Cerpen Individu 21-30
Nama : Najma
Nur Walida
No : 21
Kelas : X A6
Raka Raharjo adalah seorang anak
miskin. Ayahnya bernama Raharjo dan ibunya bernama Sri Mulyani. Mereka tinggal
di pinggiran kota. Berawal dari terdengarnya kabar dari tetangganya yang pergi
merantau ke Ibu Kota Jakarta, mengatakan bahwa disana adalah kota yang mahsyur.
Seperti pada umumnya, banyak orang yang ingin pergi kesana. Dan pada akhirnya,
Arka dan kedua orangtuanya memutuskan untuk pindah kesana untuk meingkatkan
perekonomiannya.
Pada suatu malam, ayahnya bermimpi
bulan turun dari langit yang cahayanya penuh di atas kepala putranya. Kemudian,
ayahnya terbangun dan berlari menuju Raka, yang saat itu masih berusia belasan
tahun. Dipelukalah dan diciuminya anaknya itu, dan bau tubuh Raka berbau harum.
Diceritakanlah mimpi itu kepada istrinya lalu mereka meminta bantuan seorang
ustadz untuk mendoakan Raka.
Seperti biasa, Raka membantu kedua
orangtuanya dengan menjadi buruh angkut barang di pasar. Namun, di suatu pagi,
tiba-tiba ada seorang preman pasar yang membuat keributan dengan
mengobrak-abrik barang para penjual dan mengambil uang hasil jualan mereka.
Semua warga tidak ada yang melawan, mereka malah berlari terbirit-birit dengan
semburat wajah ketakutannya. Lain dengan Raka, ia malah melawan preman itu.
Dengan keberaniannya dan ketangkasannya, ia dapatmengalahkan preman itu. Preman
itu pun lari ketakutan.
Seiring berjalannya waktu, Raka
mengajak teman-temannya yaitu Bima, Raden, dan Haris pergi untuk menuntut ilmu
ke pulau seberang. Mereka menggunakan transportasi laut untuk sampai ke pulau
tersebut. Ketika ditengah perjalanannya, seluruh penumpang kapal dikejutkan
dengan para perompak yang meminta secara paksa barang bawaan mereka yang
berharga. Arka dan ketiga temannya berhasil melumouhkan perompak-perompak
tersebut, yang ternyata prompak tersebut adalah orang-orang jahat yang ingin
membuat kerusakan di tempat Arka dan temannya menuntut ilmu.
Kabar tentang Arka dan temannya yang
menumpas perompak pun sampai terdengar ke seluruh masyarakat di pulau itu.
Setibanya Arka dan teman-temannya sampai ke pulau itu, mereka disambut baik
oleh masyarakat. Sampai-sampai ada seorang pengusaha yang meminta mereka untuk
menjadi bodyguardnya. Tawaran tersebut diterima mereka dengan senang hati,
karena mereka memang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari, apalagi tawaran tersebut sudah ada di depan mata. Arka yang lebih
unggul dari temannya pun semakin menunjukkan ketangkasannya dalam menjaga dan
melindungi atasannya.
Pada suatu hari, bosnya yang bernama
Pak Bryan, pergi ke luar kota untuk bertemu dengan salah satu kliennya. Pada
saat itu, ia juga menemukan tempat dimana ia yakini dapat mengembangkan
kebesaran perusahaannya. Dan hal tersebut terbukti, setelah Pak Bryan menemukan
tempat itu dan membangun perusahaan baru disana, penghasilan setiap bulannya
meningkat dan kebesaran itu sudah menjadi rahasia umum dimana banyak perusahaan
yang segan dan ingin mengajak bekerjasama dengan perusahaan Pak Bryan.
Pak Bryan sebagai salah satu
pengusaha sukses belum memiliki seorang isti. Terdengarlan kabar bahwa anak
supir pribadinya memiliki seorang putri bernama Amira yang katanya mempunyai
rupa yang sangat cantik jelita. Briyan pun ingin memperistri Amira. Akan
tetapi, Amira selalu menolak orang-orang sukses seperti Bryan, yang melamarnya
karena dia merasa hanya seorang anak seorang supir dan tidak pantas jika harus
bersanding dengan orang-orang sukses seperti mereka. Kemudian, Bryan bersama
orang kepercayaannya, Arka dan kawan-kawan, pergi ke pusat kota untuk melamar
anak salah satu rekan bisnisnya, Aleana Putri atau sering dipanggil Alea.
Selama di kota, salah satu karyawan ayahnya Aleana yang bernama Baron sangat
membenci Bryan karena usut punya usut Baron memiliki perasaan kepada Alea,
namun karena faktor ekonomi ia takut melamar Alea dan ketika ia sudah bekerja
keras malah keduluan Bryan. Baron ingin sekali menjatuhkan Bryan dengan
berbagai cara namun semua itu gagal berkat ada Arka yang selalu melindungi
Bryan. Baron juga sempat meminta bantuan kepada seorang temannya untuk
membuntuti Bryan dan melakukan kejahatan pada Bryan, namun itu semua juga gagal
karena ada Arka disampingnya.
Arka yang sudah mengetahui siapa
dalang dibalik kasus yang kejahatan yang menimpa atasannya pun ingin membalas
dendam kepada perusahaan ayahnya Alea atau Pak Arga, dimana Baron bekerja
sebagai seorang manager disana. Pada saat pesta ulang tahun perusahaan Pak
Arga, Arka bersama sahabatnya masuk kedalam sebuah ruangan rahasia perusahaan
dimana hanya Pak Arga saja yanghanya boleh masuk. Mengetahui hal itu, Pak Arga
sangat marah atas perbuatan tidak sopan Arka dan ketiga temannya. Bryan yang
merasa tanggung jawab atas mereka pun meminta maaf atas perlakuan anak buahnya
dengan alasan bahwa Arka tidak mengetahui kalau ruangan itu adalah sebuah
ruangan terlarang bagi umum.
Setelah menikahi Alea, Bryan dan
rombongan kembali ke pinggir kota tempat ia melakukan bisnis. Setelah tiba,
salah satu karyawan Bryan yang lain bernama Gibran merasa iri terhadap Arka
yang selalu dipuji-puji oleh Bryan. Gibran pun memberi tahu ketika Arka masuk ke
ruangan rahasia itu adalah perbuatan yang disengaja yang digunakan untuk
membalas dendam. Bryan pun marah karena ia merasa kepercayaannya disepelekan.
Ia pun memecat dan mengusir Arka.
Arka pergi ke salah satu desa yang
masih satu pulau. Di sana, Arka bertemu dengan Amira. Arka mempunyai pikiran
jika ia berhasil membawa Amira ke tempat Bryan, maka Bryan akan memaafkannya
dan dapat menjadi bodyguard kepercayaannya lagi. Arka pun mendekati Amira
dengan perasaan suka, begitupun sebaliknya. Akan tetapi, Amira sakit hati
karena dibawanya ia adalah tujuan Arka untuk dinikahkan dengan Bryan. Berkat
beberapa kata-kata rayuan dan sedikit paksaan dari Arka, akhirnya Amira pun
mau. Lalu, dimaafkanlah Arka oleh Bryan dan ia kembali dipuji-puji karena
berhasil membawa wanita yang dicintai Bryan.
Gibran yang masih iri terhadap Arka
mengetahui bahwa ada cinta diantara Arka dan Amira. Gibran bersama temannya
Ratna yang juga membenci Arka pun membuat rencana untuk menjebak Arka. Arka
dipertemukan dengan Amira dan terjadilah fitnah yang mengatakan bahwa mereka
telah melakukan zina. Bryan yang mengetahui itu sangat marah, ia mengancam akan
membuat hidup mereka sengsara bahkan jika ia bisa ia akan membunuh mereka.
Bryan memerintakan supir pribadinya untuk menabrak Arka dan Amira ketika mereka
pergi dari kediaman Bryan. Namun, perintah itu tidak dilaksanakan. Sang supir
atau ayah dari Amira malah menyembunyikan mereka ke sebuah pelosok desa.
Setelah kejadian itu, Bryan memiliki
bodyguard baru bernama Rama. Rama juga menjadi kepercayaan Bryan karena
kerjanya yang bagus. Namun, kepercayaan itu disalahgunakan Rama untuk
menghancurkan perusahaan Bryan. Rama bersekongkol dengan orang dalam perusahaan
Bryan yang sudah lama juga ingin menjatuhkan Bryan. Mereka melakukannya secara
halus dan pelan-pelan tanpa sepengetahuan Bryan sedikitpun. Mereka melakukan
hal tersebut dengan memplesetkan pemasukan uang perusahaan dan diganti dengan
laporan keuangan palsu. Sampai pada titik dimana perusahaan Bryan sudah berada
di ujung tanduk. Ia bingung harus bagaimana dan entah atas dorongan apa ia
pergi ke rumah sang supir untuk cerita tentang masalahnya. Ia bercerita kepada
sang supir karena supir tersebut sudah dianggap ayah sendiri dan juga sang
supir juga sudah mengetahui selu beluk seorang Bryan. Kemudian, diceritakanlah
bahwa ketika sang supir mendapat perintah untuk melakukan pembunuhan kepada
Arka bahwa ia tidak melakukannya dan malah menyembunyikan Arka di suatu desa
terpencil. Lalu, dipanggillah Arka untuk memberi bantuan kepada Bryan untuk mengetahui
siapa dalang di balik semua ini.
Ketika Arka sudah mengetahui bahwa
pelaku utama di balik hancurnya perusahaan Bryan adalah Rama, ia mulai menyusun
rencana untuk mengungkapkan kebusukan Rama. Sampai pada akhirnya, terungkaplah
kejahatan Rama. Kemudian, Rama dan karyawan yang terlibat diberi hukuman masuk
penjara. Namun, ketika detik-detik penangkapannya Rama malah mengatakan bahwa
ia melakukan hal tersebut karena ingin memberi pelajaran kepada Bryan yang
telah berbuat semena-mena terhadap karyawannya. Di sisi lain, Arka justru
mebela Bryan yang telah mengusirnya berkali-kali.
Nama :
Nalendra Rizka Amelia
No: 22/XMIPA
6
SAMUDRA
“Ayo, jurusan
Jakarta. Jakarta Jakarta. Ayo ayo yang mau ke Jakarta. 15 menit lagi bus
Jakarta berangkat, mari pak bu..” ucap kernet menggema di terminal. Memekik
keras mengingatkan.
“Pak, Bu, Samudra
mau berangkat dulu mengundi nasib. Pak,Bu mohon doanya. Samudra janji, jika
nanti Samudra sudah sukses Samudra akan balik ke kampung lagi, menemui Ibu dan
Bapak. Samudra janji Samudra akan mengangkat ekonomi keluarga kita, Samudra
akan melunsasi hutang hutang keluarga kita, Samudra tidak akan membiarkan keluarga
kita dihina lagi. Pak, Bu, Samudra pamit” ujar Samudra dengan berat hati.
Samudra
Alano. Seorang pemuda miskin yang mencoba mengundi nasib di ibukota
metropolitan. Pekerjaan di desa yang semakin jarang membuatnya tak bisa lagi
terus menerus menggantungkan dirinya pada sector pertanian yang semakin lama
semakin sempit akibat alih fungsi lahan dari sawah menjadi pemukiman. Hutang
yang semakin lama semakin memuncak membuatnya frustasi. Entah mengapa ia jadi
teringat dengan mas supri yang ekonomi keluarganya menjadi lebih baik setelah
merantau. Akhirnya Samudra juga ingin mencoba mengundi nasib di Jakarta. Ia
sudah tak punyai pilihan lain, ia hanya ingin mencoba. Kalo toh akhirnya ia
tidak bisa sesukses mas pri, ia akan kembali ke kampong.
“Nak, apa
kamu yakin mau merantau? Jakarta itu kejam nak, Mbak Desi merantau ke Jakarta
tahun kemarin pulang Cuma bawa nama. Ibu gak mau kamu jadi kayak Mbak Desi,
sudahlah gak merantau, disini saja. Gapapa kita hidup kekurangan asal kita sama
sama terus. Sudah nak, jangan, ayo kita pulang saja. Tidak usah ke Jakarta” nasehat
Ibunya sedikit khawatir, ia juga enggan melepaskan genggaman tangannnya pada
lengan Samudra.
Ibu Samudra
memang seperti itu, ia terlalu sayang ke Samudra sampai khawatir akan kepergian
Samudra yang hendak merantau. Ibunya tidak ingin Samudra bernasib sama seperti
Mbak Desi. Ia tidak ingin samudra seperti itu. Oleh karena itu Ibunya bersikukuh
melarangnya. Ya namanya juga Ibu, siapa yang tak khawatir jika anaknya merantau
jauh.
“Sudahlah bu,
tak usah cemas. Samudra pasti bisa menjaga diri. Samudra Cuma ingin cari
pengalaman Bu, tidak ada yang salah jika Samudra ingin merantau. Kita doakan saja
agar Samudra sukses disana” ujar Ayahnya mencoba menasehati sambil mencoba
menenangkan kekhawatiran Ibunya.
“Tapi Pakk, Samudra
kan...”
“Bu, Samudra
Cuma pengen nyari pengalaman. Kapan kapan kalo Ibu pengen ketemu sama Samudra,
kita susul Samudra ke Jakarta” kembali Ayah Samudra menenangkan istrinya yang
kelihatannya sangat ketakutan karena kepergian Samudra.
“Yasudah nak,
jika itu mau kamu, Ibu gak bisa melarang. Ibu doakan aja kamu sukses disana.
Kamu baik baik disana ya nak” tutur Ibunya kemudian mengiyakan.
“Terimakasih
Bu, Samudra pamit. Assalamu’alaikum wr.wb ” balas Samudra berusaha senang walau
sebenarnya ia berat hati.
“Hati hati ya
nak..” titah Ibunya sambil melambaikan tangan.
Samudra
kemudian menaiki bis jurusan Jakarta dengan wajah keruh. Ia sebenarnya juga
terpikir perkataan ibunya, bagaimana jika ia tak bisa sesukses Mas Pri.
Bagaimana jika ia bernasib sama seperti Mbak Desi. Namun perasaan itu ia tepis
jauh jauh. Ia harus yakin bahwa ia bisa, bagaimanapun juga ia harus sukses. Ia
tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.
“Mas, kita
sudah sampai” ucap kernet membuyarkan lamunannya.
Ia bahkan tak sadar bahwa perjalanan yang
hampir ditempuh 1 jam itu berlalu dengan cepat. Ia bahkan juga baru sadar bahwa
bis yang tadinya ramai kini sudah menjadi begitu sepi. Ia pun kemudian bangkit
dari duduknya dan turun dengan langkah gontai.
Matanya
mengerjap berkali kali, lalu bibirnya mengucapkan sebuah kata yang pelan, namun
cukup untuk menggambarkan kondisi keterjutannya.
“owalah,
seperti ini to rupa ibukota Jakarta.”
Sebuah bunyi
yang cukup nyaring memekakkan telinganya. Samudra memalingkan wajahnya ketika
itu dan mendapati seorang bertopeng hitam sedang berlari terburu buru sambil
membawa koper jarahan di tangan kanannya. Kemudian dibelakangnya disusul oleh
seorang pemuda yang berlari tak kalah kencangnya. Sudah dipastikan bahwa pemuda
itu pasti kerampokan.
Seperti
dugaannya. Tak lama kemudian,rampok itu berlari
ke arahnya. Melihat hal itupun samudra hendak menolong sang pemuda itu. Ia
berusaha mencegah perampok itu lari dengan menghadang jalannya. Dan sejurus
kemudian ia berlari menuju sang perampok yang menuju kearahnya. Dan kemudian...
Brukkkkk....
Sebuah
tinjuan berhasil mendarat mulus dipipi sang perampok. Sang perampok terhuyung
huyung dan kemudian lari ketakutan. Samudra berhasil menyelamatkan koper pemuda
itu. Samudra pun bangkit dan mengambil koper itu dan menyerahkannya pada
pemiliknya.
“Wahh, terimakasih.
Kamu tadi pemberani sekali” ucap laki laki itu memuji.
“Iya sama
sama, tidak usah dihiraukan. Tadi saya hanya berniat membantu” balas samudra
kikuk.
“Kamu ini,
rumahnya dimana? Mari saya antar” tawar sang pemuda itu lagi.
Dilihat dari
pakaian yang dikenakannya, samudra yakin bahwa pemuda ini adalah seseorang yang
berada. Setelan jas warna hitam, dengan sepatu kinclong dan berdasi. Ia pasti
orang kantoran.
“Samudra,
Samudra Alano. Maaf tapi saya baru datang dari kampong. Saya belum punya rumah
ataupun pekerjaan” jawab samudra seadanya, masih dengan senyumnya yang
terpampang apik disana.
“oh, yasudah.
Kebetulan diperusahaan saya masih membutuhkan karyawan. Kalo berkenan kamu bisa
bekerja disana. Ini alamatnya” ujarnya kemudian sambil menyodorkan kartu namanya pada
samudra.
“iya
terimakasih, saya akan datang melamar pekerjaan besok” balas samudra antusias
Esoknya
samudra melamar pekerjaan dikantor pak andi. Samudra bahkan lupa berkenalan
dengan sosok yang ditolongnya kemarin, dan ia baru sadar nama pengusaha muda
itu ketika ia mendapatkan kartu namanya.
“eh, samudra.
Mau ngelamar pekerjaan? Sudahlah, kamu sudah saya terima. Silahkan mulai hari
ini kamu sudah bisa bekerja”suara khas yang tak asing itu berhasil membuatnya
tersenyum lebar. Ia bahkan belum sempat menyampaikan maksud kedatangannya namun
andi seakan sudah bisa menebaknya duluan.
“terima
kasih, pak andi”
“Andi,
panggil saja andi”
“iya, terima
kasih ndi”
“hei
lis, eh sam kenalin ini lalisa” samudra
menaikkan sebelah alisnya. Ia mengenal wanita itu. Ia yakin itu pasti
Lalisa. Gadis yang pernah ia sukai dari desa seberang. Lisa sepertinya juga
merasakan hal yang sama, namun ia berusaha mungkin untuk menutupinya. Lisa
hanya tersenyum sambil berjabat tangan memperkenalkan diri. Kemudian lalisa dan
andi masuk ke kantor.
“kenapa
harus lalisa dengan andi” lirih samudra, sambil mengucap wajahnya frustasi.
Sejenak
samudar melupakan hal yang terjadi pagi tadi tentang pertemuannya dengan
lalisa. Siang itu ketika jam istirahat makan siang, samudra hanya berjalan ke
kantin memesan minuman dan kemudian duduk di meja kantin. Sebuah sapaan yang
tak sing mulai terdengar ditelinganya. Ia mendapati lalisa berdiri di depannya.
Lalisa tersenyum simpul padanya.
“boleh
aku duduk?” Tanya lalisa kemudian.
Samudra
hanya mangut mangut, ia membisu tak tahu harus menjawab apa. ia dan gadis ini
sama sama canggung.
“Maaf,
aku dan andi..” ucap lalisa selanjutnya, namun tertahan karena samudra buru
buru memotong perkataannya.
“kamu cocok
sama andi, dia jauh lebih baik” jawab samudra berusaha kuat. Ia tahu ia taka
akan pernah bisa rela jika melihat gadis itu bersama orang lain. Namun disisi
lain ia juga tak ingin merebut gadis itu dari Andi.
Ia tak ingin
melanjutkan pembicaraan yang semakin lama semakin menyakitinya ini. Ia harus
buru buru pergi. Namun saat akan beranjak dari tempat duduknya, ia mnedapati
sebuah tangan tengah memegang pergelanagnnya erat. Lalisa tidak ingin samudra
pergi.
“aku gak bisa
sama andi, dia suka mainin wanita sam. Udah banyak yang jadi korban, aku gak
mau kayak mereka. Kalo aku bisa milih aku pengen sama kamu sam. Aku sayang sama
kamu sejak pertemuan kita dikampung dulu.” Ucap lalisa sambil menitikkan air
mata. Ia memeluk samudra erat.
Samudra
akhirnya luluh juga, ia juga sayang pada lalisa. Karena kondisi kantin yang
sepi, mereka bisa bebas berpelukan tanpa ketahuan.
“enak ya
berduaan?” suara berat itu membuat keduanya terkejut. Andi berada disana
menyaksikan keduanya.
“kenapa
kaget? Gue udah tau semuanya sam. Brengsek ya lo ternyata, gue udah ngasih lo
pekerjaan dan ini balasan lo buat gue? Gue pikir lo orang baik baik bro,
makanya gue nrima lo buat kerja disini walaupun gue tau lo gak punya skill apa
apa. tapi ternyata gue salah, hari pertama lo bahkan mau ngrebut cewek gue.
Cowok macam apa lo, hah?” mata dan wajah andi memerah menahan amarah.
Namun andi
juga tidak ingin berkelahi dikantornya sendiri. Mengingat posisinya yang
sebagai boss, tentu akan memalukan jika ia berkelahi dengan karyawannya. Jadi jalan satu satunya adalah memecat
samudra pada hari itu juga untuk mencegah lalisa dan samudra menjalani hubungan
yang lebih jauh.
Samudra
mencoba meminta maaf dan mengemis agar pekerjaannya kembali, namun apalah daya.
Kemarahan andi pada samudra sudah dipuncaknya. Ia berniat akan membalas dendam
pada samudra tentang apa yang tlah ia lakukan hari ini.
Sore itu,
diruang kerjanya Nampak sepi. Andi mengetikkan sebuah pesan kepada anak
buahnya. Rencana balas dendam ini benar benar ia laksanakan
-malem nanti,
lo ajak anak buah lo baut ngroyok si samudra, pastiin dia nrima akibatnya, lo
bunuh aja kalo perlu. Gue gasuka ia deket sama cewek gue.
SEND-
***
Samudra
pulang dihadang oleh para preman. Menginagt jumlahnya yang tak sepadan ia
kemudian berlari. Usahanya melarikan diri terhenti karena ia menabrak seseorang.
Orang itupun kemudian menyuruh samudra sembunyi di gerobak sampahnya. Samudra
hanya menurut. Dan ketika para preman itu datang, ia hanya menjawab tidak ada
siapa siapa disini. Orang itu telah menyelamatkan hidup samudra.
Samudra
akhirnya menceritakan kisahnya pada pemuda pemungut sampah yang bernama Rudi
itu. Ternyata ia juga mantan kartawan Andi yang baru kena PHK 3 bulan lalu. Ia
kemudian menawari samudra tempat tinggal disekitar daerah pasar senen. Samudra
mengiyakan.
Lalisa
menceritakan kejadian yang menimpanya dengan samudra siang tadi pada sahabat
sekaligus teman karibnya dikantor yaitu Devan, devan yang kebetulan juga tahu
persis kisah keduanya sewaktu dikampung dulu juga merasa tidak terima. Ia
kemudian mempunyai rencana jahat untuk membalaskan dendam Samudra pada bosnya
itu.
“gue bakal
balas ketidakadilan yang lo terima sam, gue bakal bales”ucap devan mantab
Esok paginya,
devan sengaja datang terlambat. Niatnya adalah untuk memutus kabel rem,
sehingga mobil bossnya itu remnya blong. Devan dulu sewaktu di SMK mengambil
jurusan tekhnik mesin, jadi tidak sulit baginya untuk mengetahui mana kabel
yang harus diputus dan mana yang tidak.
Hari ini Andi
ada meeting mendadak dengan client. Buru buru ia menuju mobilnya karena sudah
terlambat. Devan hanya mengawasi dari jauh. Bossnya itu telah keluar dari
kantor dengan kecepatan tinggi. Ketika sampai di tikungan tajam Andi hilang
kendali, ia tak bisa menurunkan kecepatannya. Mobilnya terperosok kepinggir
jalan menabrak pohon. Ia tak sadarkan diri.
“lho itu
seperti mobilnya pak Andi.” Seorang pemuda lari tergopoh gopoh menuju mobil
yang rangsek karena menabrak pohon itu.
“Pak Andi,
pakk bangun pak...” ucap rudi kebingungan, ia bingung ingin mnta tolong
kesiapa, jalanan sepi sekali dan tidak ada orang, bagaimana ini. Akhirnya ia
memutuskan untuk mengangkut mantan bosnya itu dengan gerobak sampahnya dan
membawanya kerumah kecilnya.
Andi membuka
matanya perlahan, matanya menyipit ketika merasakan pusing yang teramat sangat
dikepalanya “dimana aku...” ucapnya
lirih kebingungan.
“pak andi
sedang berada dirumah saya pak. Maaf kalo keadaannya kotor. Ini tempat berteduh
saya satu satunya” ucap rudi sesopan mungkin.
Rudi lalu
menceritakan semuanya. Tentang pertemuannya dengan Andi, tentang insiden yang
menimpanya dan juga tentang samudra yang kini menjadi pemulung akibat
kehilangan pekerjaannya diperusahaan Andi tanpa tahu alasan yang sebenarnya dan
pemutusan kerja yang dianggap tak profesioal itu.
“dimana
samudra?” Tanya andi tiba tiba
Samudra
yang kala itu baru pulang memulung sedikit terkejut karena ada Andi dirumah
Rudi. Andi bangkit dari posisi tidurnya dan berjalan menuju Samudra dan meminta
maaf padanya. Samudra dibaut bingung dengan sikab andi yang tiba tiba seperti
ini.
Andi
lalu menceritakan semuanya, tentang insiden yang terjadi padanya siang tadi.
Andi berkata bahwa penyebab dari kejadian itu adalah devan. Karena pasalnya
Andi sempat melihat devan berdiri disamping tiang sambil mengendap endap.
Seperti seakan akan ia mempunyai rencana buruk namun tak ingin diketahui oleh
korbannya.
“tidak,
tidak mungkin devan seperti itu, ia baik Ndi. Ia tak mungkin seperti itu” bela
samudra ketika mendengar tuduhan yang dilontarkan andi pada sahabatnya itu.
“tapi
itu yang terjadi. Dia pengen jadi bos diperusahaan gue. Udah lama ia ngincer posisi gue Sam. Dia mungkin baik
dulunya, tapi jabatan ngebuat orang lupa” bantah andi ketika mendengar
pembelaan samudra atas devan.
“lo
harus bunuh dia, gue yakin dia juga ngincer lalisa sam. Lalisa..” mata samudra
membulat, tidak, jangan lalisa. Ia tak rela.
Samudra
berlari keluar dari rumah Rudi dengan penuh amarah. Ia ingin menghabisi Rudi.
Ia boleh saja merebut pekerjaan andi, mencelakai andi, namun tidak lalisa.
Jangan dia.
Samudra
menunggu devan keluar dari kantor. Harusnya sekarang devan sudah keluar namun
ternyata devan memilih untuk pulang agak terlambat. Di parkiran itu samudra
melihat devan keluar. Tanpa aba aba, samudra langsung menghajar Devan tanpa
ampun. Devan yang sadar atas seranagn samudra mencoba menghindar namun
kemarahan samudra membuatnya ketakutan. Ia tak pernah melihat samudra semarah
itu sebelumnya.
Ia
mencoba menyadarkan samudra, namun sayang. Samudra masih terbawa emosi.
Akhirnya Devan melawan samudra dengan sisa tenaganya. Samudra yang sadar akan
serangan balik devan kini mulai mundur perlahan. Bukan mundur karena kalah,
tapi mundur karena mengambil senjata.
Devan
masih mencoba bangkit, dan menghampiri sahabatnya itu untuk meminta maaf. Namun
ternyata, niat baiknya itu tak dibarengi dengan niat baik samudra. Karena
sejurus kemudian, sebuah pukulan keras dari kayu mendarat tepat di kepala
belakang Devan. Devan ambruk lemas bersimbah darah.
“DEVANNNNN.....”
sebuah teriakan keras dari lalisa menggema di parkiran kantor malam itu.
“apa yang
kamu lakuin Sam, lo gila? Kenapa lo bunuh Devan. Dia sahabat lo Sam, sahabat
lo” ucap lalisa dalam sela sela tangisnya yang sesenggukan
“dia mau
macam macam sama kamu lis” jawab samudra
“dia bahkan
mau membalaskan dendam karena perlakuan gak adil yang lo terima Sam, tapi gue
gak habis pikir sama lo. Kenapa lo tega bunuh sahabat lo sendiri padahal dia
udah berjuang keras buat lo. Sahabat macam apa lo Sam?” sarkas lalisa masih
dalam tangisnya.
Samudra lemas
dan ambruk seketika, ia menyesal terlalu buru buru mengambil tindakan. Karena
tindakannya yang emosional ia kehilangan sahabatnya. Karena ia yang begitu
mudah terpengaruh orang lain ia melakukan hal yang begitu keji. Hingga pada
kenyatannya, tak satupun dari semua yang ia takutkan terbukti. Ia menyesal.
Namun mau bagaimana lagi? Devan sudah tak ada, devan sudah terbunuh olehnya,
dengan tangannya sendiri. Ia membunuh sahabatnya. Sahabat terbaiknya.
Keinginannya
untuk merantau demi orang tuanya sirna. Harapan untuk menaikkan ekonomi
keluarganya sudah tinggal angan. Ibu dan ayahnya tidak akan bangga mempunyai
anak seperti dia. samudra seorang pembunuh yang baru saja membunuh sahabatnya
sendiri. Ia pembunuh kejam.
Nama: Nanda
Nova Nur Diana
No. Abs: 23
Kelas: X
MIPA 6
PerpisahanKlasik
Gubrakk!!!, Suara nyaring yang berasal dari depan rumah. Aku
pun bergegas menuju ruang depan.
“Ada apa Bu?
Kok kakak dan Ayah kerja bakti?”
“Kerja
bakti? Nglindur kamu ya, besok kita kan pindah ke Jogja.”
“Oh iya, Aku
lupa”
Sebenarnya
aku tahu jika kami sekeluarga akan pindah ke Jogja karena Ayah yang dipindah
tugas ke pusat Jogja. Namun, aku masih tidak percaya saja bahwa aku akan
benar-benar meninggalkan rumah yang telah aku huni selama 16 tahun.
“Bang,
memangbenarkita jadi pindah?”
“Iya, udah
lah kita ngikut aja apa kemauan ayah sama ibu. Mungkin disana kita bakal jadi
lebih baik.”
“Tapiguapunya
feeling yang gak enak kalo kita pindah.”
“Itukarenaelubelumterbiasa,
udah deh jadi cowo jangan ngeluh mulu.”
***
Pagi di Jogja, terasasepertiAkuterlahirkembalidengan
kehidupan yang baru. Tak ada yang kukenal kecuali Orang tua dan kak Hamdan.
Pukul 06:30 ayah mengantarkan kami ke
SMAN 26 Jogja. Kami menuju ke ruang Kelas dan mulai menjadi siswa SMA di Jogja.
Meskipun Aku dan Kakak ku terpaut 2 tahun, namun kami masih sering pergi atau
nongkrong bersama.Kamipun masuk kedalam kelas baru masing masing.
"anakanak,
iniada murid baru, silahkan nak perkenalan dulu!"
"Perkenalkan
nama saya Hamim Ardiansyah. semoga kita dapat berteman nanti."
Saat aku perkenalan dan teman teman baruku
mendengarkan, suasana terasa hening dan damai. Aku rasa mungkin ini benar benar
baik untukku.
Gubrak!!!
suara seseorang menabrak pintu kelas. ternyata benar, wanita cantik yang
terlihat bandel.
"Maaf
bu saya telat."
"Cewek
kok telat, gak malu sama anak laki laki? sekarang kamu berdiri di depan kelas
sampai jam pelajaran kedua!"
Wanita itu
lantasberdiri di sampingku, sambilmenatapku matanya begitu berbinar, sayangnya
terlihat seperti wanita pembuat onar. Ketika jam pembelajar berlangsung pun dia
terlihat tak bersemangat. Entah, dari sekian banyak siswa di dalam kelas, hanya
dia yang menarik perhatianku.
"Zahra,
kamu coba kerjakan nomer 5 di papan tulis!"
"Saya
Bu? Kanbarududukmasadisuruhberdirilagi."
“Sudahlah,
cepatmajusini!”
Zahra
terlihatmahirdalammengerjakansoalmatematika, sepertisudahterbiasa.Saataku Tanya
ketemansebelahku, ternyata Zahra adalahsiswaperwakilanSmabuatolimpiadeMipa.
Gaknyangkacewek yang keliatannyabandelternyatapinterjuga.
Jam
istirahatpertamakuberbunyi, aku masih tak begitu berani untuk bergaul dengan
teman baruku. Untuk itu aku menghampiri kakakku. Aku hanya tak ingin terlihat
seperti orang bingung saja, kebanyakan
darimerekaberbicaramenggunakanbahasajawa. Aku sedikit tak paham dengan
bahasanya.
"Mim,
gua tadi liat cewek, cantik sih tapi agak beringas keliatannya"
"Tumben
lu bisa naksir cewe ,tapi sama bang, gua tadi juga liat cewek cantik, tapi
telat. Resekbangetanaknya"
"Jangansampekmim,
semogaelujugakgaknaksircewek yang guamaksud"
"Ya
kagak mungkin lah bang, masa iya selera gua sama kayak lu."
"Kalaupun
bener sama, itu bagian gua Min. Gua abang lu"
"Bagian?
lu pikir dia sembako?"
"Sutt,,
tuh dia cewek yang gua maksud," menunjuk ke arah Zahra.
Mati gua,
masa iya gua nanti ngalah sama abang gua sendiri. Kalo gua relain, ntar gua
rugi. Masa iya abangguabenergaksukasamazahra. Mogaajakagak.Saat jam
pelajarankembalidimulai, Guaberaniindiribuatdeketin Zahra.
“Zahra
ya?Bolehdudukdi sinigak?”
“Dudukyatinggaldudukaja,
gakusah repot kali.”
“Akudengerkamujagomatematikaya,
bolehgakbesokpulangsekolahngajarinaku.Ya,,pelajarandisinikanbaru. Ada beberapa
yang caranyabedasama SMA akudulu.”
“Guaajarin
,tapitraktirsebulanya?”
“Sebulan?Yabolehajasih.”
“Gakgak,
akucumabercanda.Okeakubakalngajarinkamu,
tapikamujugaharusngajarinbeladirikeaku. ”
“Ngapainkamubelajarbeladiri?”
“Buatnganterinemak-emaknyebrang!Yabuatngindungindirilah.”
“Oke, big
deal.”
Seminggu,
sebulan, dansekarangtepatenambulanAkudankakakkubersekolah di Sman 26
Jogja.KakakkusemakinmenunjukkanjikaIamelarangkudekatdenganZahra,
sementaraakumulainyamandengan Zahra. Kami seringmenghabiskanwaktubersama,
belajarbersama.Zahrajuganampaktelahnyamandenganku.TerkadangmunculbeberapaperdebatanolehKakHamda
yang mengarahke sindiran.Akutakberanibicaralangsungjikaakumenyukai
Zahra.Beberapa kali akuberfikir jika ini akan tidak baik untukku.
"Lu
sekarang masih sama Zahra gak?"
"masih?
emang sejak kapan gua deket sama zahra?"
"Ah,
jangan muna lu, bilang aja kali. gua gak buta Mim."
"Ya
emang kenyataanya gitu bang."
"Bener
ya, sampe gua liat lu jalan sama zahra, gua keluarin dari KK."nadanyaagakmengancam.
Pagi itu,
sepertilayaknyaharibiasa. Berangkat sekolah dan duduk di bangku paling
belakang. Yang tak biasa hanya Zahra duduk disampingku. Biasanya ia selalu
duduk di barisan depan. Sambil memakai jaket dan masker, ia menyandar pada
bangku.
"Ra,
kamu kenapa?"
"Hmmn,
gak."
"Jujur
ajalah ra, ke temen sendiri juga."
Tak lama
dari itu, ia mengambil tisu dan mengusapkan ke hidungnya. Seperti bercak merah.
Saat aku bertanya, ia langsung jatuh pingsan.Seluruh kelas panik. Apalagi
aku,entah aku tak bisa berpikir selain membopongnya dan ke Uks. Tangannya
begitu dingin dengan wajah yang pucat. Beberapa jam aku duduk di sampingnya,
namun ia tak kunjung bangun. Untuk itu guru kami saat itu menyarankan untuk
dibawa ke rumah sakit.Tadinyaakuinginmenjahui Zahra, namunkejadianhariini
membuat aku tak rela melepaskannya.
"Kamu
temannya pasien?"
"Benar
Dok, gimana keadaanya."
"Kondisi
pasien melemah, dari gejala yang ditunjukkan, sepertinya ia mengidap penyakit
lupus."
"Lupus?,,,
ya dok"
Dia wanita
yang aku cintai, dia yang sakit, namun justru aku yang tidak dapat menerima
kenyataan. Apa iya, zahra menyembunyikan penyakitnya? atau dia memang belum tau
akan penyakitnya? Aku tak kuasa melihatnya, jadi
akupuruskanuntukmengabarisahabatnya.
“Mim, lu tau
gak?”
“Apaan?”
“Garagaraabanglu,
Zahra masukrumahsakit. Hampirsetiapsabtusiang Zahra diomelinabangludi
lapanganbelakang.”
“Lu yakin?”
“Masaiyalugakpercayasamagua?”
Takbanyakbicaraakumeninggalkan
Zahra dantemantemannya.Bergegaspulang.
"Dari
mana aja lu Mim?"
"Hmmm."
"Kalo
ditanya jawab woi,, jangan bisu melulu!"
"Zahra
sakit, udah? kurang puas lu kayak gitu?"
"Jangan
becanda lu, sakit apa?"
"Lu
peduliapasihsama Zahra?. Bang lusadargak? Zahra itubahagianyasamagua.”
“Heh,
anakkecil! Tau apasihlusoalbahagia hah?ApaguasalahnglarangludeketsamaZahra?”
“Lu
gaksalahudahngejauhinguadari Zahra, tapicaralu bang, caraluudahkelewatan.”
“Kelewatangimana?GuaCumapengen
yang terbaikbuatelu.Justruelu yang kelewatanMim.Lu
gakpernahdengerinomongangua.Eluselalungeutamain Zahra ketimbangkeluarga!”
“Truskalosekarang
Zahra sakit lupus itujugayangterbaik bang?!”
“Lu
janganasalngomongMim,, lupus lupusapaan?”
“Sekarang
Zahra di rumahsakit.Diatadipingsan.Puaslu bang?”
Kakakkulangsungmenariktangankudanmengajakkukerumahsakit.Akumerasaseertiditarikoleh
orang baik yang menyamarjahat.Disatusisidiaadalahkakakku, di sisi lain
diajugamusuhku. Sesampainyadisana, kakakkutakberkataapapun, hanyamelihat Zahra
darikejauhan.Setelahituiamengajakkupulang.
“Mim, buat
kali initolongdengerinGua.Mendinganelujauhin Zahra.GuaCumapengengakada yang
menyesaldiantara kalian berdua.”
“Menyesalgimana
bang?”
“Zahra sakit
lupus, harapandiabuatbikinkenanganbahagiaudahgak lama
lagi.Ketimbangelunantisakithati, mending tinggalinmulaisekarangaja.”
“Hufff,,oke
bang buat kali iniguaikutomonganlu.”
Tigabulansudah,
Zahra tidakmasuksekolah.Taka da kabar, takadajuga yang
membicarakannya.Kehidupankumulaiterasaseparuhhilang.Takadaalasanlagiuntukakumengerjakan
PR, masuksekolah.
“Mim, yang
kuatya.Guayakinini yang terbaikdarituhan.”
“Apaansih?”
“Zahra
meninggal.Jenazahnyaudah di makamkan.”
“Lu
janganbercanda, gaklucu tau.”
“Guagakakanbohongsoal
yang beginianMim.”
Siang
itujugaakudatangketempatpemakaman.Berdirisebuahbatunisandengannama Zahra
Olivia. Semuainimungkinmemangbenar yang
terbaikdariTuhan.Mulaihariinikitaakanmemulaikehidupan yang baru di Alam yang
bebeda, kasih.
Nama : Nawang Mega Puspita
No : 24
Kelas : X MIPA 6
Kepercayaan yang Salah
Kukuruyukkkkk…… suara ayam jago membangunkan Ardi di pagi
itu. Lantas ia pergi mandi dan membantu orang tuanya bekerja. Bukannya tak
sempat sarapan, tapi memang sengaja tidak ada sarapan di keluarga mereka. Ardi
dan keluarganya hidup sangat kekurangan, ayah dan ibunya hanyalah seorang buruh
tani di desa dekat perbatasan yang masih berseberangan dengan hutan.
“Bu, kenapa kita tidak merantau saja di kota besar? Jakarta
atau Bandung misalnya.” tanya Ardi sambil membersihkan rumput di kebun.
“Ibu sebenarnya juga ingin nak, ibu juga ingin mencari
pekerjaan yang lebih layak agar keluarga kita tidak terus-terusan seperti ini.
Tapi kamu kan tau sendiri, ibu dan bapak tidak punya uang untuk pergi kesana.”
Sepulangnya dari kebun,
ibu membicarakan masalah tersebut kepada bapak. Dan bapakpun berpikir
hal yang sama, dengan merantau keadaan ekonominya akan berubah. Bapak berjanji
pada ibu, akan mengumpulkan uang untuk merantau dalam waktu dekat.
Selama satu bulan bapak, ibu, dan Ardi berhasil mengumpulkan
uang yang cukup untuk merantau. Selama sebulan itu, bapak bekerja di pasar
sebagai buruh angkut setelah dari kebun, dan Ardi membantu ibunya menjual kue.
Selama di Jakarta, bapak dan ibu Ardi bekerja sebagai penjual
sayur di pasar. Modal awalnya didapat dari berhutang. Ardi yang sebelumnya
tidak sekolah, kini sekolah di sebuah pondok pesantren untuk menuntut ilmu dan
agama. Ia bersekolah pada hari Senin sampai Sabtu dan pada hari Minggu ia
menggantikan ibunya bekerja di pasar.
Pada suatu hari, lapak sayur bapak didatangi preman. Preman itu
memaksa bapak menyerahkan uang hasil penjualan sayur hari itu. Ardi yang baru
pulang membeli nasi, melihat bapaknya diancam menggunakan pisau. Ia langsung
menghajar preman itu. Perkelahian pun berlangsung lumayan lama, dan tanpa
sengaja Ardi membunuh preman itu.
Karena Ardi telah membunuh preman itu, orang-orang berpikir
Ardi merupakan orang yang pandai dan hebat dalam pertarungan. Hal tersebut
membuat Bos Jack tertarik pada Ardi dan mengundangnya ke rumahnya. Bos Jack
adalah Pengusaha beras yang sanga kaya dan menjadi penyedia uang saat orang
lain membutuhkan atau ingin berhutang. Namun bantuan yang diberikan Bos Jack
cenderung menyusahkan orang yang dibantunya. Bos Jack selalu memberi bunga yang tinggi kepada orang
yang dibantunya, dan merampas harta bendanya jika tidak dapat melunasi
hutangnya. Oleh karena itu, Bos Jack memiliki banyak pengawal yang disuruhnya
merampas bahkan tak segan-segan melukai orang yang tidak mampu membayar hutang
kepadanya.
“Maaf tuan, ada perlu apa tuan mengundang saya?”
“Aku dengar-dengar kau pandai berkelahi, bahkan tanpa membawa
senjata kau mampu membunuh orang. Aku ingin kau menjadi salah satu dari
pengawalku.”
“Maaf tuan, tapi saya bersekolah dan saya hanya punya waktu
setengah hari untuk bekerja.”
“Tidak apa-apa, aku masih punya pengawal yang lainnya. Aku
bisa membayarmu berkali-kali lipat dari hasil dagang bapakmu.”
“Baik tuan, saya bersedia menjadi pengawal tuan.”
Selama Ardi bekerja menjadi pengawal Bos Jack ada seseorang
yang tidak menyukai Ardi. Ia adalah Reza, pengawal yang posisinya digantikan
oleh Ardi. Reza sangat membenci Ardi dan berkeinginan untuk membunuhnya. Namun
Reza tau bahwa Ardi sangat mahir berkelahi, jadi ia tidak berani membunuhnya.
Ia berfikir dengan cara memfitnah Ardi, maka Bos Jack akan memecat dan
memberinya hukuman.
“Bos, apa Bos tidak curiga dengan Ardi?”
“Tidak, curiga kenapa?”
“Aku pikir, dia bekerja pada Bos karena ingin membunuh Si
Bos.”
“Apa maksutmu membunuhku? Cepat katakan.”
“Dia kan pandai berkelahi, dia akan sangat mudah membunuh Bos
dan setelah itu dia bisa menguasai semua harta Bos.”
Mendengar semua hasutan Reza, Bos Jack lantas menyuruh
seluruh pengawalnya untuk mencari dan membunuh Ardi. Fathan, karyawan Bos Jack
yang merupakan teman baik Ardi, mendengar semua pembicaraan mereka. Fathan
langsung menemui Ardi dan menjelaskan semuanya.
“Aku punya kabar buruk untukmu.”
“Apa? Cepat katakan!”
“Bos Jack berencana membunuhmu. Kau harus cepat pergi dari
sini.”
“Membunuhku? Apa maksutmu? Jelaskan dengan rinci Than. Aku
benar-benar tidak mengerti.”
“Reza sudah berkata yang tidak benar tentangmu kepada Bos
Jack, dan Bos murka. Bos memerintah semua pengawalnya untuk membunuhmu. Aku
tidak ingin melihatmu disiksa apa lagi sampai dibunuh. Cepat pergi dari sini,
dan bersembunyilah.”
Ardi akhirnya pergi meninggalkan kota dan bersembunyi di
sebuah hutan pinggiran kota. Dua jam setelah Ardi pergi, Pengawal Bos Jack
datang ke rumah Ardi dan mencari Ardi. Ayah dan ibunya yang sebelumnya sudah ia
beri tahu, mengatakan bahwa ia tidak tahu.
“Dimana Ardi, Cepat katakana!” Tanya para pengawal Bos Jack
sambil marah-marah.
“Kami tidak tahu, sejak tadi pagi Ardi tidak pulang.”
“Jangan berbohong, cepat katakana.”
“Kami benar-benar tidak tahu.” Jawab kedua orang tua ardi
sambil bersikeras mengatakan bahwa Ardi tidak ada.
Pengawal-pengawal tersebut tidak percaya dan memutuskan untuk
mencari di setiap sudut ruangan rumah, namun mereka tak menemukan Ardi. Setelah
cukup lama mencari, mereka akhirnya pergi dan menyampaikan kepada Bos Jack
bahwa Ardi tidak ada. Raja sangat marah kepada para pengawalnya karena tidak
mampu membunuh Ardi.
Keesokan harinya Fathan mengatakan pada Bos Jack bahwa ia
mendengar berita kematian Ardi. Ia mengatakan bahwa Ardi mati tenggelam di laut
saat hendak pulang ke desa asalnya. Ia mengatakan hal tersebut agar bos Jack
tidak curiga dan mencari mayat Ardi.
Mendengar berita yang disampaikan Fathan, Bos Jack tidak
memercayai dan tetap mencari Ardi disekitar pasar dan tempat tinggal Ardi.
Karena amarah yang sudah memuncak, Bos Jack dan para pengawalnya mencari Ardi
dengan seenkanya. Mereka menggeledah lapak-lapak penjual dan menghancurkan
barang dagangan mereka. Banyak penjual yang mengalami kerugian namun mereka
hanya bisa diam karena mereka hanya rakyat kecil.
Karena para penduduk dan pedagang yang semakin hari semakin
diperlakukan seenaknya, mereka berniat untuk melalukakn sesuatu. Fathan yang
juga merasa benci kepada Bos Jack, meminta para pedagang untuk berkerja sama
dengannya untuk menjatuhkan Bos Jack. Mereka meracuni sawah Bos Jack dan
membuat Bos Jack gagal panen. Karena tidak adanya pemasukan dan hidup mewah
sudah melekat pada keluarga Bos Jack, akhirnya Istri dan anak Bos Jack
meninggalkan Bos Jack, begitupula para pengawalnya karena Bos Jack tak mampu
membayar mereka.
Setelah lama bersembunyi, Ardi memutuskan untuk kembali ke
kota. Ia terkejut karena Bos Jack jatuh miskin, sedangkan Fathan yang keadaan
ekonominya jauh berekembang dari sebelumnya. Ardi tidak mengetahui apa yang
terjadi selama ia pergi. Ia bepikir bahwa apa yang dikatakan Fathan kepadanya
dulu hanyalah sebuah siasat Fathan agar ia dapat dengan mudah mengalahkan Bos
Jack dan mengambil alih hartanya.
Pertarunganpun terjadi antara Ardi dan Fathan. Ardi terus
menyerang Fathan dan Fathan tidak memiliki kesempatan untuk bicara dan
menjelaskan semuanya. Saat Ardi menonjok kepala Fathan sampai mengeluarkan
banyak darah, Fathan terjatuh dan mengatakan sesuatu.
“Sebelum aku mati, aku hanya ingin mengatakan, kau selama ini
hanya salah paham. Aku selama ini membelamu dan menyelamatkanmu. Kau tidak
pernah tau apa yang aku lakukan sendirian untuk menyelamatkanmu dan para
pedagang di pasar. Namun apa? Kau malah membela orang yang jelas-jelas mau
membunuhmu. Aku yang menjadi teman baikmu tak kau percayai? Bahkan tak kau beri
kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan semuannya. Kau malah memberikan
kepercayaanmu pada orang yang salah” Setelah mengatakan hal tersebut, Fathan
meninggal dunia. Dan Ardi hanya dapat menyesali perbuatannya.
Nama : Niken Ayu Tirtaningtyas
No : 25
Kelas : X. A6
Si Doni
Di sebuah desa terdapat seorang
pemuda yang bernama Doni. Dia anak dari Supriman dan Sri Darmini. Mereka
tinggal di rumah yang sangat kecil. Mereka hidup dengan ekonomi yang sangat
kekurangan. Ketika melihat temannya yang lain dengan hidup serba mewah, Doni
pun merasa iri dengan lainnya. Doni bermimpi dia bisa hidup kaya dan bisa
membeli semua barang yang dia inginkan. Akhirnya, Doni pun ingin pergi ke kota
untuk mengubah hidupnya untuk lebih layak, tapi itu semua masih keinginannya
karena terhalang oleh biaya yang besar untuk pergi ke kota.
Pada suatu malam, Suparman bermimpi bulan
turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Doni. Kemudian Suparman
terbangun dan mengangkat Doni, yang saat itu masih berusia 12 tahun, lalu diciumnya.
Seluruh tubuh Doni pun berbau sangat
harum. Suparman menceritakan mimpi itu
kepada istrinya lalu meminta pemuka agama untuk mendoakan Doni.
Seperti biasa, Doni membantu orang
tuanya berjualan lemper di pasar.
Tiba-tiba beberapa preman pasar datang untuk menagih uang pajak seperti
biasanya. Semua orang di pasar memberikan setengah dari hasil penjualannya ke
preman tersebut, tetapi tidak dengan Doni. Dia melawan preman itu dan
menghabisinya karena Doni tidak ingin melihat semua orang di pasar sengasara
karena hasil jualannya harus diminta oleh preman pasar. Semua orang di pasar
dan teman-teman Doni yaitu Priyanto, Ali, Aldi, dan Wiranata terkejut karena
Doni berani melawan beberapa preman pasar. Pada suatu ketika, Doni mengajak
sahabatnya yang bernama Priyanto untuk pergi ke kota untuk mencari pekerjaan di
sana dan memperbaiki hidup di kota.
Kabar tentang keberanian Doni dan
sahabatnya dapat mengalahkan preman tersebut dan membuat pasar menjadi tenang
terdengar sampai ke kota. Saat di tengah perjalanan ke kota, karena Doni dan
Priyanto sedang berjalan sambil melamun akibatnya mereka berdua hampir tetabrak
oleh mobil manager perusahaan terkenal. Kemudian, manager tersebut meminta maaf
kepada mereka berdua. Walaupun tidak terluka parah, tetapi manager tersebut
ingin membawanya ke rumah sakit, kemudian Doni menjawab "Gak usah, pak.
Kita gak kenapa-kenapa kok kan cuma hampir tetabrak."
Kemudia manager tersebut bertanya
"Dari mana kalian? Dan mau kemana kalian di kota? Kenapa kalian membawa
tas besar banget seperti orang pindahan saja?"
"Kita berdua dari desa. Kita
pergi kota karena ingin memperbaiki hidup untuk lebih layak", jawab Doni.
"Oww begitu. Yaudah kalian ikut
kerumah saya saja. Lagian kalian kan gak tahu mau kemana kalian tinggal di kota
ini. Oleh karena itu, untuk sementara waktu kalian tinggal di rumah saya
saja." kata manager tersebut.
Pada suatu hari manager tersebut yang
bernama Agus Khoirul Anam pergi ke kantor. Sepertinya kantor tempat ia bekerja
mendapatkan sedikit masalah. Ada seorang karyawan yang bekerja disana mengambil
uang milik kantor. Akhirnya karyawan tersebut dipecat dan sekarang kantor
tersebut mencari seseorang yang berpengalaman dan pintar serta jujur untuk
menggantika karyawan yang dipecat tersebut. Kemudian manager perusahaan tersebut
berpikir "Bagaimana jika yang menggantikannya adalah Doni dan
Priyanto."
Kemudian manager itu mengajak Doni
dan Priyanto ke perusahaannya untuk melakukan berbagai macam tes supaya dapat
menjadi karyawan di perusahaan tersebut. Setelah melewati berbagai macam tes
tersebut, akhirnya Donilah yang keterima menjadi karyawan di perusahaan
tersebut, karena Priyanto mendapat nilai jelek saat tes wawancara dan nilainya
lebih bagusan Doni.
Agus Khoirul Anam sebagai manager
perusahaan belum juga memiliki istri. Terdengar kabar bahwa anak dari orang
kaya yang bernama Maryam Aqinna sangat cantik jelita. Manager itu sangat ingin
menikahi Maryam. Akan tetapi, Maryam menolaknya karena dia belum siap untuk
menikah, dia masih ingin menyelesaikan S2nya. Kemudian, Agus yang ditemani Doni
dan Priyanto pergi ke rumah teman ayahnya. Teman ayahnya tersebut juga memiliki
seorang anak yang cantik bernama Salma Arinda. Akhirnya Agus ingin menikahi
anak dari teman ayahnya tersebut. Selama di rumah teman ayahnya, Salma mengetahui
Doni. Salma pun merasa dia jatuh cinta kepada Doni.
Kemudian Doni mengetahui bahwa Salma
jatuh cinta kepadanya. Doni pun melamar Salma dan lamarannya di terima. Setelah
itu, Doni dijadikan manager di perusahaan ayah Salma. Hal tersebut membuat Agus
tidak suka dan cemburu kepada Doni, karena wanita yang akan dinikahi oleh Agus
harus direbut oleh Doni dan menikah
dengan Doni. Agus pun berusaha mencari cara untuk balas dendam kepada Doni
karena ia iri dengan apa yang sudah dimiliki oleh Doni. Agus pun menyuruh
Priyanto untuk membunuhnya.
Mengetahui hal tersebut, beberapa
hari kemudian, Doni tidak pernah kelihatan dan Priyanto pun tidak tahu dimana
keberadaan Doni. Priyanto mengira bahwa Doni sudah mati. Padahal Doni
bersembunyi agar tidak diketahui keberadaannya oleh Priyanto, karena Doni tidak
mau harus bermusuhan dengan sahabatnya sendiri.
Oleh karena perbuatan Priyanto sudah
melewati batas dan selalu ingin mencelakai Doni. Ketika ada suatu kesempatan
yang baik, Doni pun balas dendam kembali kepada Priyanto dengan cara
membunuhnya juga. Pada detik-detik terakhir
kematian Priyanto, ia
menyampaikan kepada Doni "Maafkan aku, Doni. Aku hanya disuruh oleh
managermu yang telah memberi jabatan di perusahaannya, yang selalu kamu
banggakan. Karena ia cemburu kepadamu maka ia menyuruhlu untuk
membunuhmu."
Nama : Ning Dainty Restiani
Kelas : X Mipa 6
No. : 26
Jangan Salah Gunakan
Siapa tak kenal Hasan? Pemuda desa
berumur 20 tahun yang terkenal dengan keberaniannya untuk memajukan dan
melindungi desanya dari ancaman lawan. Dari sorot matanya, dapat dilihat bahwa
Hasan adalah salah satu lawan yang ditakuti musuh. Badannya yang tegap dan
dengan keberaniannya, ia mengabdikan dirinya untuk desanya. Desa dimana ia
dilahirkan tanpa mengetahui siapa ayahnya yang sebenarnya. Hasan sosok pemuda
yang berwibawa dan bijaksana. Strategi yang ia keluarkan untuk berperang bisa
dibilang tidak bisa dianggap remeh. Siapa saja yang mengancam keselamatan
desanya maka siapapun itu akan dihadapinya.
Pada suatu hari, para warga Desa Maju
berkumpul dan mengerubungi rumah Hasan. Mendengar suara-suara yang memanggil
namanya, akhirnya ia pun keluar rumah dan melihat apa yang terjadi.
"Apa yang kalian lakukan didepan
rumahku?"
"Kami akan pergi ke Desa
Makmur," ujar salah satu warga mewakili yang lainnya.
"Untuk apa kalian pergi
kesana?" ujar Hasan dengan nada yang dingin.
"Kami ini kan orang miskin. Kami
ingin pindah ke Desa Makmur, karena kami diundang untuk mencari pekerjaan
disana," ujar salah satu warga.
Meskipun bukan orang terpandang tetapi Hasan adalah seseorang yang cukup
disegani di desanya.
"Jadi, kalian ingin pindah
kesana karena ingin mencari pekerjaan? Apa kalian tidak curiga terhadap tawaran
desa Makmur? Sementara itu, kita juga punya banyak lahan pertanian. Mengapa
semua itu tidak kita manfaatkan?" ujar Hasan dengan volume suara yang agak
meninggi.
Para warga diam tak berani menjawab
bahkan tak berani menatap Hasan yang masih berdiri menunggu jawaban. Tak lama
kemudian, satu persatu warga meninggalkan rumah Hasan dengan perasaan yang
kecewa karena Hasan tidak mengizinkan mereka untuk meninggalkan desanya.
Diam-diam beberapa orang laki-laki
pergi ke Desa Makmur tanpa sepengetahuan Hasan. Bukannya Hasan tak suka kepada
Desa Makmur tetapi Hasan tau bahwa ini adalah salah satu cara untuk mengalahkan
Desa Maju yang dilakukan oleh perangkat desa Makmur untuk menguasai dan
memimpin desa Maju dibawah kendali Desa Makmur. Hasan memilih untuk diam dan
kembali melanjutkan aktifitasnya membuat kapak yang sempat tertunda karena
keramaian warga tadi.
Sebelum berangkat, empat orang lelaki
berpesan pada seluruh warga Desa Maju yang mengatakan bahwa "Jika kami tak
kembali lagi kesini maka kami sudah sukses disana. Jadi, kami tunggu kalian di
desa Makmur." Berjalanlah mereka dengan membawa perlengkapan seadanya
untuk mencukupi kebutuhannya selama diperjalanan. Tak disangka ditengah
perjalanan mereka dihadang oleh sekelompok orang tak dikenal untuk merampas
barang-barang yang mereka bawa dari Desa Maju. Rohman, salah satu dari keempat
orang yang ditangkap berhasil melarikan diri dan berlari sekencang-kencangnya
meninggalkan tempat penyekapannya.
Didesa, Hasan mendapat surat dari
orang tak dikenal yang tidak menyertakan alamatnya. Saat itu Hasan tengah
mendalami ilmu beladiri yang telah ia kuasai. Hasan tidak pernah memperlihatkan
beladirinya kecuali saat ia tengah melawan dan melindungi dirinya. Namun,
karena penasaran ia pun membuka amplop coklat yang terletak di atas meja tempat
berlatihnya. Setelah membaca surat yang diterimanya, ia pun langsung pergi
menuju ke Balai Desa dengan para warga yang ingin mengetahui apa yang ingin
dibicarakan Hasan.
Tak membuang waktu lebih lama,
Hasanpun langsung pergi menemui pemuka desa Makmur untuk menepati janjinya yang
tertulis di surat. Sesampainya di desa Makmur, Hasan membicarakan apa maksud
dan tujuannya datang ke desa Makmur.
"Apakah kau disini ingin
menemuiku Hasan?" ujar Parto selaku pemuka desa
"Anda benar, disini aku
mencarimu. Apakah kau yang memerintahkan rakyatmu untuk menculik dan menyandera
warga desaku?"
"Kau menuduhku?" ujar Parto
dengan wajah serius
"Aku tidak menuduhmu, tapi aku
disini hanya ingin bertanya apakah kau yang memerintahkan rakyatmu untuk
menculik dan menyandera warga desaku?"
"Tidak," jawab Parto sarkas
"Baiklah, terimakasih atas
jawabanmu. Setelah ini aku akan pergi dari pandanganmu," ujar Hasan penuh
penekanan
Di perjalanan pulang, Hasan bertemu
dengan Rohman yang berjalan sedikit pincang, wajah babak-belur dan bekas luka
benda tumpul.
"Apa yang terjadi padamu
Man?" tanya Hasan yang tidak dapat menyembunyikan rasa khawatirnya
"Aku tidak mengapa. Tapi aku
mohon bantu aku menyelamatkan ketiga temanku yang sedang dalam bahaya."
ujar Rohman dengan sedikit terbata
"Apakah yang kau maksud mereka
adalah Mamad, Jarwo dan Budi?"
"Benar sekali Hasan, mereka
dalam bahaya sekarang." ujar Rohman sambil meringis menahan lukanya
"Tunjukkan aku dimana tempat
penyekapan itu."
"Ikuti aku," Rohman dan
Hasan berjalan menuju ke gudang penyekapan.
Dengan keberaniannya, ia akan melawan
siapapun seorang diri. Bukan bermaksud untuk menunjukkan kemampuannya di bidang
bela diri tetapi untuk menghabisi orang-orang tak berani mengusik kenyamanan
dan ketentraman desa Maju.
Nama : Oktavia Triska P P
No abs : 27
Kelas. : X.6
Haus
Kekuasaan
Di sebuah desa tinggalah seorang pemuda
yang bernama Rasyid, dia anak dari pasangan suami istri yang bernama Pak Harun
dan Bu Siti. Mereka tinggal di sebuah desa yang terpencil di Bandung. Mereka
adalah salah satu keluarga miskin yang tinggal di desa itu. Pak Harun hanya
bekerja sebagai petani yang menggarap lahan sawah milik tetangga, kalau Bu Siti
hanya membantu meringankan tugas suami. Saat berangkat ke sawah, Pak Harun
mendengarkan pembicaraan warga, bahwa ada pondok persilatan yang bernama Nahdhatul
Ulama Pagar Nusa yang berada di Bogor. Tempat itu merupakan pondok persilatan
yang terkenal dan memunculkan bibit-bibit yang berbakat. Sampainya di rumah,
dia menjelaskan kepada istrinya, bahwa dia berniat mendaftarkan anaknya
bersekolah di pondok persilatan di Bogor tersebut. Setelah lelah bekerja, Pak
Harun tidur dengan nyenyak. Saat tidur dia memimpikan sesuatu tentang anaknya
yang bernama Rasyid. Ia bermimpi Rasyid menjadi seorang pesilat yang hebat dan
menjadi guru besar di persilatannya.
Keesok harinya, Pak Harun dan Bu Siti
menghantarkan anaknya untuk bersekolah di pondok persilatah Nahdhatul Ulama
Pagar Nusa yang berada di Bogor. Mereka pergi kesana mengendarai bis ,bis
berlaju begitu cepat, tidak terasa mereka sudah tiba di pondok tersebut.
Ayahnya mendaftar Rasyid untuk bersekolah disana, ternyata Rasyid langsung
diterima menjadi murid pondok persilatan. Saat itu juga Rasyid pindah tinggal
di asrama, sedaangkan orangtuanya kembali ke kampung untuk melanjutkan
hidupnya. Rasyid diantarkan guru pondok ke asrama barunya. Saat Rasyid diantar
kesana ada temanya yang tidak suka padanya, mereka berkata, " Ihhh,itu
siapa ya? Murid baru, ah aku tidak suka padanya, ahh..ayo kita gangguin dia
,hahaha, " Rasyid mulai berkenalan dengan murid-murid yang lain.
Pada hari pertama latihan silat, Rasyid
hanya bingung -bingung saja, dipikiran dia untuk apa dia disini. Dia hanya
bengong saja melihat murid yang lain sedang berlatih. Sepulang dari pondok
menuju ke asrama, Rasyid di hadang oleh murid-murid lain, dia dihajar sampai
luka-luka. Untung saja dia masih bisa untuk kabur. Saat sampai di asrama,
ternyata masih ada yang peduli kepada Rasyid. Imam membersihkan dan mengobati
luka Rasyid dengan penuh kesabaran. Imam adalah sahabat Rasyid di pondok itu.
Pada hari kedua, Rasyid sudah ingin memulai mengembangkan bakatnya. Saat Rasyid
latihan, semua orang terkagum melihat gerakan-gerakan yang diperagakan Rasyid.
Semua murid melapor kepada guru pondok persilatan. Guru pondok menyuruh guru
silat untuk menemui Rasyid besok. Pada harinya pun tiba, guru silat mendatangi
Rasyid, dan menyuruhkan untuk memperagakan gerakan kemarin lagi. Guru silat
sangat kagum melihat tampilan dari Rasyid, guru silat berkata, "Kamu
sungguh hebat Rasrid, kamu mempunyai ilmu yang sangat baik dari tubuhmu,
semakin banyak kamu latian ,semakin terasah ilmu mu."
Setiap hari Rasyid berlatih begitu giat,
dia ingin membagakan orangtuanya, dia tidak ingin membuat orangtuanya kecewa.
Pagi,siang,sore dia berlatih dengan giat. Pada saat ada pertandingan, dia
selalu maju untuk menjadi wakil dari pondok silat tersebut . Rasyid selalu mendapatkan juara, dari
sekian banyak pertandingan. Pada saat akan ada pertandingan Pencak silat
se-Indonesia, ada dua jagoan dari pondok persilatan yaitu Rasyid dan Zakki.
Mereka disuruh bertanding untuk mentukan siapa yang maju ke pertandingan Pencak
silat se-Indonesia. Rasyid belajar dengan sungguh-sungguh. Zakki merasa kawatir
bahwa Rasyid yang akan lolos dan bertanding. Zakki menjalankan segala cara
supaya Rasyid bisa gagal diperlombaan. Saat Rasyid dan Zakki bertanding
,pertandingan itu sangat sengit, kadang Rasyid yang menang, dan kadang Zakki
yang menang. Pada awal pertandingan Rasyid sering dikalahkan oleh Zakki, namun
pada saat detik-detik terakhir Rasyid banyak menang. Dan akhirnya yang menang
dan mewakili lomba pencak silat se-Indonesia adalah Rasyid.
Pada saat hari pertandingan Pencak silat
se-Indonesia pun tiba ,akhirnya Rasyid menang dalam pertandingan. Zakki merasa
iri kepada Rasyid ,dia ingin mengkroyok Rasyid nanti malam. Zakki meminta
bantuan kepada semua orang yang tidak suka kepada Rasyid untuk membantunya.
Malampun tiba, Rasyid berjalan dari pondok sampai ke asrama, jalanan sangat
sepi. Zakki dan kawan-kawannya mengkroyok Rasyid sampai luka-luka. Tetapi pada
akhirnya Rasyid menang. Karena kekagumannya guru silat melapor kepada Guru
Besar Persilatan, bahwa Rasyid adalah seorang perkasa yang gagah dan berani.
Maka dari kejadian itu Rasyid diangkat menjadi Guru Besar di persilatannya.
Para dewan-dewan iri kepada Rasyid karena
dia diangkat menjadi Guru Besar. Dipikiran mereka ,padahal mereka sudah
bertahun-tahun berguru di persilatan itu ,tetapi tidak pernah ditunjuk menjadi
Guru Besar. Sedangkan Rasyid yang baru saja masuk dipersilatan ini ,langsung
menjadi Guru Besar. Mereka ingin menyusun rencana, supaya Rasyid turun dari
kedudukannya sebagai Guru Besar.
Pada suatu ketika Rasyid bertemu dengan
seorang perempuan cantik yang bernama Haswa. Mereka baru saja berkenalan,
tetapi sudah saling menyukai. Dia sangat cantik, baik hati, dan sopan. Dari
wajahnya terpancar sinar yang berkilauan. Rasyid jatuh cinta kepada Haswa
pandangan pertama. Mereka adalah pasangan yang serasi. Hampir setiap hari,
mereka bertemu di taman pondok. Mereka sangat mesra, setiap orang melihat
mereka memamerkan kemesraannya tanpa sengaja. Tanpa sadar dilihat semua orang
yang lewat di sekitar taman. Tanpa sengaja para dewan-dewan melihat, bahwa
Rasyid bertemu dengan perempuan cantik di Taman pondok. Dengan begitu, para dewan
memanfaatkan hal itu untuk diberitahukan kepada Guru Besar tertua di pondok
persilatan itu. Karena jika ada anggota persilatan yang berpacaran, akan dikeluarkan dari
pondok.
Para dewan-dewan melaporkan hal itu kepada
Guru Besar tertua di pondok persilatan. Maka saat Guru Besar tertua sedang
duduk di tahtanya bersama para guru-guru silat, Para dewan-dewan datang
berlutut, lalu hormat kepada Guru Besar tertua,”Hormat tuanku, saya mohon
ampun, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya.
Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari murid-murid pondok persilatan
ini.” Setelah Guru Besar tertua mendengar hal itu, maka dia pun terkejut lalu
bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?” maka seluruh
para dewan-dewan itu menjawab,” Hormat, saya mohon ampun, untuk datang saja
saya takut, karena yang melakukan hal itu, Guru sangat menyukainya. Baiklah
kalau guru percaya pada perkataan saya, karena jika tidak, alangkah buruknya
nama baik saya, seolah-olah menjelek-jelek kan orang itu. Setelah Guru
mendengar kata-kata para dewan-dewan itu yang sedemikian itu, maka Guru
berkata,”Siapakah orang itu, Apakah Rasyid orangnya?” Maka para dewan-dewan
menjawab, ”Siapa lagi yang berani melakukannya selain Rasyid. Saat itu saya melihat
sendiri Rasyid sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana ini.
Perempuan tersebut bernama Haswa. Saya takut ia melakukan sesuatu pada
perempuan itu. Setelah Guru mendengar hal itu, marahlah dia, sampai mukanya
berwarna merah padam. Lalu ia berkata kepada para dewan-dewan yang berhati
jahat itu,”Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!” Maka Rasyid pun dipulangkan
ke kampung halamannya yang terpencil.
Di pihak lain Zakki dilantik oleh Guru
Besar tertua menggantikan Rasyid. Zakki menyangka Rasyid telah meninggal karena
hukuman mati yang dijatuhkan Guru. Kemudiah Zakki melakukan perlawanan kepada
Guru dan mengambil alih kekuasaan pondok persilatan. Tidak seorang pun yang
bisa melawan Zakki. Guru Besar tertua terpaksa melarikan diri. Akhirnya pada
waktu itu Guru baru menyesal telah membunuh Rasyid yang tidak bersalah. Inilah
saatnya guru pesilat memberi tahu bahwa Rasyid masih hidup. Rasyid kemudiannya
dipanggil dan ditugaskan untuk membunuh Zakki. Akhirnya Rasyid berhasil
membunuh Zakki. Pada akhirnya Rasyid kembali menjadi Guru Besar di pondok
persilatan, dia sekarang sudah menikah dengan Haswa, dan mempunyai dua anak
laki-laki. Mereka menjadi keluarga yang bahagia dan harmonis. Rasyid menjadi
Guru Besar yang baik hati dan bijaksana, dia tidak pernah menyalahgunakan
kekuasaan. Pondok persilatan sekarang menjadi ramai dan para muridnya menjadi
pesilat yang kuat, tangguh, dan baik hatinya.
Nama : Putri Eka Zulviana
No.
Absen : 28
Kelas : X6
Si Hakim
Di sebuah desa terdapat keluarga yang
hidupnya pas-pasan. Desa itu tepatnya di Desa Bumijo Kecamatan Jetis,
Yogyakarta. Keluarga tersebut terdiri dari Abdullah dan Mariam yaitu sepasang
suami istri yang memiliki satu putra yaitu Abdul Hakim. Hakim adalah anak yang baik dan penurut kepada kedua orang tuanya.
Sehari-hari ia membantu orang tuanya bekerja untuk tetap bertahan hidup. Ia
selalu membantu ayahnya dipagi hari dan membantu ibunya di sore hari. Ia
melakukan semua itu tanpa mengeluh dan terus bersemangat. Ia selalu bermimpi untuk
bisa bersekolah seperti teman-temannya. Akan tetapi ia tak bisa sekolah karena
orang tuanya tidak sanggup membayar biaya sekolahnya.
Pada pagi
harinya, Abdullah memanggil hakim. Hakim pun datang dan bertanya kepada ayahnya
ada sebab apa sehingga ayahnya
memanggilnya pagi-pagi sekali. Ayahnya pun mengatakan bahwa Hakim dapat
bersekolah di Jakarta bersama pamannya. Hakim pun merasa senang, tetapi juga
sedih. Dia senang karena dia bisa sekolah, sedangkan dia juga merasa sedih
Karena dia harus berpisah dengan kedua orang tuanya. Akhirnya Hakim
menyetujui hal tersebut meskipun harus
berpisah dengan orang tuanya. Ia berpikir bahwa dirinya harus menuntut ilmu
setinggi-tingginya agar bisa menjadi orang yang sukses dan membahagiakan orang
tuanya.
Hari demi haripun
berlalu. Tiba saatnya hakim harus pergi ke Jakarta untuk menuntut ilmu. Ia pun
berpamitan dengan ayah dan ibunya. Kemudia Hakim pun berangkat ke Jakarta.
Sesampainya di sana, ia disambut baik oleh keluarga pamannya. Pamannya bernama
Affandi dan Bibinya bernama Ifa. Mereka sangat penyayang dan ramah. Keesokan
harinya, Hakim dan Pamannya pergi ke sekolah untuk pendaftaran. Hakim pun
diterima di sekolah tersebut. Sekolah Menengah Pertama 1 Jakarta. Hari demi
hari dilewati Hakim dengan semangat dan
gembira. Hakim merupakan salah satu siswa yang pandai di SMP 1 Jakarta. Banyak
yang suka pada Hakim. Anak perempuan di sekolahnya sudah tak asing lagi
dengannya. Hakim pun jatuh cinta dengan seorang gadis cantik yang bernama
Zulfa. Mereka saling suka dan selalu bertemu untuk belajar bersama. Mereka
berdua sangat akrab.
Suatu hari,
SMP 1 Jakarta berselisih dengan SMP 2 Jakarta. Sepulang sekolah semua siswa SMP
2 bersiap-siap untuk melawan SMP 1. Hakim ikut serta juga dalam tawuran ini.
Mengetahui hal tersebut, pamannya sangat marah. Sehingga menasihati Hakim
dirumah dan mengatakan bahwa akan segera memindahkannya ke pondok pesantren.
Hakim pun hanya menurut dengan apa kata pamannya. Meskipun didalam hatinya
sangat berat untuk berpisah dengan gadis yang dicintainya, yaitu Zulfa.Tiga
hari kemudian, Hakim telah dipindahkan ke Pondok Pesantren Tambak Mas. Ia
menuntut ilmu disana dengan istiqomah. Setelah 3 bulan berada dipondok, ia
merasa rindu dengan kekasihnya di Jakarta. Ia berharap dapat bertemu dengannya
dikemudian hari.
Hari Jum’at pun telah tiba. Saatnya libur
sekolah. Hakim dengan kawan-kawannya pergi keluar pondok untuk refreshing
sejenak. Ketika di perjalanan, tak disangka-sangka olehnya tepat didepan
matanya Zulfa. Gadis yang sangat ia cintai. Hakim pun segera menemui Zulfa dan
mengobrol dengannya. Teman Hakim yang mengetahui hal tersebut melaporkan kepada
Kyai Pondok. Setelah Zulfa pulang, Hakim kembali ke pondok. Sesampainya
dipondok ia dipanggil oleh Pak Kyai. Setelah sampai menghadap Pak Kyai, Hakim
diberi hukuman olehnya. Hakim dikeluarkan dari Pondok Pesantren Tambak Mas
arena ketahuan pacaran di luar lingkungan pondok. Akhirnya Hakim pun menyadari
segala kesalahannya dan ikhlas dengan keputusan Pak Kyai . Ia pun secara sah
telah dikeluarkan dari pondok sebagai hukuman atas perbuatannya.
Nama : Rifqi Nadaa Nabiilah
Nomor : 29
Kelas : X MIPA 6
JANJI YANG HILANG
Lusiana adalah gadis
cantik nan cerdas. Umurnya baru saja menginjak 19 dan dia baru saja
lulus dari SMA dan dia diterima di
Universitas yang berada di Inggris tepatnya di universitas oxford, universitas
yang memiliki rating yang bagus di tingkat internasional itu.Berkuliah bersama di Universitas oxford
itu adalah salah satu impiannya bersama Jacob, namun Jacob gagal memasuki
universitas itu dan Jacob akan melanjutkan di universitas yang berada di
Perancis. Jacob adalah teman dekat dari Lusiana. Jacob memiliki paras yang
tampan nan baik hati. Lusiana dan Jacob
sering bertemu dan menghabiskan hari hari bersama. Tampaknya Jacob memiliki
rasa suka kepada Lusiana saat mereka berada di bangku SMP.
Sebelum mereka berangkat ke Universitas masing – masing ,
mereka menyempatkan untuk berjalan jalan ke mall tempat mereka biasa
menghabiskan waktu libur. Mereka mampir di salah satu cafeteria. “ Jac apakah
kamu akan melupakanku saat kau sudah berada di perancis nanti” Tanya Lusiana .”
Tentu saja tidak, aku janji kepadamu setelah kita lulus dari universitas kita
akan berlibur bersama ke tempat impianmu yaitu Maldives” Dengan wajah gembira
pun Lusiana pun menjawab “ Tentu saja Jacib itu adalah tempat impianku”.
Hari
keberangkatan pun tiba. Mereka pergi ke bandara bersama . Dan mereka
mengucapkan janji untuk saling bertemu lagi. Raut wajah mereka yang sedih ,
tidak rela untuk pergi jauh dari sahabatnya. Setelah beberapa jam Lusiana tiba
di Inggris . Nampaknya lusiana kedinginan karena udara disana menunjukkan angka
6 derajat celcius. Lusiana langsung pergi ke rumah kos untuk beristirahat dan
menyiapkan hari pertamanya kuliah esok, di sela sela istirahatnya Lusiana pun
melamun teringat akan janji Jacob yang indah itu, rupanya Lusiana juga memiliki
rasa terhadap sahabatnya Jacob. Lusiana pun tidak ingin larut dalam
kesedihannya itu.Lusiana pun berjalan jalan ke pusat kota untuk sekedar
berjalan jalan dan membeli makanan ringan. Di tengah jalan ada aroma yang
sangat harum ternyata itu bau dari penjual cheesecake. Lusiana pun membeli
sebuah cheesecake yang harganya 12 poundsterling. Harga yang mahal untuk
sepotong cheesecake. Lusiana pun pergi ke taman untuk mencari bangku taman
untuk menikmati cheesecake yang telah ia beli tadi. Namun saat ia sudah
menemukan bangku taman, lusiana pun jatuh karena tertabrak oleh seorang pemuda
yang tampan dan cheesecake lusiana jatuh dan mengotori baju kesayangan lusiana.
“Gimana sih kamu, jalan itu pake mata!!” Lusiana pun geram Karena cheesecake
yang mahal itu jatuh sia sia.” Maaf maaf saya tidak sengaja” sahut pemuda
tampan itu.”Kok kamu bisa bahasa Indonesia?” “Oh tentu , saya adalah mahasiswa
dari Indonesia”. Dan mereka pun melanjutkan pembicaraan di bangku taman dan
tidak lupa pemuda itu menggati cheesecake lusiana yang baru dan mereka bertukar
nomor untuk saling berkomunikasi.
Hari – hari
yang telah dilalui oleh Lusiana sangat menyenangkan Karena ada pemuda tampan
itu sebagai ganti dari sahabatnya Jacob. Ternyata pemuda tampan itu menyukai
dan mencintai Lusiana. Mereka pun pergi ke café dan Pemuda itu berencana
menyatakan cintanya kepada lusiana. Namun tidak disangka Jacob juga berada di
café itu, Rupanya Jacob memberikan kejutan untuk lusiana . Jacob tahu bahwa itu
lusiana dan Jacob mengamati pemuda itu , dan pemuda itu menyatakan perasaannya
kepada Lusiana. Jacob pun geram dan langsung
menghajar pemuda tampan itu. Lusiana langsung melerai mereka berdua. Dan
lusiana mengajak Jacob ke kost nya untuk
beristirahat.
Ke esokan
harinya Lusiana dan Jacob pergi ke
bigben untuk jalan jalan bersama. Namun pemuda tampan itu mengikuti Jacob &
Lusiana . Setelah sampai ke bigben mereka langsung menuju ke rumah makan dengan
pemandangan jam bigben yang indah itu. “ Lusiana kau telah menjadi teman
terbaikku saat ini dan hatiku telah memilihmu untuk menjadi calon istriku”
Lusiana belum sempat menjawab dan peluru langsung menempus kepala Jacob
sehingga Jacob tergeletak di lantai, lusiana pun menangis hebat. Jacob langsung
dibawa ke rumah sakit terdekat namun, nyawa pujaan hati Lusiana itu sudah tidak
dapat tertolong. Rupanya yang menembak Jacob adalah pemuda tampan itu. Pemuda
itu tidak terima atas tonjokan yang diterima dari Jacob tersebut.
Hari – hari
yang dilewati lusiana pun kelam. Sahabat yang dicintainya pun telah tiada.
Lusiana pun mengingat ingat kenangan manis bersama Jacob. Dan satu lagi Janji
yang dicapkan Jacob belum menjadi kenyataan. Namun, lusianan tetap percaya
behwa kebaikan akan selalu bersama orang yang sabar.
Nama : Royan Falaqun Nizar
No : 30
Kelas : X6
Si Taat
Mail
Di sebuah
desa di daerah Jawa Timur. Terdapat lima orang anak kecil yang berama Mail,
Fizi, Ehsan, Upin dan Ipin. Mereka adalah lima sahabat yang selalu bermain
bersama. Sebagian dari mereka tidak dapat bersekolah karena tidak mampu untuk
membayar SPP. Salah satunya adalah Mail. Neneknya tidak bisa lagi membayar uang sekolah Mail.
semua penghasilan neneknya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Hal ini
dirasakan pula pada Fizi dan Ehsan. Tetapi lain halnya dengan Upin dan Ipin,
mereka adalah orang kembar yang berasal dari keluarga yang berkecukupan.
Suatu sore
ketika mereka sedang bermain, Mail terlihat sedang sedih dan coba untuk
memikirkan sesuatu. Para sahabatnya pun bertanya kepada Mail apa yang membuat
Mail merasa sedih. Mail menceritakan apa yang menjadikan dia merasa sedih. Dia
bercerita bahwa dia ingin membahagiakan kedua orang tuanya yang telah tiada. Untuk
itu ia berkeinginan untuk tinggal di pondok pesantren. Para sahabatnya pun
berkeinginan mengikuti cara Mail untuk membahagiakan kedua orang tua mereka.
Setelah
pulang ke rumah mereka semua meminta izin kepada kedua orang tuanya supaya
diizinkan untuk menuntut ilmu di pondok pesantren. Termasuk Mail yang meminta
izin kepada neneknya agar boleh menuntut ilmu di pondok pesantren. Karena Mail
memiliki niat yang baik yaitu untuk membahagiakan orang tuanya yang telah
tiada, neneknya pun megizinkannya untuk menuntut ilmu di pondok pesantren. Tetapi
lain halnya dengan Upin dan Ipin mereka diizinkan untuk menuntut ilmu di pondok
pesantren setelah berumur 12 tahun dan telah lulus dari sekolah dasar. Mail dan
para sahabatnya pun setuju untuk masuk ke pondok pesantren setelah mereka
berumur 12 tahun.
Hari yang
dinanti pun tiba, kelima sahabat itu akan berangkat menuju Pondok Pesantren
Ar-Rohman yang berada di Provinsi JawaTengah. Sebelum berangkat mereka
berpamitan kepada orang tua mereka masing-masing. Begitupula dengan Mail yang
berpamitan kepada neneknya. Mereka berangkat dengan tekad yang kuat untuk
mencari ilmu. Di dalam hatinya, Mail merasa khawatir dengan neneknya yang sekarang
tiggal di rumah sendiri. Tetapi tekadnya yang bulat telah mengalahkan kekhawatirannya
itu.
Sesampainya
di pondok pesantren, kelima sahabat itu pun mulai beradaptasi dengan lingkungan
di pondok pesantren. Hari demi hari dilalui mereka dengan perasaan bahagia dan
senang. Mereka sangat giat dan aktif dalam
pondok pesantren tersebut. Terutama Mail yang sangat giat dalam menjalankan
semua tugas dan kewajiban di pondok pesantren.
Karena Mail
merupakan santri yang aktif dan giat, lama kelamaan dia mulai dikenal di
kalangan para ustaz dan ustazah di pondok pesantren tersebut. Tak hanya dikenal
oleh para ustaz dan ustazah, Mail pun banyak dikenal oleh para santri dan
santriwati. Banyak santriwati yang menyukai Mail, namun Mail hanya menyukai
santriwati bernama Susanti. Susanti pun menyukai Mail karena Mail adalah santri
yang baik dan rajin.
Setelah 5
tahun berada di pondok pesantren, Mail telah mendapatkan berbagai penghargaan
dari para ustaz di pondok pesantren tersebut. Mail juga mendapatkan gelar
santri paling rajin selama dua tahun belakangan ini. Para sahabat dan
teman-teman Mail pun sangat bangga dan kagum atas keberhasilan Mail. Tetapi di
lain pihak, ada dua orang santri yang tidak suka dengan keberhasilan Mail. Kedua
santri itu bernama Jarjit dan Zul.
Tahun demi
tahun dilalui mereka di dalam pondok pesantren tersebut. Tak terasa ternyata
sudah 8 tahun mereka menuntut ilmu di pondok pesantren tersebut. Kini mereka
semua telah berumur 20 tahun. Pada umur
20 tahun ini Mail dijadikan sebagai santri yang paling di sayang dan disukai
oleh Ustaz Dalang yang merupakan pimpinan sekaligus pemilik dari Pondok
Pesantren Ar-Rohman.
Mail pun
menjadi lebih rajin dan giat lagi dalam
setiap kegiatan di pondok pesantren tersebut. Selain itu dia juga
menjadi lebih hormat dan taat kepada Ustaz Dalang. Sahabat-sahabatnya pun
merasa kagum dan bangga akan tetaatan Mail kepada sang ustaz.
Pada suatu
hari, Mail dipanggil oleh Ustaz Muthu untuk menemui Ustaz Dalang. Ustaz Muthu
merupakan wakil pemimpin di pondok pesantren itu. Dia ditugasi oleh Ustaz
Dalang untuk memanggil dan mengantarkan Mail menemui Ustaz Dalang. Ustaz Dalang
ingin memberikan sebuah tugas kepada Mail. Tugas tersebut adalah mencarikan air
zam-zam yang berada di tanah Saudi Arabia sana.
Mail pun
segera melaksanakan tugasnya dan bergegas untuk berangkat menuju Saudi Arabia.
Sebelum berangkat Mail berpesan kepada para sahabatnya untuk tidak
memberitahukan kepergiannya kepada santri-santri lain. Selain itu Mail berpesan
jika ditanya kemana Mail pergi, mereka harus memberi tahukan bahwa Mail pulang
ke rumahnya di Jawa Timur.
Mengetahui
bahwa Mail sekarang tidak berada di pondok pesantren. Jarjit dan Zul merasa
sangat senang. Selain itu mereka juga merencanakan sebuah rencana yang bisa
membuat Mail dikeluarkan dari pondok pesantren tersebut. Akhirnya mereka
melancarkan rencana jahat mereka dengan melapor kepada Ustaz Dalang bahwa Mail
telah menjelekkan nama baik Pondok Pesantren Ar-Rohman dengan berbuat zina di
luar sana. Padahal sebenarnya Mail tidaklah melakukan hal seburuk itu.
Mendengar
laporan dari Jarjit dan Zul, Ustaz Dalang langsung marah dan menyuruh Ustaz
Muthu untuk mengeluarkan Mail dari pondok pesantren tersebut. Ustaz Muthu pun
mencoba menenangkan Ustaz Dalang dan meyakinkan bahwa Mail tidak mungkin
melakukan hal seburuk itu. Namun karena sudah sangat marah dan kecewa Ustaz
Dalang pun tidak ingin lagi melihat wajah Mail dan melarang Mail untuk kembali
ke pondok pesantren itu.
Sesaat
setelah mendengar kabar bahwa Mail telah dikeluarkan dari pondok pesantren
karena telah berzina di luar sana, sahabat-sahabatnya pun tidak terima. Mereka
tidak percaya bahwa Mail melakukan hal seburuk itu dan menyakini bahwa Mail
telah difitnah oleh seseorang. Ehsan adalah sahabat Mail yang paling bersikeras
ingin menemukan siapa sebenarnya yang telah memfitnah sahabat sejatinya itu.
Setelah
selesai mengambil air zam-zam dari Saudi Arabia, Mail langsung kembali dan
ingin menyerahkan air tersebut kepada Ustaz Dalang. Saat sampai di depan
gerbang masuk pondok pesantren, Ustaz Muthu menghalangi dan menceritakan apa
yang telah terjadi saat Mail pergi untuk mencari air zam-zam. Akhirnya Mail
menginap di rumah Ustaz Muthu untuk sementara waktu dulu.
Di dalam
pondok pesantren sedang terjadi keributan yang sangat besar. Ehsan akhirnya
bisa mengetahui siapa yang telah memfitnah sahabat sejatinya. Ehsan berkelahi
dan menyekap Jarjit dan Zul di dalam suatu rungan yang merupakan rungan inti di
pondok pesantren tersebut. Ustaz Dalang pun tidak dapat membuka ruangan
tersebut karena telah dikunci oleh Ehsan dari dalam. Ustaz Dalang menyesal
karena telah mengeluarkan Mail yang ternyata hanya difitnah oleh Jarjit dan
Zul. Selain itu dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan ulah Ehsan.
Ustaz Dalang
tahu bahwa hanya Mail yang dapat menenangkan si Ehsan, tetapi apalah daya Mail
telah diusirnya. Lalu Ustaz Muthu langsung menceritakan bahwa Mail sebenarnya tidak
keluar dari pondok pesantren melainkan disembunyikannya di rumahnya sendiri.
Ustaz Dalang
lansung mengutus Ustaz Muthu untuk memanggil Mail. Mail pun datang dan langsung
mencoba untuk membujuk Ehsan. Bujukan Mail pun berhasil, dan Ehsan pun mau keluar
dari ruangan tersebut. Setelah keluar Ustaz Dalang langsung mengeluarkan Ehsan,
Jarjit, dan Zul dari pondok pesantren karena telah berbuat sesuatu yang jahat.
Sebenarnya hal yang dilakukan oleh Ehsan adalah
hal yang baik karena telah membela sahabatnya yang tidak bersalah,
tetapi caranya yang salah.
Setelah
Ehsan dikeluarkan dari pondok pesantren sahabat-sahabat lainnya ikut untuk
mengundurkan diri dari pesantren karena telah merasa cukup untuk menuntut ilmu
di pondok pesantren tersebut. Susanti pun juga ikut mengundurkan diri dari
pesantren tersebut dan akhirnya menikah dengan Mail dan memiliki dua putra. Sahabat-sahabat lainnya juga
mengikuti Mail untuk menikah. Akhirnya mereka hidup bahagia dengan keluarganya masing-masing.
Komentar
Posting Komentar