Arkhan belum mati, tetapi hanya disembunyikan. Hang Tuah dibebaskan dan diperintahkan untuk membela raja.

Arkhan bertarung dengan Ikhsan selama berhari-hari. Arkhan berhasil merebut kembali keris Taming Sari dan membunuh Ikhsan sahabatnya itu. Pada detik-detik terakhir  kematian Ikhsan, dia berkata “Selama ini aku hanya membelamu, Arkhan, dan aku mengambil alih kekuasaan istana karena raja Malaka berlaku sewenang-wenang atas kekusaannya dan dia telah membunuh Robid sahabat kita”. Arkhan pun dengan segera menusukkan keris saktinya itu ke dada raja Malaka. Akhirnya Arkha pun menjadi penguasa kerajaan Nigra yang sangat adil,makmur, dan tegas.

.




Nama     : Firly Syahro Maghfiroh
Kelas       : X MIPA 6
No           : 14

Hati
Suatu malam, Reyhan neatap indah gemerlap bintang di depan rumah ditemani ibu, ayahnya dan rangginan (camilan kesukaan keluarganya). Ibunya yang bernama Bu Siti pun mengawali pembicaraan “indahnya bintang malam, apakah dapat kita lihat lagi di kota?” “Pasti bisa. Disana kita akan melihat keindahan bintang disetiap malam.” Sahut ayahnya yang bernama Bapak Hendro.
Reyhan pun bertanya “untuk apa kita pergi ke kota, jika dengan tinggal disinipun kita bisa mendapatkannya?” Ibunya pun menjawab, “di kota lebih enak nak. Ibu dan bapak ingin kamu belajar dengan mudah disana. Tidak seperti disini. Kamu harus berjalan jauh untuk dapat bersekolah. Sudah segera tidur saja, supaya besok tidak terlambat bangun tindur.”
***
Kota Ramah Tamah merupakan kota tujuan dari keluarga Reyhan. Keluarga Reyhan percaya, bahwa kota ini sangat tepat menjadi tempat pindah keluarganya. Di kota ini, semuanya serba ada. Ayah, ibu dan dirinya mulai beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan baru.
Dikota ini, kedua orang tua Reyhan beralih profesi. Dari yang semula petani, berubah menjadi pedagang sembako. Memang masih belum lihai. Namun kedua orang tuanya sebisa mungkin berupaya untuk dapat memenuhi keinginan pembelinya.
“Bu, tadi malam ayah bermimpi bahwa Reyhan mendapat juara pertama di kelas.” Istrinya menjawab “tidak mungkin pak, Reyhan kan baru pindah dari desa. Dia dulu kan hanya dua hari sekali bersekolah. Apa mungkin dia mendapat juara satu di skolah barunya? (sambil sedikit tertawa).” Pak Hendro pun tak menjawab ucapan istrinya. Ia terus memikirkan bahwa mimpi tersebut merupakan suatu pertanda baik.
Untuk membuktikan kebenaran ucapanya, Pak Hendro menanyakan kepada Reyhan “gimana sekolah kamu, lancar kan?” “Allhamdulillah lancar. Guruku mengatakan, jika aku adalah anak yang rajin dan sopan. Aku merasa bangga pak.” Sahut Reyhan. “Iya, tidak sia-sia bapak dan ibu mendidik kamu nak.”
***
Akhir semester tiba, rapot pun keluar dan menyatakan bahwa Reyhan mendapat peringkat ke tiga di kelasnya.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, ia langsung menuju toko sembako milk kedua orang tuanya. Berniat untuk memberitahukan kabar baik ini kepada orang tuanya.
Seusai membaca rapor anaknya, Bu Siti tak langsung percaya. Dibacanya  beulang kali untuk dapat mempercayainya. Namun setelah Reyhan berkata “itu hasil nilaiku bu, bagaimana? Apakah masih juga jelek?” Belum sempat menjawab ucapan Reyhan,  ada pembeli datang untuk membeli sembako. Dilayanilah pembeli itu oleh Reyhan. Karena bapaknya pergi ke luar kota untuk menyurvei tanahh yang akan dibangun cabang toko sembako miliknya.
Setelah hidup dikota, keluarga Reyhan menjadi lebih baik. Yang semula serba kekurangan, sekarang sudah menjadi serba ada.
***
Setelah dua semester, Reyhan memiliki tiga teman yang sangat baik. Ketiganya bernama Adi, Fikri, dan Herman. Walaupun mereka laki-laki, mereka berteman layaknya sahabat. Mereka saling melengkapi. Jika ada yang kesusahan pasti semuanya membantu. Tidak seperti teman biasanya, yang hanya datang disaat membutuhkan. Mereka sangat baik membantu Reyhan beradaptasi di sekolah barunya. Mereka saling menemani seperti keluarga sendiri.
Suatu pagi, Reyhan datang terlambat kesekolah. Ia diberi hukuman oleh guru piket untuk membersihkan halaman sekolah. Maklum, sekolah Reyhan adalah sekolah adiwiyata nasional, sehingga kebersihan sekolah menjadi prioritas utama. Untungnya, tidak hanya ia saja yang terlambat. Ada seorang gadis cantik yang juga terlambat datang ke sekolah. Hukuman pun diberikan selama dua jam pelajaran. Waktu yang cukup lama dan membosankan bagi anak yang diberi hukuman.
Namun, Reyhan tidak merasakan kebosanan itu. Jantungnya tiba-tiba berdebar saat gadis tersebut membuka obrolan dengan sapaan ringan, “hey, kamu anak kelas apa? Kok baru kali ini kita ketemu.” Reyhan menjawab “XI Bahasa. Kamu sendiri?” dengan kaget, gadis cantik tersebut menjawab “oh, maaf kak, nggak tahu kalau kakak ternyata kelas XI” Reyhan menjawab “iya, santai aja dek.” Baru kali ini jantung Reyhan berdebar kencang. Ia merasakan adanya getaran-getaran hati.
Saat jam istirahat ia baru menyadari bahwa ia bellum mennyakan nama gadis cantik tadi. Tak seperti biasanya, Reyhan melamun saat berkumpul bersama tiga sahabatnya itu. “Rey, kamu nggak papa kan?” tegur Fikri. “Eh, ada apa, ada apa?” Reyhan terkaget. “Nggak biasanya kamu ngelamun begini, ada apa Rey?” Sahut Adi, “iya nih Rey” tambah Herman.
Reyhan pun menceritakan apa yang telah ia alami saat ia dihukum karena terlambat datang kesekolah tadi. Tiga sahabatnya sempat tak percaya, namun karena Reyhan bukan tipe orang pembohong, akhirnya tiga sahabatnya pun percaya.
Ketiga sahabatnya membantu Reyhan untuk mengetahui nama gadis cantik itu. Setelah empat hari lamanya, mereka baru mengetahui nama gadis itu. Rinda Agustin namanya. Reyhan terlihat sangat gembira karena telah mengetahui namanya.
Sore harinya, Reyhan mnemui Rinda sedang berada di halte bus dekat sekolah. “Dek Rin, rumahnya mana?” sapa Reyhan dengan mengendarai motor kesayanganya. Rinda pun terkejut dan menjawab “eh, kakak kok tahu namaku?” “tahu aja, tuh kan namanya menempel di baju, haha. Dimana dek rumahmu?” Gurau Reyhan. “Jalan Werkudoro, kenapa kak?” jawab Rinda. “Nggak papa, cuman mau tanya aja. Kebetulan searah sama rumah ku, kita barengan aja ya. Sini naik.” Ucap Reyhan. Rinda terdiam, dan dengan sedikit malu, Rinda menerima ajakan Reyhan untuk pulang bersama.
Ditengah perjalanan, handphone Reyhan berdering. “Panggilan dari Herman rupanya.” Ucap Reyhan dengan nada rendah.
Tak terasa sudah sampai di rumah Rindha. Herman terus menelponi Reyhan yang tak kunjung mengangkat telepon darinya. “Kak, itu handphonenya dari tadi bunyi terus” ucap Rinda sambil turun dari motor Reyhan. “Nggak papa dek, temen telpon. Paling juga nggak penting,” Jawab herman. “Kalau belum diangkat apa ya tahu penting nggak nya. Yasudah ayo mampir dulu kak.” Ajak Rinda. “Tidak dek, aku mau langsung ppulang aja. Ya sudah ya, bye bye.” Reyhan langsung meninggalkan rumah Rinda.
Reyhan pun baru ingat bahwa ia sudah berjanji dengan tiga sahabatnya untuk pergi membeli peralatan camping. Ia langsung menelpon Herman, dan ternyata ketiga sahabatnya sudah pulang membeli peralatan.
Setelah dua minggu, Reyhan terus menghabiskan waktu-waktunya bersama Rinda. Tiba saat Rinda diajak Reyhan untuk pergi ke rumahnya. Rinda tak menyangka bahwa Reyhan merupakan orang kaya. Penampilan Reyhan yang sangat sederhana. Rinda terlihat gugup saat memasuki rumah Reyhan yang besar dan luas itu.
Rinda pergi ke rumah Reyhan untuk belajar bersama mengerjakan soal kimia milik Rinda. Maklum, karena Reyhan kelas XI sedangkan Rinda masih kelas X. Di rumah Reyhan Rinda juga sempat berbincang-bincang dengan Bu Siti, ibu Reyhan. Mereka terlihat akrab. Maklum, Bu Siti tidak memiliki anak perempuan.
Sahabat Reyhan merasakan bahwa Reyhan sudah berubah. Reyhan berubah sejak bertemu dengan Rinda. Ketiga sahabatnya itu menyusun rencana untuk mengembalikan lagi sahabatnya seperti dahulu kala. Mereka sudah berhasil menyusun rencana.
Di hari minggu, Herman pergi ke toko sembako orang tua Reyhan. Herman bercerita bahwa Rinda merupakan wanita cantik namun licik. Orang tua Reyhan pun percaya dengan omongan Herman karena Herman adalah sahabarnya Reyhan.
Saat Reyhan dan orang tuanya berkumpul santap malam, ibu Reyhan membahas apa yang diceritakan Herman. Reyhan dilarang untuk berhubungan dengan Rinda karena alasan yang tidak diketahui oleh Reyhan.
Reyhan menelusuri alasan mengapa orangtuanya melarang ia berhubungan dengan Rinda. Namun, Rinnda belum mengetahui hat tersebut. Rinda dan Reyhan masih berhubungan seperti biasa.
Disuatu sore, ibu Reyhan melihat Reyhan membonceng Rinda. Saat sampai di rumah, Reyhan langsung dimarahi oleh ibunya. Ayahnya diam saja, namun terlihat kesal. Reyhan menjelaskan kepada orang tuanya bahwa Rinda adalah anak yang baik.
Namn beberapa hari kemudian, tanpa ada badai, hujan, petir menyambar, sikap Reyhan kepada Rinda berbeda. Reyhan lebih memikirkan hari orang tua yang telah merusak kisah cinta pertamanya.



Nama : Indah Dwi Aprilia Lestari
No       : 15
Kelas  : X MIPA 6    
Danillo
                “Yah!!!!” Teriak ibu Danillo, Bu Santika setelah pulang dari sebuah swalayan.
            “Iya ma. Ada apa?” Jawab Pak Ferry yang pada hari Minggu itu sedang libur kerja.
            “Ayah tahu? Anak ayah pergi bermain?”
            “Iya tahu. Memang kenapa? Ini hari libur. Biarkan dia pergi, dia juga cowok kecil yang butuh bermain.”
            “Ayah pernah baca berita di handphone, banyak penculikan sekarang?”
            “Iya pernah. Tenang saja, hero kita bisa menjaga diri. Lagi pula, di tempat kita itu, tidak terlalu banyak kejahatan.”
            “Ya sudah. Kalau terjadi apa-apa sama Danillo, awas ya!!” Ancam bu Santika pada suaminya dengan marah karena membiarkan anaknya keluar.
            Bu Santika memang seperti itu, terlalu over protective. Sebenarnya wajar, jika ibu bersifat seperti itu. Namun, untuk anak 8 tahun-an seperti Danillo, tidak diperbolehkan bermain adalah hal yang tidak biasa.
            Danillo juga seperti anak-anak pada umumnya. Inginnya selalu bermain, apalagi setelah jenuh di sekolah selama 6 hari.
***
            Pada saat ibu Danillo mencarinya, Danillo sedang bermain dengan teman-temannya. Varel, Valen, Zendy, dan Alvaro adalah teman-teman yang selalu bersamanya sejak ia kecil. Jadi, wajar jika mereka selalu bersama saat bermain.
            “Jika besar nanti, aku mau kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama, di kota besar. Di sana ada seorang dosen yang sangat pandai, yang terkenal hingga hampir di penjuru dunia.” Kata Danillo seraya membayangkan apa yang diucapkannya.
            “Oke. Aku juga mau ikut. Kita semua akan selalu bersamamu Danillo.” Kata Alvaro.
            “Oke.” Serempak Varel, Valen, dan Zendy.
***
            10 tahun kemudian, Danillo dan teman-temannya sudah memenuhi keinginannya untuk belajar di tempat yang mereka inginkan. Di sebuah universitas ternama di kota besar, yang memiliki dosen terkenal. Seorang Profesor.
            Di sana, ia bertemu seorang gadis cantik bernama Vrida. Ia adalah putri tunggal seorang Profesor tersebut.
            “Danillo, kamu dan teman-temanmu mendapat panggilan dari pemerintah pusat. Kamu diharuskan untuk pergi ke sana. Pergilah.” Kata seorang profesor, setelah tahu bahwa putrinya berpacaran dengan Danillo.
            “Baik, profesor. Terima kasih untuk semua ilmu yang anda beri.” Jawab Danillo.
            Danillo terpaksa meninggalkan Vrida demi tugas yang harus diembannya. Setelah ia berpamitan kepada Vrida, Ia pun pergi bersama teman-temannya.
***
            Di sebuah kantor pemerintah pusat, Danillo dan teman-temannya telah dijemput oleh wakil kepala pemerintah pusat, pak Tommy.
            “Kepala pemerintah, pak Rony ingin segera bertemu dengan kalian semua.” Ucap wakil ketua tersebut.
            “Baik pak.” Jawab Danillo dan teman-temannya.
            Danillo dan teman-temannya pun segera menemui pak Rony. Dan setelah sampai di ruangan pak Rony, pak Rony berkata,
            “Aku sudah mengetahui bakat kalian. Selain kalian pandai, kalian juga berbakat dalam pengamanan. Profesor kalian adalah teman akrabku. Dia yang memberitahuku. Jadi aku ingin menjadikan kalian sebagai pasukan pengamanan ku.” Kata pak Rony yang terlihat bahagia dengan pasukan pengamanannya yang baru.
            “Baik, pak. Kami akan turuti apa yang anda perintahkan. Kami akan berkorban untuk negara ini.” Jawab Danillo sambil temannya mengangguk-angguk.
***
            Setelah beberapa hari bekerja, tiba-tiba ada seorang teroris yang berusaha menyerang pak Rony. Namun, teroris itu kalah di tangan Danillo. Atas berkat jasanya, pak Rony menaikkan pangkat Danillo.
            “Terima kasih, Danillo karena telah menyelamatkan nyawaku. Atas apa yang telah kamu lakukan, aku angkat jabatanmu menjadi ketua pasukan pengamanan.”
            “Terima kasih pak. Itu memang tugas saya.” Jawab Danillo.
            “O iya Danillo. Aku juga mau memberitahumu, bahwa aku akan menikah dengan seorang gadis. Kamu dan teman-temanmu akan kuberi tugas pengamanan untuk acara itu.”
            “Baik pak, dan selamat.”
            “Terima kasih.”
            Mendengar kabar seperti itu, Danillo langsung memberitahukannya pada teman-temannya. Ia dan teman-temannya merasa bahagia. Namun, Danillo tidak tahu, bahwa yang akan dinikahi kepala pemerintahannya adalah anak profesornya. Tepatnya adalah bekas pacarnya sendiri, Vrida.
***
            Saat hari libur kerja, Danillo dan teman-temannya pergi berkeliling kota. Karena selama ia kuliah sampai bekerja, ia selalu sibuk, disibukkan oleh tugas dan pekerjaannya yang amat penting.
            Di tengah perjalanan, Danillo bertemu dengan Vrida. Mereka berbincang-bincang di sebuah kafe.
            “Ternyata kau di sini Vrida. Bagaimana kau bisa sampai sini?” Tanya Danillo kepada Vrida yang berwajah setengah malu dan bahagia.
            “Sebenarnya, ayahku yang menyuruhku untuk datang ke sini, untuk sesuatu hal.”
            “Apa itu?” Tanya Danillo yang penasaran dan berharap bahwa hal itu berarti Danillo sendiri.
            “Aku tidak bisa memberitahumu, Danillo. Ini menyangkut masa depanku.”
            Di tengah perbincangan mereka, salah seorang pasukan pengamanan kepala pemerintah yang lain, Johny, mengetahui keberadaan mereka. Sebelumnya, Johny merasa iri dengan Danillo, karena Ia lebih lama bekerja dengan pak Rony, namun Danillo lebih dahulu diangkat jabatannya.
            Johny berniat menghancurkan karir Danillo, dengan memfitnah Danillo. Ia memberitahukan pada pak Rony, bahwa Danillo telah merebut calon istri pak Rony. Ia pun juga memperlihatkan foto Danillo yang bersama dengan Vrida.
            Setelah melihat itu, pak Rony sangat marah, bahkan ia menyuruh wakilnya, pak Tommy untuk memenjarakan Danillo.
            “Penjarakan Danillo, Tommy. Dia telah merebut calon istriku.”
            “Tapi, pak..”
            “Tidak ada tapi, tapi. Cepat penjarakan di penjara yang sangat terasing.” Kata pak Rony yang memenggal perkataan pak Tommy.
            Pak Tommy tahu bahwa Danillo tidak bersalah, sehingga ia tidak memenjarakannya. Ia telah memberitahukan hal tersebut padanya. Ia menyuruh Danillo pulang ke rumahnya, dan jangan kembali untuk mencegah hal buruk yang akan terjadi.
***
            Sementara itu, Alvaro, teman Danillo, ditunjuk untuk menggantikan posisi Danillo. Namun, Alvaro durhaka pada pak Rony, dengan ingin melengserkan kedudukan pak Rony. Berkali-kali, ia ingin membunuh pak Rony.
            Karena nyawanya terancam, pak Rony tinggal sementara di rumah pak Tommy.
            “Tommy, saya menyesal telah memenjarakan Danillo. Keluarkan dia!” kata pak Rony.
            “Maaf pak. Saya dulu tidak mematuhi perintah anda. Saya tidak memenjarakan Danillo. Karena saya tahu, ia tidak bersalah. Jadi, saya menyuruhnya pulang.”
            “Kalau begitu, jemput dia, dan suruh dia untuk menolong saya. Katakan, Alvaro telah berkhianat pada saya.”
            “Baik, pak.”
            Setalah dijemput, Danillo segera menjalankan perintah pak Rony. Ia segera menangkap Alvaro dan memenjarakannya di penjara bawah tanah. Dan karena kejahatannya sangat berat, beberapa minggu kemudian, Alvaro dihukum mati. Dan eksekutornya adalah Danillo sendiri.



Nama : Ingelia Yuan Fernanda
No       :16
Kelas  : X6
Seorang anak laki-laki berumur 12 tahun tidur terlelap di sebuah sofa bersama seorang pria berumur 35 tahunan. Keluarganya baru saja pindah rumah karena sang ayah harus bekerja di sebuah perusahaan besar. Sang ayah yang diangkat sebagai seorang direktur di perusahaan mengharuskan keluarganya pindah ke kota. Mereka berbenah dengan diiringi gelak tawa dari keluarga kecil yang bahagia itu. Setelah berbenah atau lebih tepatnya bermain, ayah dan anak itu tertidur sambil berpelukan di sofa.
Pukul tujuh malam, sang ayah terbangun dari tidurnya. ia tersenyum saat melihat siapa yang berada di pelukannya, itu adalah anaknya, Dhavy Fernando. Bunda Dhavy, Linda, yang ingin membangunkan mereka ikut tersenyum melihat suami dan anak yang dicintainya. Sang ayah, Hendra Fernando tersenyum seraya mengecup puncak kepala anak laki-lakinya. Ia menggendong anaknya menuju sebuah kamar besar yang mana itu adalah kamar Dhavy. Ia meletakkan anaknya di kasur dengan hati-hati seraya berbisik, “jadilah anak yang kuat dan baik anakku,” kata-kata itu adalah doa dan seperti sebuah sihir untuk Dhavy.
***
Dhavy bersekolah di sekolah barunya, SDN Sukacita 1. Disana ia bertemu dengan teman baru yang menurutnya cocok berteman dengannya yaitu Fahmi, Bayu, Gio dan Mark.
Suatu hari, saat membantu mengajari Fahmi matematika, Dhavy, Gio, Fahmi dan Bayu mendengar bahwa Mark ditantang oleh seorang murid sekolah lain yang berbadan gembul bernama Joko. Ia dan kacungnya menantang untuk lomba bersepeda. Mark ditantang seperti itu karena wajahnya yang bisa dibilang cantik, tidak seperti kebanyakan laki-laki seusianya namun tampan disaat bersamaan. Mendengar kabar itu, mereka langsung bergegas ke taman dekat sekolahannya. Mereka takut jika terjadi sesuatu dengan Mark. Dan firasat itu benar terjadi saat sepeda Mark jatuh karena remnya yang blong. Dhavy dan teman yang lain merasa marah, Dhavy memukul  Joko dan gengnya. Bukan tanpa alasan Dhavy berbuat seperti itu, ia marah karena ingin membela temannya yang sudah dicurangi. Joko yang dipukul pun langsung menangis. Teman-teman Dhavy yang lain terkejut mengetahui Dhavy memukul Joko.
Sejak saat itu, Dhavy mengajak teman-temannya untuk berlatih taekwondo bersamanya agar mereka mampu membela diri. Selain itu, ia juga tidak terlalu kesepian saat berlatih.
***
“Ya temen-temen semua yang saya sayangi. Hari ini saya akan membacakan hasil perolehan sementara--” seorang gadis berperawakan kecil, berambut hitam membawa buku, berdiri di depan kelas seolah ingin memberi sebuah pengumuman penting.
“Bacot lo Sri. Buruan elah!” Fahmi, laki-laki tampan yang memiliki lesung pipi itu menyela.
“Sabar! gue mau kasih sambutan dulu,” gadis itu bernama Ayuna. Bukan Sri.
            “Kasih sayang lo ke gue aja daripada kasih sambutan,” Bayu menggoda dengan mengerlingkan sebelah matanya.
Dhavy yang berada di sampingnya merasa jijik,“Ngapa lo? Picek?”
            “Bego si Dhavy mah. Pantes jomblo.” Bayu merasa kesal dengan  sahabatnya itu.
            “Kalian berantem mulu perasaan. Dasar Dhayu” Fahmi menyahut.
            “Dhayu apaan?”
            “Dhavy dan Bayu. Ih gue shipper kalian deh” Fahmi membentuk tanda hati dengan jempol dan telunjuknya membentuk finger love.
            “Bisa diem gak?” Ayuna menyentak.
Fahmi berbisik kepada sahabatnya “Yang ada di posisi atas harus nraktir di kantin Mbak Sri. Oke?” Keempat temannya mengangguk. Geng Semvak atau singkatan dari Smart, Elegant, Manly, Various character, Aboveboard, and  Kind. Menurut orang lain, geng mereka sama sekali tidak mencerminkan hal tersebut. Teman-teman dan para guru mengatakan mereka semua pembuat onar. Anggotanya adalah Dhavy, Fahmi, Bayu, Gio dan Mark.
            “Bayu sama Gio kurang 15 ribu, Fahmi lo nunggak 2 bulan, Mark 30 ribu. Dhavy lo gak pernah bayar dari awal semester. Total lo 120 ribu” itu suara perempuan yang lebih pantas disebut singanya kelas. Iya, bendahara adalah singa kelas. Mereka selalu berteriak jika meminta uang kas. Seperti renterir.
Fahmi menertawakan Dhavy paling keras, “ hahahahaa.. percuma bokap lo kaya tapi bayar kas aja ga pernah bayar”
Bayu menambahkan, “Selamat bro lo berada di urutan pertama penunggak terbanyak. Huahaha mbak Sri aku datangggg”
“Sialan” Dhavy berdesis sinis.
            Kemudian mereka berangkat apel ke kantin Mbak Sri. Saat hampir duduk, seorang siswa menghampiri mereka sambil berlari, “Woy gawat-gawat…”
            “Wait-wait calm bro. kenapa?” Gio berujar dengan santai.
            “Itu.. anu..”
            “Apaan sih? Anu lo kenapa? Sakit?” Mark menyahut.
            “SMA Garuda nyerang adek kelas”
            “Sialan. Yaudah cabut yuk!” ajak Dhavy.
            Mereka menuju ke tempat dimana SMA Garuda menyerang adek kelas mereka, kelas 10. Dan pertarungan tak terelakkan. Dengan membawa ikat pinggang, batu kecil dan besar, Tawuran pun terjadi dengan panas hingga salah satu dari kubu SMA Garuda pingsan karena diserang oleh Dhavy. Teman-temannya yang lain pun mundur karena khawatir dengan keadaan temannya yang pingsan itu. Selain itu, mereka cukup kewalahan meskipun jumlah mereka lebih banyak.
            Geng Semvak pun kembali ke warung Mbak Sri setelah tawuran terjadi. Mereka bisa masuk ke area sekolah karena mereka melompati tembok dengan mudahnya. Gio menawarkan diri untuk memesan bakso di warung Mbak Sri. Setelah makanan datang, mereka makan dengan enaknya. Mereka saling melemparkan candaan satu sama lain sampai seseorang datang, “Kalian geng sempak kan?
            “Bukan.” Bayu menjawab dengan wajah datar.
            “Lo Dhavy kan?” Orang itu bertanya dengan mata memicing.
            “Iya, kenapa?” Dhavy menjawab dengan tenang.
            “Berarti bener dong ini geng Sempak” orang itu tersenyum.
            “Sorry, kita semvak bukan sempak” Mark membalas dengan kesal
            “Sorry-sorry. Emm.. gue Akhsa. Gue mau ngajak kalian gabung ke geng gue”
Dhavy dan teman-temannya yang lain merasa bingung. Siapa yang tidak mengenal Akhsa? Kakak kelas sekaligus ketua geng. Gengnya merupakan salah satu geng terpopuler dan terkuat di kota itu. Geng Optimus dengan ketua Akhsa Syahlendra Putra, memiliki total lebih dari 50 anggota yang semuanya pandai bela diri.
“Kenapa kita?” Dhavy bertanya.
            “Karena gue udah tau kemampuan kalian tadi. So, gimana? Kalian mau gabung kan? Gue kasih kalian waktu buat mikir dan tentuin semuanya besok. Gue cabut dulu” dan setelahnya, Akhsa pergi meninggalkan kebimbangan untuk Geng Semvak.
                Keadaan menjadi hening setelah Akhsa pergi. Mereka bimbang antara hati mereka dengan otak mereka, hingga Gio memecah keheningan, “Jadi menurut kalian gimana? Gue yes sih ya,”
            “Kalo dedek mah yes lah yaw” Fahmi membalas sok imut. Bayu dan Mark hanya tampak menganggukkan kepala mereka.
            “Fine, kita ikut mereka” Dhavy tersenyum.
            Singkat cerita, mereka bergabung dengan Geng Optimus sudah lebih dari dua bulan. Dalam sekejab, Dhavy telah menjadi wakil ketua geng tersebut. Saat ini mereka sedang berkumpul di markas kebesaran mereka. Tidak banyak yang berkumpul ditempat itu. Hanya beberapa orang yang mungkin sedang bosan. Mereka saling bercanda tawa. Hingga Fahmi bertanya, “Akh, kok sampe sekarang lo belum punya pacar sih?”
            “Belum ketemu yang tepat,” sahut Akhsa dengan tenang.
            “Mark, adek lo cantik. Boleh lah buat si Akhsa.”
            “Emang adek Mark kaya apa?” Akhsa penasaran.
Mark mengulurkan foto adeknya dari handphone nya,
“Lumayan” gumam Akhsa dengan senyum sedikit tersungging di bibirnya, “Kenalin gue dong!” Lanjutnya.
“Gas terus bosque…ati-ati tikungan tajam!” goda Fahmi.
Setelah permintaan Akhsa kepada Mark tersebut. Mark memperkenalkan Akhsa kepada adiknya, Angela. Mereka mulai dekat hingga suatu saat Akhsa berniat ingin menjadikan Angela pacarnya. Namun saat itu juga Angela menolak Akhsa dengan alasan mereka lebih baik menjadi seorang teman. Dunia Akhsa runtuh seketika hingga Mark juga merasa bersalah kepada ketuanya itu. Fahmi turut merasa bersalah.
Saat sedang dalam perjalanan menuju ke markas Optimus, Dhavy, Akhsa, Bayu dan Gio yang menaiki mobil Dhavy berhenti disebuah minimarket untuk membeli makanan ringan mereka. Saat di rak minuman, Akhsa menabrak bahu seorang perempuan. Ia membantu memungut barang perempuan itu yang terjatuh. Seperti kilat, saat melihat mata perempuan itu ia merasa tersihir. Sejenak mereka diam hingga Akhsa memilih bertanggung jawab dengan mengganti kerugian yang ditimbulkan. Setelahnya, ia modus dengan meminta nomor perempuan itu. Dasar crocodile! Mereka semakin dekat hingga akhirnya mereka berpacaran. Namun yang menjadi masalah adalah perempuan itu, Asheela, merupakan adik dari Rayhan. Ketua Geng Sonic, salah satu geng terbesar juga. Bawahan Rayhan yang bernama Radit, ia tidak menyukai Dhavy karena menurutnya, Dhavy itu punya segalanya. Uang, ketampanan, pandai berkelahi. Ia sungguh tidak menyukai itu. Ia mencoba berbagai cara dengan ingin melumpuhkan Dhavy. Namun tidak pernah berhasil. Dhavy terlalu kuat untuk dikalahkan. Dhavy merasa muak dengan Geng Sonic yang mencoba diam-diam ingin melumpuhkannya. Hingga ia memancing kemarahan Radit dengan mendekati pacar Radit. Dan benar saja, Radit langsung marah. Geng Sonic terlihat ingin menyerang Geng Optimus namun Akhsa sebagai ketua menghentikan sebelum terjadi perang.
“Wahhh wah ada apaan nih?” Akhsa sedikit berteriak karena sedikit berisik
“Tanya temen lo” Ucap Radit dengan emosi dengan menunjuk Dhavy. Akhsa mengalihkan pandangan ke Dhavy, “Dhav jelasin!”
“Gue deket sama cewek dia. Tapi Cuman temenan ga lebih” Dhavy terlihat menjelaskan dengan serius namun percayalah dia tidak benar-benar serius.
“Denger! Cuma salah paham kan? Yaudah pulang gih! Bang, lain kali jangan gegabah” Akhsa berbicara dengan Rayhan yang merupakan ketua Geng Sonic.
***
            Berbulan-bulan menjadi wakil Geng Optimus, tidak menjadikan Dhavy langsung diterima oleh anggotanya begitu saja. Contohnya saja Mario, entah ada apa dengan Mario. Apapun yang dilakukan Dhavy akan menjadi serba salah dimatanya, mungkin ia merasa iri.
Saat Dhavy sedang tidak berada di markas, Ia membeberkan fakta bahwa Dhavy mendekati pacar Radit kepada Akhsa. Akhsa yang telah membela Dhavy merasa marah. Dengan emosi yang membara ia mendatangi tempat berkumpul Semvak. Meskipun Semvak merupakan anggota Geng Optimus tetap saja mereka masih mempunyai tempat tongkrongan sendiri. Sesampainya disana, Akhsa langsung memukul tepat di wajah Dhavy sehingga menimbulkan suara ‘bugh’ cukup keras. Dhavy langsung tersungkur sambil meringis
            “Gue ga suka penipu! Sekarang lo keluar dari Optimus gue ga sudi nerima lo” Akhsa berucap dengan emosi yang masih membara.
            “Wahh wah ada apa nih? Selow dong” Gio berujar
            “Lo resmi keluar dari Optimus! Dan lo, Bayu gantiin Dhavy jadi wakil!” Lalu Akhsa keluar dari tempat itu meninggalkan Semvak dengan kebingungan mereka.
***
            Terjadi keributan di koridor sebagian murid lelaki berkumpul disana karena ingin melihat murid baru yang ‘katanya’ cantik. Dan terlihatlah gadis cantik dengan rambut hitam panjang. Ia adalah Angela. Adik dari Mark. Ya, Anggela yang masih kelas 10 memutuskan untuk pindah agar memudahkannya jika ia pulang pergi sekolah karena akan ikut dengan Mark. Sebelumnya ia bersekolah di SMA favorit yang jauh dari rumahnya sehingga agak merepotkan jika harus naik taksi. Anggela sedikit risih ketika dipandangi orang-orang, ia memutuskan untuk pergi ke taman. Sampai di taman ia melihat punggung seorang laki-laki. Ia menghampiri laki-laki itu dan duduk di sebelahnya. Hingga laki-laki itu menghadap Anggela, ‘bukannya ini Anggela, adik Mark,’ pikirnya. Mereka mulai berkenalan dan membincangkan banyak hal. Mereka merasa cocok satu sama lain. Hingga berhari-hari mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Mereka jatuh cinta, jatuh yang akan membuat salah satu diantara mereka merasakan sakit sesakit-sakitnya.
Dhavy mengajak Anggela untuk bertemu. Anggela berfikir bahwa Dhavy mengajaknya bertemu karena ingin menyatakan perasaan. Namun sayang, harapannya musnah karena yang ditemukan justru Akhsa. Akhsa kembali menyatakan cintanya dengan paksa hingga Akhsa mencium Anggela dibibirnya. Sungguh perbuatan bejat! Dan sesungguhnya Dhavy lebih bejat dari Akhsa. Akhsa merasa senang karena telah memiliki Anggela sehingga ia menyuruh Dhavy kembali ke Optimus.
***
            Mario menyuruh Akhsa pergi bersama Asheela untuk menemani Asheela ke mall. Disana, ia melihat Dhavy dan Anggela yang juga sedang berjalan-jalan di mall. Mereka tampak bahagia. Akhsa merasa marah, Ia pun mengajak Asheela untuk pulang dengan alasan ada urusan penting. Sungguh klise.
            Saat di markas, ia menghampiri Mark dan menyuruh Mark menghajar Dhavy. Mark merasa terkejut. Tidak tahukah Akhsa bahwa Mark adalah sahabat Dhavy? Sungguh, ia tidak akan berbuat sekeji itu. Bayu mendengarkan percakapan mereka dengan tangan yang mengepal.
***
            Bayu melangkahkan kakinya ke ruang Akhsa dengan wajah yang memerah. Emosi yang akan meledak sebentar lagi tampak jelas di wajahnya. Ia membuka pintu ruangan Akhsa dengan kasar dan memukul rahang Akhsa. Bukan sekali, tapi berkali-kali sampai Akhsa yang telah tersungkur tidak menghalangi niat Bayu memukul Akhsa. Mark yang datang mencoba menghentikan, "Sa, lari!!!"
"Lari buruan, bego!"ulangnya. Dan Akhsa mulai berlari menuju mobilnya dengan tergopoh-gopoh. Ia menginjak gas mobilnya dan mulai melaju di tengah rintik hujan. Mark mulai kewalahan menghadapi Bayu yang terus memberontak hingga Bayu menendang perut Mark. Akhirnya, ia lolos. Bayu segera menyusul Akhsa dengan menggunakan mobilnya.rintihan terdengar dari Mark. Ia segera menelfon Dhavy mengabari bahwa Bayu menghajar Akhsa habis-habisan. Dhavy yang mendengar itu langsung pergi mengejar Bayu.
Tak lama, Dhavy melihat mobil Bayu, ia semakin menambah kecepatannya hingga dapat mengimbangi mobil Bayu. Setelahnya, ia membuka kaca mobilnya, ia berteriak, “Bay, berhenti!”
“Bayu gue bilang berhenti!” lanjutnya. Namun Bayu seakan tuli. Ia tidak mendengarkan semua perkataan Dhavy. Ia malah semakin menambah kecepatannya. Ia bahkan sudah tidak melihat bahwa lampu hijau berganti menjadi merah dan ‘Braaakkk.’ Dhavy yang berada di belakang segera menghentikan mobilnya hingga terdengar suara decitan keras. Dhavy segera turun untuk menyelamatkan sahabatnya, Bayu. Mobilnya terlihat ringsek parah karena bertabrakan dengan sebuah truk. Dhavy berusaha membuka pintu mobil, namun terkunci. Ia segera mengambil batu dari sekitarnya dan dilemparkannya ke jendela belakang mobil. Ia segera masuk ke dalam dan membawa Bayu keluar dari mobil
“Dhav.. ma..af.. gu..e..cu..ma.. ma.. u.. bi..kin.. pe..la..ja..ran.. ke.. Akhhhsaa..ka..re..na.. ma..u.. ce..la..ka..in..lo.. ki..ta.. lo..gu..e.. sem..vak.. gu..e.. sa..yang..ka..li..an” Bayu mengucapkan kalimat itu dengan terbata-bata. Dhavy megusap wajahnya frustasi. Dan setelah itu, mata Bayu terpejam.



Nama : Khori’ah Nurjannah
No       : 17
Kelas : XA6
Briant
Jam menunjukkan pukul 1 siang. Di meja pojok belakang pada sebuah restaurant yang cukup ternama, nampaklah sebuah boyband yang beranggotakan 5 orang. Mereka adalah Briant, Alex, John, Luke, dan Steve yang waktu itu sedang menyantap makan siang  mereka. Belum sampai 1 menit mereka makan, seorang pria dengan dada bidang dan kumis yang lumayan tebal menghampiri mereka. Ya, pria itu adalah Pak Rufus.
“Saat ini boyband kalian sedang naik daun, dan aku pikir ini bukanlah ide yang buruk untuk membuat sebuah film.” Tawar Pak Rufus yang merupakan produser mereka. Tanpa berpikir lebih lama lagi, dengan sangat gembira Briant menjawab, “Tentu saja kami akan menyetujuinya, Pak.” Sambil mengelus kumisnya Pak Rufus mengatakan, “Aku sudah yakin kalian pasti setuju.” “Baiklah lanjutkan makan siang kalian.” Sambungnya sambil kemudian meninggalkan mereka berlima.
Baru sekitar 7 langkah produser itu meninggalkan meja makan mereka, Alex pun mengawali obrolan “Sungguh, keajaiban yang tidak pernah kuduga sebelumnya.” 
“Kau tau, ini yang selalu kutunggu-tunggu.” Sahut John sambil menyantap makanan yang ada di depannya. Dan Briant, Luke, dan Steve hanya tersenyum kecil memandangi mereka berdua.
***
            Waktu yang dinanti pun tiba. Itu adalah hari dimana lima bersahabat itu melaksanakan syuting untuk film pertama mereka. Dan jauh dari pemikiran mereka, ada seorang pemeran wanita yang sangat cantik parasnya hingga membuat Briant jatuh hati padanya. Bidadari itu bernama Anna, anak tunggal dari Pak Rufus, lebih tepatnya produser mereka. Sungguh, Anna sangat cantik jelita dan ternyata dia sendiri tidak bisa menolak cinta dari Briant. Mereka pun menjadi sepasang kekasih yang sangat serasi. Anna adalah wanita yang sangat pantas bila disandingkan dengan seorang Briant, pria muda yang amat tampan rupanya. Pak Rufus tahu bahwa Briant adalah pria pemberani dan baik hati, serta memiliki karir yang menjanjikan. Sehingga dia tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk tidak menyetujuinya.
***
Kegiatan syuting mereka berjalan dengan baik dan belum mencapai 1 bulan lamanya dari pembuatan film itu, boyband yang tengah naik daun itu mendapat tawaran untuk show di luar negeri. Di satu sisi Briant merasa senang karena karirnya semakin hari semakin membaik, namun di sisi lain dia tidak bisa jika harus jauh dari Anna. Mendengar kabar itu, Anna sangat sedih karena mereka berdua harus berpisah dalam waktu yang cukup lama, ternyata Briant juga harus syuting untuk pembuatan beberapa film terbaru. Namun, Briant tetap memilih karirnya bersama dengan keempat sahabatnya.
“Maafkan aku karena aku harus pergi dan memilih karirku, tapi ketahuilah ini demi masa depan kita bersama.” Dengan sangat berat hati dia mengatakan itu kepada Anna.
“Pergilah. Aku tahu, ini sudah menjadi tugasmu dan ingatlah suatu saat nanti aku akan menyusulmu untuk mempertemukan kembali cinta kita.” Jawabnya dengan air mata yang terus mengalir.
“Aku akan sangat merindukanmu, Briant.”  Sambung Anna sambil memeluk erat kekasihnya.
***
Sudah lebih dari dua minggu Briant dan Anna tidak berjumpa. Namun apa boleh buat, Briant harus melaksanakan tugasnya demi keberhasilan karirnya. Di luar negeri, boyband ini mendapatkan produser baru bernama Pak Zoe.
Melihat kemampuan berakting Briant, Pak Zoe pun menjadikan dia sebagai pemeran utama di film terbarunya. Mengetahui hal itu salah seorang aktor yang sudah lama bekerja bersama Pak Zoe merasa iri. Bobby, ya itulah namanya.
“Apa-apaan ini! Aku yang sudah bertahun-tahun bekerja dengannya tidak pernah dijadikan pemeran utama, tapi kenapa dia yang baru dikenal malah sudah dijadikan pemeran utama. Ini benar-benar tidak adil.” Gerutu Bobby.
***
Pagi berikutnya, dengan tidak biasanya Pak Zoe membicarakan soal Anna. Pak Zoe adalah sahabat Pak Rufus dan tentu saja dia mengenal Anna. Tidak salah lagi, ternyata Pak Zoe menyukai Anna dan bahkan ingin menikahinya.
“Briant, aku tahu kau sudah kenal dekat dengan Anna, anak Rufus. Dan sekarang  aku ingin kau melamarkannya untukku.” Perintah Pak Zoe tanpa memiliki pikiran bahwa Briant akan sangat terluka karena dia adalah kekasih Anna.
Briant menelan ludah dan menjawab, “Saya akan melaksanakan perintah anda, Pak. Akan tetapi untuk saat ini saya masih disibukkan dengan syuting, lagipula Anna berada di negara yang berbeda.”
“Tidak perlu khawatir, kau akan kuberi kesempatan untuk istirahat dari syutingmu.” Terangnya kepada Briant.
“Baiklah, Pak. Saya bersedia.” Jawabnya sambil menahan rasa sakit di hatinya. Dia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak mungkin membantah perintah produsermu sendiri, kecuali kau ingin berhenti dari karirmu.
***
Briant merasa kakinya sangat berat untuk dilangkahkan, ketika akan berangkat menuju negara asalnya dan menemui Anna. Tapi kali ini tidak seperti biasanya. Pertemuannya dengan Anna kali ini bukan lagi pertemuan sebagai sepasang kekasih, melainkan sahabat yang akan ia lamar untuk produsernya.
Pada waktu yang serupa, Anna yang masih tetap berada di negaranya menepati janjinya untuk menyusul Briant yang berada di luar negeri. Rasa rindunya kepada Briant sudah tidak bisa ditahan lebih lama lagi. Perasaan bahagia dan penuh harap untuk bertemu Briant telah menggebu-gebu di hati Anna.
***
Briant pun tiba di negaranya. Hatinya benar-benar hancur jika harus menemui Anna dan melamarnya namun bukan untuk dirinya, tetapi untuk produsernya. Dia segera menemui produser lamanya, Rufus.
“Selamat sore, Pak. Bagaimana kabar anda?” sapa Briant dengan menunjukkan senyum kebahagiaan palsunya.
“Hai, Briant. Kenapa hanya kau seorang diri? Dimana teman-temanmu?” tanya Pak Rufus sambil memeluk Briant.
“Mereka masih sibuk syuting.” Jawabnya singkat.
“Apa maksudmu? Lalu kenapa kau juga tidak sesibuk mereka?” Tanya Pak Rufus kebingungan.
“Saya mendapat tugas dari Pak Zoe, sehingga saya diberi kesempatan untuk istirahat dari syuting.” Jelasnya sambil menutupi kesedihannya.
“Baiklah, tugas apa yang kau terima dari Pak Zoe?” Tanya Pak Rufus keheranan.
“Begini, Pak. Saya diminta untuk melamar Anna untuk menjadi istri Pak Zoe.” Jawabnya sambil berdebar-debar.
Mendengar jawaban Briant, tanpa menunggu Pak Rufus langsung mengajak Briant kembali ke luar negeri dan menemui Pak Zoe.
***
Sementara itu, Anna yang merindukan Briant telah sampai juga di tempat dimana Briant melakukan tugasnya. Disana dia bertemu dengan empat sahabat kekasihnya.
“Kenapa sejak tadi aku belum juga melihat Briant? Dimana Briant?” Tanyanya dengan heran kepada keempat sahabat Briant.
Belum sampai pertanyaan itu dijawab, Pak Zoe tiba-tiba melintas di hadapan mereka.
“Hai, cantik. Aku tidak mengira kau akan tiba disini dengan secepat ini. Sudah lama kita bertemu dan aku tahu kau pasti sudah merindukanku.” Sahut Pak Zoe yang baru saja datang dan langsung meubah topik pembicaraan mereka.
“Siapa kau? Asal kau tahu, aku kesini bukan untukmu.” Bentak Anna ketika mendapat rayuan dari Pak Zoe.
“Terserah apa katamu, tapi kita akan segera menikah.” Jawabnya.
Anna membisu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Dia mengikuti pelayan Pak Zoe yang mengantarnya menuju tempat dimana dia akan beristirahat.
***
Pak Rufus dan Briant telah kembali ke luar negeri. Briant segera mencari Anna dan mereka bertemu di taman belakang tempat Briant syuting.
“Anna.” Panggil Briant.
“Briant. Kau tahu aku sangat merindukanmu.” Katanya sambil memeluk briant.
“Aku dipaksa menikah dengan Pak Zoe. Tolong aku, Briant.” Keluh Anna.
“Aku pasti akan membantumu.” Kata Briant menenangkan Anna.
Dari sisi samping taman, ternyata Bobby melihat mereka berdua. Dan kemudian ia mencari kesempatan untuk membuat Briant dibenci oleh Pak Zoe. Dia menyebarkan berita bahwa Briant merebut calon istri Pak Zoe.
Mengetahui hal tersebut tentu Pak Zoe amat marah dan ingin menuntut Briant. Namun, teman-teman Briant tidak tinggal diam, kecuali Luke. Ternyata Luke berkhianat. Sudah lama memendam rasa kepada Anna, sehingga dia membela Bobby. Dan setelah Bobby terbukti bersalah, maka mereka berdua harus dihukum. Luke pun ikut dipenjara karena telah membela orang yang salah.



Nama : Mahdaviqia Dharmawan
No. : 18
Kelas : 10.6

Kuda Ajaib
Di pinggir hutan belantara, hidup sebuah keluarga yang sangat miskin. Hanya tinggal disebuah rumah kayu sempit dengan ternak yang tak seberapa.  Sang istri bernama Surati dan suaminya bernama Tono. Mereka dikaruniai seorang anak pemuda tampan bernama Adi.

Hidup mereka serba terbatas. Setiap hari, hanya memakan singkong rebus dengan garam. Jika beruntung, mereka dapat memasak nasi dengan lauk dari daun pepaya. Seperti biasa, mereka mencari kayu bakar di hutan dekat rumahnya. Pagi hingga menjelang petang, mereka habiskan dengan memungut ranting yang telah jatuh. Seharinya mereka bisa mengumpulkan 10 ikat kayu bakar. Setelah terkumpul cukup banyak, kayu kayu itu akan dijual ke pengepul. Setiap 100 ikatnya dihargai 1kg beras.

Namun, tak jarang mereka menemui marabahaya setiap mengumpulkan kayu. Mulai dari sengatan lebah, gigitan ular, hingga kejatuhan ranting kayu yang patah. Bahkan, kakak dari Adi, meninggal setelah terpeleset menuju jurang. Hal tersebut tidak sebanding dengan harga kayu yang telah mereka kumpulkan.

***

Derap tapal kuda melangkah cepat membelah rimbunnya hutan. Selang beberapa saat, suara berisik para laki-laki terdengar riuh. Mengikuti langkah kuda yang berlari kian cepat. Hingga mereka berpencar untuk mencari kuda itu.

Adi sedang mencari kayu bakar seperti biasa. Hingga telinganya mendengar sesuatu dari kejauhan. Seekor kuda berlari ke arahnya. Dengan sigap, adi naik ke batang pohon dan lompat ke punggung kuda. Sang kuda terus berlari tak tentu arah. Adi segera mengarahkan kuda tersebut kerumahnya. Dari belakang, segerombol laki-laki mencoba menghentikan mereka dengan mengarahkan parang ke mereka. Tetapi terlambat sudah, Adi dan sang kuda telah pergi jauh.

Sesampainya dirumah, adi langsung memberi seember air sumur kepada sang kuda. Dia tampak haus dan letih. Dalam benak Adi, dia bertanya-tanya tentang siapa pemilik kuda tersebut. Hingga Adi membaca goresan pada tapal kuda itu. Terlihat cap emas bertuliskan "Kerajaan". Dan ternyata, kuda tersebut milik kerajaan.

Keesokan harinya, adi pergi ke kerajaan. Dengan maksud mengembalikan kuda tersebut. Saat masuk awal gerbang, Adi langsung di tawan oleh prajurit istana. Matanya berkaca-kaca. Hingga ia dipertemukan dengan Raja Warman. Sang Raja marah besar mengetahui kuda yang ia sayangi telah dicuri oleh Adi.

Raja memaki Adi sebagai pencuri yang tidak tau diri. Sebuah tongkat menyabet punggung Adi. Adi hanya terdiam. Memendam segala rasa sakit, amarah akan ketidak tahuan tentang kondisi ini. Tangannya di rentangkan kuat kuat oleh para pengawal. Bajunya dilucuti. Dan dia dipaksa mengaku sebagai pencuri kuda istana.

Lalu Adi dibawa di ruang pengadilan istana. Banyak orang telah berkerumun disana. Perdana menteri, gubernur, dan hakim telah berada di ruangan. Adi di dudukan di kursi terdakwa. Wajahnya masih meringis kesakitan karena di dera oleh tongkat dari rotan. Sidang berjalan dengan kondusif. Hakim memutuskan memberi hukuman penjara seumur hidup bagi Adi. Hingga Sang Raja datang. Sang Raja tidak terima dengan putusan hakim. Beliau meminta Adi dihukum pancung atas perbuatannya

Seorang gadis muda masuk ke ruangan sidang. Semua mata tertuju pada lamgkah kaki si gadis itu. Si gadis meminta agar Adi dibebaskan. Gadis muda itu bernama Abigail, putri tunggal Sang Raja. Sang Putri menceritakan kronologis kejadian hilangnya kuda istana. Ia mengatakan bahwa, pada malam hari, sekelompok laki-laki bertubuh besar datang ke kandang istana. Mereka membuka kandang kuda istana. Lalu menggiring keluar si kuda. Tetapi, si kuda malah lari keluar istana, melompati benteng penjagaan dan meninggalkan para pencuri tersebut. Jadi, bukan Adi yang mencuri kuda tersebut. Semua orang disana terdiam. Termasuk sang raja. Lalu hakim memutuskan membebaskan Adi. Karena tidak cukup bukti dan pernyataan dari tuan Putri.

Setelah keluar dari ruangan sidang, raja meminta Adi pergi ke Istana Barat. Disana telah ada tabib yang akan menyembuhkan luka di punggung Adi. Setelah tabib memberi obat, si tabib keluar. Raja Warman tertunduk di hadapan Adi. Beliau sangat malu saat tau bahwa Adi tidak bersalah. Seharusnya, dia tidak berfikiran seperti itu. Adi yang semenjak tadi tidak tau apa kesalahannya hanya bisa pasrah. Dan tidak ada jalan lain selain memaafkan raja. Sang Raja bercerita, bahwa kuda tersebut memiliki kekuatan besar. Dikatakan, bahwa siapapun yang memakan jantung kuda tersebut, akan kekal abadi tidak pernah mati. Sebab itulah banyak orang yang ingin mencuri kuda itu dari Istana.

Abigail masuk ke istana barat. Dia meminta ayahnya pergi dan meninggalkan dia sendiri bersama dengan Adi. Abigail meminta maaf atas kelakuan ayahnya. Ia mengajak Adi berjalan jalan mengitari istana. Di sela-sela perjalanan, mereka bercerita satu sama lain tentang kehidupan mereka. Hingga mereka berhenti di kolam Nirwana Pemujaan. Pemandangan di sama memang amat indah. Kolan tersebut berada ditengah bukit dengan dikelilingi pohon sakura yang sedang berguguran. Di tengahnya terdapat saung kecil yang cukup nyaman untuk disingahi.

Abigail mengajak Adi menuju saung ditengah kolam. Awalnya Adi menolak, karena sudah hampir petang. Tetapi, karena Abigail terus merengek, akhirnya dia mengamini permintaan Abigail. Disana mereka disuguhkan panorama yang indah sekali. Saat hendak kembali, melewati jembatan penghubung, Abigail terpeleset dan tercebur ke kolam. Adi sontak langsung menceburkan diri ke kolan yang lumayan dalam itu. Para prajurit berkerumun membantu mengangkat Abigail. Untung saja, Abigail tidak mengalami luka serius. Namun, gaun yang ia pakai basah kuyup. Sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sangat indah.

Mereka langsung pergi menuju ruang ganti istana barat. Abigail memakai gaun berwarna biru laut. Sedang Adi memakai baju prajurit khusus berwarna senada. Keduanya tampak serasi. Karena hari telah larut, Adi berpamitan untuk pulang kerumah. Ada perasaan tidak rela di benak Abigail. Kenangan seharian ini masih terngiang di hatinya. Bersama seorang pria tampan yang memiliki kerendahan hati. Setelah berpamitan kepada sang raja, Adi menuju gerbang luar istana. Disana telah tersedia kereta kencana yang digunakan untuk mengantarkan Adi kembali kerumah. Sebagai permintaan maaf, sang raja membawakan adi sekarung beras, roti, dan sekantung koin emas. Adi sangat berhutang budi terhadap sang Raja. Karena hidup keluarganya bisa terbantu dengan ini.

Gemerlap bintang menemani perjalanan Adi. Cahaya bulan memantulkan ingatannya tentang sosok Abigail. Ada rasa sayang ketika dia berada di dekat Abigail. Selama hidupnya, Adi hanya pernah berinteraksi dengan 2 perempuan -Ibunya dan mendiang kakaknya. Setelah tiba di rumah, alangkah terkejutnya Adi. Di dalam rumah tak ada seorangpun. Dan keadaan di dalam rumah begitu berantakan. Terdapat secarik kertas bertuliskan "Temui kami di dekat danau Tirta Empul, atau kamu akan menemui mayat orang tuamu". Dibalik kertas tersebut terdapat tulisan "Perampok kuda". Tanpa pikir panjang, Adi langsung menuju Danau Tirta Empul.

Bu Surati dan Pak Tono diikat dipinggir danau. Mulutnya disekap kain hitam. Disampingnya berdiri beberapa pria bertubuh besar. Salah seorang dari mereka mendekati Adi. Membisikkan sesuatu ditelinganya. Tak ada waktu, Adi harus mengembalikan kuda tadi kepada perampok sebelum fajar menyingsing, atau orang tua Adi akan di bunuh di pinggir danau. Hatinya amat sangat kacau. Bagaimana bisa semua terjadi? Dan apa jaminan jika adi berhasil membawa kembali kuda itu? Dan bagaimana reaksi raja ketika tau bahwa Adi telah bersekongkol dengan perampok itu. Perampok tersebut menyiapkan seekor kuda hitam sebagai alat transportasi Adi menuju istana. Tanpa berfikir panjang, Adi langsung mengendarai kuda tersebut menuju istana. Suana malam telah mengubah udara menjadi dingin.

***

Sang Raja masih terjaga dari tidurnya. Beliau memikirkan, bagaimana jikalau masih ada orang lain yang hendak mencuri kudanya? Hingga Beliau memberanikan diri mengecek kandang kuda istana. Sang Raja membuka pintu kandang dengan hati-hati. Sekelebat bayangan muncul dan hilang ditelan kegelapan. Samar samar terdengar sengalan nafas yang tidak beraturan. Sang Raja lantas mengecek dibelakang tumpukan jerami. Alangkah terkejutnya dia, Adi sedang bersembunyi disana dengan maksud hendak mencuri kuda. Sang Raja hendak berteriak. Terlambat sudah, sebuah parang telah menancap di dada Sang Raja.

Sampailah dia di Danau Tirta Empul. Disana perampok masih terjaga. Setelah menyerahkan kuda ajaib tersebut, Adi pulang kerumah bersama orang tuanya. Di sepanjang perjalanan, orang tuanya terus menyesali perbuatan Adi. Hanya karena hendak menuruti perampok, dia tega membunuh raja yang telah memberinya banyak kemurahan hati.

Keesokan harinya, Adi pergi lagi ke istana. Awalnya orang tuanya marah besar, dan mengatakan bahwa Adi hendak ‘bunuh diri’ kesana. Tetapi, setelah Adi memberitahukan tentang alasannya, perlahan orang tuanya mengizinkan dia pergi ke istana.

Sesampainya di Istana, Adi melihat suasana kacau dan riuh. Sang raja yang selama ini dikela sebagai pribadi yang baik, ditemukan tewas dengan parang yang masih menancap di dadanya. Selain itu, kuda ajaibnya juga raib dibawa pencuri. Abigail yang menyadri kedatangan Adi, langsung mendekati Adi dan memeluknya. Dia menangis sekencang-kencangnya di pundak Adi. Adi memberikan semangat agar mengikhlaskan kepergian Ayahnya.

Upacara pembakaran jenazah segera dilakukan. Para pemuka agama, dewan, menteri dan kerabat istana telah berkumpul di aula perenungan. Abigail tak henti-hentinya menangisi kepergian ayahnya yang meninggal secara tak wajar. Adi yang sejak tadi mengikuti prosesi upacara pemakaman di kursi khusus VIP, didatangi seorang dengan pakaian serba hitam.

Sang lelaki bertanya kepada Adi tentang kematian Sang Raja. Adi hanya menjawab tidak tahu dan dia hanyalah sebagai tamu istana. Lalu sang lelaki bercerita tentang semua kejadian kemarin malam. Ternyata ia telah mengetahui semuanya dan meminta Adi bertanggung jawab. Tetapi, sang lelaki menyerahkan secarik kertas pada Adi. Kertas foto yang bergambar masa kecil sang lekaki dengan Adi. Sang lelaki bernama Wira, teman kecil Adi. Wira berjanji kepada Adi, bahwa Wira tak akan pernah menyebarkan berita tentang pembunuhan raja.

Hari demi hari berlalu. Adi telah menjadi juragan kopi di kampungnya. Abigail telah diangkat menjadi ratu menggantikan ayahnya. Suatu ketika, Wira kembali menemui Adi. Mereka berbincang-bincang tentang masa kecil mereka. Mereka berjalan-jalan menyusuri jalan di kampong itu. Ketika mereka melewati  parit di pinggir sawah, mereka teringat akan masa kecil mereka. Ketika itu, Wira adalah teman yang paling jahil. Mereka tertawa terbahak-bahak ketika mengingat celana Adi sobek karena dikejar anjing liar.

Tiba-tiba Wira pamit pergi dan bergegas meninggalkan Adi. Adi masih tidak mengerti kenapa tiba-tiba dia pergi dengan langkah tergesa-gesa. Beberapa saat kemudian, iring-iringan kerajaan lewat. Walau sekarang sering sekali iring-iringan kerajaan lewat, tetapi tetap saja memberikan daya tarik tersendiri terhadap rakyat jelata. Kuda-kuda yang gagah perkasa, kereta megah yang berwarna keemasan dan kusir yang selalu tegap dalam mengendari, bersatu padu menyihir para penontonnya.

Sebuah kereta kencana yang lebih mewah dari lainnya berhenti tepat di depan Adi. Abigail turun dari kereta kencana tersebut. Menyapa Adi yang terdiam di pinggir jalan. Abigail mengajak Adi menuju istana. Awalnya Adi menolak karena tugasnya di kebun kopi belum selesai. Tetapi, karena Abigail merengek, Adi tidak bisa menolak keinginan Abigail.

Sampai di istana, Abigail meminta Adi menikahinya. Karena, seorang wanita tidak seharusnya menjadi seorang pemimpin. Adi yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengan, hanya diam meatung. Sebegitu cepat Abigail memintanya menikahi dia? Bagaimana reaksi Abigail jika tahu bahwa dirinyalah yang membunuh ayahandanya?

Secarik kertas ditujukan kepada Adi. Di dalamnya, tertulis bahwa Adi diharuskan pergi ke Danau Tirta Empul bersama dengan Abigail. Pertanyaan-pertanyaan terus menghantam pikiran Adi. Apa lagi yang diinginkan si perampok? Setelah memaksanya membunuh sang Raja.

Keesokan harinya, kereta kencana sudah di siapkan di gerbang luar istana. Abigail dan Adi melangkahkan kaki menuju kereta kencana. Mereka hanya membawa seorang kusir tanpa pengawal apapun. Sampai di pinggiran danau, mereka turun dari kereta kencana. Sekelompok laki-laki berjejer membelakangi mereka. Mereka membalikkan badan dengan tatapan sombong. Adi dan Abigail masih tidak faham, drama apa yang sedang terjadi.

Suara tapal kuda mendekati ke arah mereka dari belakang. Sontak mereka menengok ke belakang. Wira menunggangi kuda ajaib dengan tatapan songong. Adi terkejut, tak percaya terhdapa apa yang dilihat. Abigail menatap heran, siapa lelaki itu dan mengapa kuda itu bisa bersama dengan dia?

Wira mengarahkan kudanya tepat ditengah-tengah barisan para lelaki yang kekar tersebut. Dia tersenyum songong tanda kemenangan. Wira mengenalkan siapa dirinya sebenarnya. Ternyata, Wira adalah ketua dari sekelompok lelaki tersebut yang bertujuan hendak mencuri kuda sakti milik raja. Wira juga menceritakan bahwa orang yang telah membunuh raja adalah Adi itu sendiri.

Abigail tampak shock. Mukanya kembali sedih mengingat kematian ayahnya. Tidak disangka, orang yang paling dia cintai adalah juga orang yang paling dia benci. Sementara itu, Adi merasa dirinya orang terbodoh didunia. Dengan polosnya, dia menceburkan diri dalam kubangan perangkap. Tak ada jalan lain selain mengakhiri hidupnya sendiri.




Nama : Monica Febriyanti
No       : 19
Kelas  : X MIPA 6
Cinta yang Sedih
Pada suatu hari di sebuah desa yang terpencil hiduplah  keluarga yang miskin dan tidak mempunyai apa-apa . Keluarga itu dikepalai oleh Paijo. Paijo mempunyai anak yang diberi nama Putra. Paijo bertempat tinggal di desa dekat Sungai Kemuning bersama istri dan anaknya. Suatu hari di luar desa Sungai Kemuning ada berita tentang juragan yang baik hati sedang mencari pengawal. Berita itu sampai di telinga Intri paijo yaitu Soimah. Soimah pun berkata pada Paijo.
"Pak bagaimana kalau kita pergi ke desa sebelah kita bekerja saja pada juragan yang konon baik itu?" Ucap sang istri.
"Lalu bagaimana kita pergi dari desa kita ke desa seberang itu bu? Ibu juga tau kita tidak punya kendaraan untuk pergi kesana dan juga anak kita Putra masih sekolah juga." Jawab Paijo.
"Pak Putra berhenti sekolah saja Putra ingin membantu bapak bekerja bersama di juragan itu, esok kalau Putra punya rezeki sendiri, Putra bisa melanjutkan sekolah lagi." Jawab Putra.
"Nak apa tidak apa kamu memutuskan sekolahmu demi kami nak? Nak maaf kami belum bisa memberikan yang terbaik untuk kamu nak." Kata Ibu Soimah.
"Iya bu tidak apa-apa, Putra mengerti kok, bagi Putra ibu sama bapak udah kasih yang terbaik. Mari pak bu kita menyiapkan barang-barang kita untuk besok." Ucap Putra.
Keesokan harinya Putra dan keluarganya pergi menuju desa seberang ia pergi berjalan kaki dari desa Sungai Kemuning menuju desa seberang. Sepanjang perjalanannya Putra slalu menunjukan sifat ramahnya kepada seorang yang ditemui di sepanjang jalannya. Tibalah  Putra di depan rumah yang megah dengan tekstur rumahnya yang khas dengan motif jawa sederhana tetapi terlihat mewah. Putrapun memasuki rumah besar itu disambutlah Putra dengan baik oleh pengawal juragan itu. Kemudian juragan itu keluar rumah dengan wajah yang menyambut ramah. Putra dan ayahnya lalu menceritakan maksud kedatangannya ke rumah juragan.
"Wahai anak laki-laki apa maksud kedatanganmu kesini?" Tanya sang Juragan .
"Tuan saya adalah seorang lelaki miskin yang sedang mencari pekerjaan guna mencukupi kebutuhan sehari-hari saya dan saya ingin mengumpulkan uang untuk biaya sekolah saya nanti agar tidak memberatkan orang tua." Jawab Putra.
"Iya saya memang sedang mencari seorang pengawal, karena pengawal saya yang dulu sudah meninggal. Jadi, saya ingin mencari seorang pemuda yang mau menjadi pengawal saya." Ucap sang juragan.
"Saya siap tuan menjadi pengawal anda." Jawab Putra.
Akhirnya Putra menjadi pengawal Juragan kaya raya itu. Selama menjadi pengawal Putra tentunya tidak sendiri ia ditemani oleh beberapa pengawal juragan itu salah satunya Dony. Dony merupakan salah satu pengawal juragan yang paling diandalkan dirumah itu. Tetapi setelah kehadiran Putra dirumah itu Juragan lebih suka dengan Putra karena Putra memiliki sifat yang terpuji yang lebih baik daripada Dony. Dony pun sedikit memiliki perasaan iri kepada Putra. Akhirnya Dony berencana menaburkan zat kimia di minuman Putra. Namun niat jahat Dony disaksikan oleh gadis cantik dirumah itu. Gadis itu adalah anak dari juragan yang telah pulang dari kuliahya di Jerman. Ia bernama Cantika. Cantika pun memberitahukan niat jahat Dony terhadap Putra kepada ayahnya. Akhirnya Dony diberhentikan dari pekerjaannya menjadi pengawal juragan. Dan tinggalah Putra yang menjadi pengawal juragan.
Seiring berjalannya waktu Putra memiliki perasaan kepada anak Juragan. Dan ternyata Cantika pun diam-diam juga memiliki rasa kepada Putra karena sifat Putra yang baik itu. Putra dan Cantika pun juga sering bermain bersama-sama. Cantika sering menghabiskan waktunya bersama Putra. Kedekatan mereka semakin lama semakin dekat kedekatanya pun terdengar oleh telinga juragan. Namun kedekatan Cantika dan Putra tak direstui oleh juragan. Memang Putra sangat baik tetapi juragan tidak ingin putrinya mengenal cinta dahulu ia ingin putrinya bersekolah dahulu sampai benar-benar mengenal cinta dengan betul. Putra mengerti akan keputusan tuanya itu akhirnya Putra memendam perasaanya kepada Cantika.
Suatu hari juragan akan menyekolahkan Cantika di Jepang untuk bidang studi keseniannya karena Juragan tau Cantika sangat berbakat pada seni akhirnya Cantika disekolahkan disitu. Sebelum Cantika melanjutkan sekolahnya di Jepang Cantika meminta kepada ayahnya untuk memberi waktu walau sebentar untuk bersama dengan Putra sebelum Cantika pergi. Ayahnya pun menyetujui permintaan anaknya. Putra yang berada disamping juragan beranjak pergi meninggalkan juragan menyuruhnya pergi untuk menemui Cantika.
"Putra.. sebenarnya dilubuk hatiku ini aku tidak ingin sekolah di Jepang karena aku ingin disini bersamamu Putra, aku tidak sanggup jika aku harus pergi darimu." Ucap Cantika.
"Cantika, aku mengerti akan hal perasaanmu padaku, tetapi bukankah kamu juga menyukai kesenian, niat ayahmu menyekolahkan kamu di Jepang itu demi kebaikanmu Cantika, tidak apa aku disini sendiri Cantika, kelak suatu saat nanti jika aku mempunyai rezeki yang banyak aku pasti akan menyusulmu Can." Jawab Putra.
"Apakah kau tak apa tanpaku?" Tanya Cantika.
"Tidak apa Cantika apapun demi kebaikanmu menjadi yang lebih baik." Jawab Putra.
Akhirnya keesokkan harinya Cantika berangkat menuju Jepang. Cantika berpamitan kepada ayahnya dan juga kepada Putra. Cantika berangkat menuju Jepang menaiki pesawat terbang.
Dirumah juragan, juragan dan Putra sedang melihat televisi. Namun tiba-tiba muncul berita tentang jatuhnya pesawat dan ternyata pesawat yang jatuh itu ternyata pedawat yang ditumpangi Cantika. Terjatuhlah juragan dari tempat ia duduk juragan terjatuh ke bawah sontak hati juragan sangat sedih karena mendengar berita bahwa tidak ada penumpang yang selamat.
Hati Putra pun juga merasa sedih karena seorang wanita yang ia cintai telah pergi meninggalkannya bahkan selamanya meninggalkan selama-lamanya. Putra pun memutuskan untuk berhenti menjadi pengawal juragan dan Putra memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya yang dulu pernah ia tunda untuk bekerja kini Putra merasa uang yang dihasilkanya dari bekerja telah mencukupi. Putra juga berusaha untuk melupkan cintanya kepada Cantika dengan menyibukkan diri dengan bekerja.
Tamat.





NAMA            : Muhammad Izzat Indrafakrullah
NO      : 20
KELAS            : X MIPA 6
Hang Taha

Hang Taha adalah seorang anak miskin. Bapaknya bernama Hang Mahud dan ibunya Dang  Wati. Mereka tinggal di sebuah gubug di pinggiran Sungai Duyung. Berawal dari terdengarnya kabar bahwa raja di kerajaan Indi adalah seorang raja yang adil dan bijaksana. Indi pun menjadi negeri yang masyhur. Seperti halnya negeri masyhur, Indi menjadi tujuan banyak orang, tidak terkecuali Hang Mahud, Dang  Wati, dan Hang Taha. Mereka pindah ke Indi untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Pada suatu malam, Hang Mahud bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Taha. Kemudian Hang Mahud terbangun dan mengangkat Hang Taha, yang saat itu masih berusia 12 tahun, lalu diciumnya. Seluruh tubuh Hang Taha berbau sangat harum. Hang Mahud menceritakan mimpi itu kepada istrinya lalu meminta pemuka agama untuk mendoakan Hang Taha.
Seperti biasa, Hang Taha membantu orang tuanya membelah kayu. Tiba-tiba pemberontak datang ke tengah pasar membuat keributan. Banyak orang mati dan luka-luka. Semua warga di pasar melarikan diri, tetapi tidak dengan Hang Taha. Dia melawan pemberontak itu dan menghabisinya dengan menggunakan kapak sehingga kepala pemberontak terbelah. Sahabat-sahabat Hang Tuah, yaitu Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu, terkejut karena Hang Taha membunuh pemberontak itu. Pada suatu ketika, Hang Taha mengajak sahabatnya untuk pergi berlayar menuntu ilmu. Di tengah perjalanan, perahu mereka yang kecil bertemu dengan tiga kapal besar yang berasal dari Jawa. Hang Taha bersama sahabatnya berhasil melumpuhkan tiga kapal Jawa itu yang ternyata perompak yang ingin membuat kerusakan di Indi. Hang Taha pun kembali ke Indi dan menyerahkan perompak itu ke kerajaan.
Kabar tentang keberanian Hang Taha dan sahabatnya menumpas perompak terdengar sampai ke kalangan kerajaan. Hang Taha dan sahabatnya diangkat menjadi prajurit Indi oleh Bendahara. Hang Taha yang lebih unggul dibandingkan sahabatnya pun semakin menunjukan ketangkasannya dalam menjaga dan melindungi kerajaan Indi.
Pada suatu hari raja Indi  yang bernama Sang Langit, anak Sang Awan, pergi berburu. Raja serta pengikutnya menemukan wilayah yang luas dan bagus untuk memperluas kebesaran kerajaan. Wilayah tersebut diberi nama Malaka, sesuai dengan nama kayu di tempat itu. kemudian raja serta petinggi kerajaan menempati kerajaa Malaka. Kebesaran Malaka terdengar sampai ke seluruh kerajaan tetangga.
Raja Malaka sebagai raja yang besar belum juga memiliki istri. Terdengar kabar bahwa anak Bendara kerajaan Indrapura yang bernama Tun Teja sangat cantik jelita. Raja Malaka pun sangat ingin beristrikan Tun Teja. Akan tetapi, Tun Teja menolak raja-raja besar yang melamarnya karena Tun Teja merasa dia hanyalah seorang anak Bendahara dan tidak pantas jika menjadi istri seorang raja. Kemudian, Raja Malaka yang ditemani prajurit terbaiknya, Hang Tuah dan sahabatnya, pergi ke Majapahit untuk melamar anak Raja Majapahit, yaitu Raden Galuh. Selama di Majapahit, Patih Gajah Mada yang tidak suka terhadap kerajaan Malaka mencoba membunuh prajurit yang terkenal gagah berani, yaitu Hang Taha. Berbagai cara Patih Gajah Mada membunuh Hang Taha, tetapi selalu gagal. Kemudian Patih Gajah Mada yang diperintah oleh Raja Majapahit untuk membunuh Hang Tuah, meminta bantuan Tamang Sari yang terkenal sakti karena kerisnya. Akan tetapi, seorang Tamang Sari yang sakti pun tetap dapat dikalahkan oleh Hang Taha dengan diambil kerisnya. Keris Tamang Sari yang sakti itu dipersembahkan oleh Hang Taha kepada Raja Malaka. Berkat keberanian Hang Taha, Raja Malaka menyerahkan keris sakti itu untuk Hang Taha. Selama keris itu berada di tangan Hang Taha, dia tidak dapat dikalahkan oleh musuh. Hang Taha pun diberi gelar laksamana.
Hang Taha berencana membalas dendam kepada Majapahit yang telah berulang kali melakukan percobaan pembunuhan. Pada pesta perayaan pernikahan, Hang Taha bersama sahabatnya mandi di kolam terlarang yang hanya boleh Raja Majapahit saja yang masuk. Raja Majapahit mengetahui perbuatan Hang Taha dan sangat marah. Raja Malaka meminta maaf dengan alasan bahwa Hang Taha tidak mengetahui bahwa kolam itu terlarang.
Setelah menikahi Raden Galuh, Raja Malaka yang diiringi rombongan kembali ke Malaka bersama istrinya. Sesampainya di Malaka, Patih Karma Wijaya yang berasal dari Jawa merasa iri terhadap Hang Tuah karena selalu dipuji-puji Raja Malaka. Karma Wijaya pun memberi tahu Raja Malaka bahwa perbuatan Hang Tuah ketika mandi di kolam Raja Majapahit adalah perbuatan yang disengaja untuk membalas dendam. Raja Malaka pun marah dan mengusir Hang Tuah. Setelah Hang Tuah pergi, Hang Jebat diangkat menjadi pengawal Raja Malaka.
Hang Taha pergi ke Indrapura untuk melanjutkan hidup. Di Indrapura, Hang Taha bertemu dengan Tun Teja. Hang Taha mempunyai pikiran bahwa jika dia dapat membawa Tun Teja ke Malaka, raja akan memaafkannya dan Hang Taha dapat kembali menjadi laksamana di Malaka. Hang Taha pun mendekati Tun Teja dengan perasaan suka. Begitu pun sebaliknya, Tun Teja mencintai Hang Taha. Akan tetapi, Tun Teja sakit hati bahwa dibawanya Tun Teja ke Malaka adalah untuk dinikahkan dengan Raja Malaka, bukan dengan Hang Taha. Berkat mantra Hang Taha, Tun Teja menjadi benci terhadap Hang Taha dan mau dijadikan gundik Raja Malaka. Kemudian Hang Taha dimaafkan oleh raja dan dipuji-puji karena telah berhasil membawa wanita yang sangat dicintai raja.
Karma Wijaya yang masih iri terhadap Hang Tuah mengetahui bahwa diantara Hang Taha dan Tun Teja saling mencintai. Karma Wijaya bersama Tun Ali membuat rencana untuk menjebak Hang Taha. Hang Taha dipertemukan dengan Tun Teja dan terjadilah fitnah berzina. Raja Malaka sangat marah dan memerintahkan Bendahara untuk memberikan hukuman mati kepada Tun Teja dan Hang Taha. Akan tetapi, hukuman itu tidak dijalankan. Bendahara yang sangat menyayangi Hang Taha menyembunyikan Hang Taha di sebuah hutan di hulu Malaka.
Diangkatlah Hang Jebat menjadi laksamana kerajaan Malaka. Hang Jebat kini memiliki keris sakti Taming Sari. Hang Jebat mengira bahwa Hang Taha telah meninggal. Hang Jebat melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Malaka yang rajanya berubah menjadi raja yang berbuat sewenang-wenang. Hang Jebat pun mengambil alih kekuasaan istana. Raja Malaka berlindung di rumah Bendahara dan mengaku menyesal karena telah membunuh Hang Tuah. Akhirnya, Bendahara pun membuka rahasia bahwa sebenarnya Hang Taha belum mati, tetapi hanya disembunyikan. Hang Taha dibebaskan dan diperintahkan untuk membela raja.
Hang Taha bertarung dengan Hang Jebat selama berhari-hari. Hang Tuah berhasil merebut kembali keris Taming Sari dan membunuh Hang Jebat. Pada detik-detik terakhir kematian Hang Jebat, dia menyampaikan bahwa selama ini dia selalu membela Hang Taha di depan raja. Hang Jebat memberontak dan mengambil alih kekuasaan istana karena raja Malaka berlaku sewenang-wenang. Di sisi lain, Hang Taha justru membela raja yang telah memberinya hukuman mati tanpa alasan yang kuat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anekdot Individu Absen 21-30

Puisi 11-20