Cerpen Individu 21-30



Nama : Najma Nur Walida
No      : 21
Kelas  : X A6

KEPERCAYAAN

Raka Raharjo adalah seorang anak miskin. Ayahnya bernama Raharjo dan ibunya bernama Sri Mulyani. Mereka tinggal di pinggiran kota. Berawal dari terdengarnya kabar dari tetangganya yang pergi merantau ke Ibu Kota Jakarta, mengatakan bahwa disana adalah kota yang mahsyur. Seperti pada umumnya, banyak orang yang ingin pergi kesana. Dan pada akhirnya, Arka dan kedua orangtuanya memutuskan untuk pindah kesana untuk meingkatkan perekonomiannya.
Pada suatu malam, ayahnya bermimpi bulan turun dari langit yang cahayanya penuh di atas kepala putranya. Kemudian, ayahnya terbangun dan berlari menuju Raka, yang saat itu masih berusia belasan tahun. Dipelukalah dan diciuminya anaknya itu, dan bau tubuh Raka berbau harum. Diceritakanlah mimpi itu kepada istrinya lalu mereka meminta bantuan seorang ustadz untuk mendoakan Raka.
Seperti biasa, Raka membantu kedua orangtuanya dengan menjadi buruh angkut barang di pasar. Namun, di suatu pagi, tiba-tiba ada seorang preman pasar yang membuat keributan dengan mengobrak-abrik barang para penjual dan mengambil uang hasil jualan mereka. Semua warga tidak ada yang melawan, mereka malah berlari terbirit-birit dengan semburat wajah ketakutannya. Lain dengan Raka, ia malah melawan preman itu. Dengan keberaniannya dan ketangkasannya, ia dapatmengalahkan preman itu. Preman itu pun lari ketakutan.
Seiring berjalannya waktu, Raka mengajak teman-temannya yaitu Bima, Raden, dan Haris pergi untuk menuntut ilmu ke pulau seberang. Mereka menggunakan transportasi laut untuk sampai ke pulau tersebut. Ketika ditengah perjalanannya, seluruh penumpang kapal dikejutkan dengan para perompak yang meminta secara paksa barang bawaan mereka yang berharga. Arka dan ketiga temannya berhasil melumouhkan perompak-perompak tersebut, yang ternyata prompak tersebut adalah orang-orang jahat yang ingin membuat kerusakan di tempat Arka dan temannya menuntut ilmu.
Kabar tentang Arka dan temannya yang menumpas perompak pun sampai terdengar ke seluruh masyarakat di pulau itu. Setibanya Arka dan teman-temannya sampai ke pulau itu, mereka disambut baik oleh masyarakat. Sampai-sampai ada seorang pengusaha yang meminta mereka untuk menjadi bodyguardnya. Tawaran tersebut diterima mereka dengan senang hati, karena mereka memang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, apalagi tawaran tersebut sudah ada di depan mata. Arka yang lebih unggul dari temannya pun semakin menunjukkan ketangkasannya dalam menjaga dan melindungi atasannya.
Pada suatu hari, bosnya yang bernama Pak Bryan, pergi ke luar kota untuk bertemu dengan salah satu kliennya. Pada saat itu, ia juga menemukan tempat dimana ia yakini dapat mengembangkan kebesaran perusahaannya. Dan hal tersebut terbukti, setelah Pak Bryan menemukan tempat itu dan membangun perusahaan baru disana, penghasilan setiap bulannya meningkat dan kebesaran itu sudah menjadi rahasia umum dimana banyak perusahaan yang segan dan ingin mengajak bekerjasama dengan perusahaan Pak Bryan.
Pak Bryan sebagai salah satu pengusaha sukses belum memiliki seorang isti. Terdengarlan kabar bahwa anak supir pribadinya memiliki seorang putri bernama Amira yang katanya mempunyai rupa yang sangat cantik jelita. Briyan pun ingin memperistri Amira. Akan tetapi, Amira selalu menolak orang-orang sukses seperti Bryan, yang melamarnya karena dia merasa hanya seorang anak seorang supir dan tidak pantas jika harus bersanding dengan orang-orang sukses seperti mereka. Kemudian, Bryan bersama orang kepercayaannya, Arka dan kawan-kawan, pergi ke pusat kota untuk melamar anak salah satu rekan bisnisnya, Aleana Putri atau sering dipanggil Alea. Selama di kota, salah satu karyawan ayahnya Aleana yang bernama Baron sangat membenci Bryan karena usut punya usut Baron memiliki perasaan kepada Alea, namun karena faktor ekonomi ia takut melamar Alea dan ketika ia sudah bekerja keras malah keduluan Bryan. Baron ingin sekali menjatuhkan Bryan dengan berbagai cara namun semua itu gagal berkat ada Arka yang selalu melindungi Bryan. Baron juga sempat meminta bantuan kepada seorang temannya untuk membuntuti Bryan dan melakukan kejahatan pada Bryan, namun itu semua juga gagal karena ada Arka disampingnya.
Arka yang sudah mengetahui siapa dalang dibalik kasus yang kejahatan yang menimpa atasannya pun ingin membalas dendam kepada perusahaan ayahnya Alea atau Pak Arga, dimana Baron bekerja sebagai seorang manager disana. Pada saat pesta ulang tahun perusahaan Pak Arga, Arka bersama sahabatnya masuk kedalam sebuah ruangan rahasia perusahaan dimana hanya Pak Arga saja yanghanya boleh masuk. Mengetahui hal itu, Pak Arga sangat marah atas perbuatan tidak sopan Arka dan ketiga temannya. Bryan yang merasa tanggung jawab atas mereka pun meminta maaf atas perlakuan anak buahnya dengan alasan bahwa Arka tidak mengetahui kalau ruangan itu adalah sebuah ruangan terlarang bagi umum.
Setelah menikahi Alea, Bryan dan rombongan kembali ke pinggir kota tempat ia melakukan bisnis. Setelah tiba, salah satu karyawan Bryan yang lain bernama Gibran merasa iri terhadap Arka yang selalu dipuji-puji oleh Bryan. Gibran pun memberi tahu ketika Arka masuk ke ruangan rahasia itu adalah perbuatan yang disengaja yang digunakan untuk membalas dendam. Bryan pun marah karena ia merasa kepercayaannya disepelekan. Ia pun memecat dan mengusir Arka.
Arka pergi ke salah satu desa yang masih satu pulau. Di sana, Arka bertemu dengan Amira. Arka mempunyai pikiran jika ia berhasil membawa Amira ke tempat Bryan, maka Bryan akan memaafkannya dan dapat menjadi bodyguard kepercayaannya lagi. Arka pun mendekati Amira dengan perasaan suka, begitupun sebaliknya. Akan tetapi, Amira sakit hati karena dibawanya ia adalah tujuan Arka untuk dinikahkan dengan Bryan. Berkat beberapa kata-kata rayuan dan sedikit paksaan dari Arka, akhirnya Amira pun mau. Lalu, dimaafkanlah Arka oleh Bryan dan ia kembali dipuji-puji karena berhasil membawa wanita yang dicintai Bryan.
Gibran yang masih iri terhadap Arka mengetahui bahwa ada cinta diantara Arka dan Amira. Gibran bersama temannya Ratna yang juga membenci Arka pun membuat rencana untuk menjebak Arka. Arka dipertemukan dengan Amira dan terjadilah fitnah yang mengatakan bahwa mereka telah melakukan zina. Bryan yang mengetahui itu sangat marah, ia mengancam akan membuat hidup mereka sengsara bahkan jika ia bisa ia akan membunuh mereka. Bryan memerintakan supir pribadinya untuk menabrak Arka dan Amira ketika mereka pergi dari kediaman Bryan. Namun, perintah itu tidak dilaksanakan. Sang supir atau ayah dari Amira malah menyembunyikan mereka ke sebuah pelosok desa.
Setelah kejadian itu, Bryan memiliki bodyguard baru bernama Rama. Rama juga menjadi kepercayaan Bryan karena kerjanya yang bagus. Namun, kepercayaan itu disalahgunakan Rama untuk menghancurkan perusahaan Bryan. Rama bersekongkol dengan orang dalam perusahaan Bryan yang sudah lama juga ingin menjatuhkan Bryan. Mereka melakukannya secara halus dan pelan-pelan tanpa sepengetahuan Bryan sedikitpun. Mereka melakukan hal tersebut dengan memplesetkan pemasukan uang perusahaan dan diganti dengan laporan keuangan palsu. Sampai pada titik dimana perusahaan Bryan sudah berada di ujung tanduk. Ia bingung harus bagaimana dan entah atas dorongan apa ia pergi ke rumah sang supir untuk cerita tentang masalahnya. Ia bercerita kepada sang supir karena supir tersebut sudah dianggap ayah sendiri dan juga sang supir juga sudah mengetahui selu beluk seorang Bryan. Kemudian, diceritakanlah bahwa ketika sang supir mendapat perintah untuk melakukan pembunuhan kepada Arka bahwa ia tidak melakukannya dan malah menyembunyikan Arka di suatu desa terpencil. Lalu, dipanggillah Arka untuk memberi bantuan kepada Bryan untuk mengetahui siapa dalang di balik semua ini.
Ketika Arka sudah mengetahui bahwa pelaku utama di balik hancurnya perusahaan Bryan adalah Rama, ia mulai menyusun rencana untuk mengungkapkan kebusukan Rama. Sampai pada akhirnya, terungkaplah kejahatan Rama. Kemudian, Rama dan karyawan yang terlibat diberi hukuman masuk penjara. Namun, ketika detik-detik penangkapannya Rama malah mengatakan bahwa ia melakukan hal tersebut karena ingin memberi pelajaran kepada Bryan yang telah berbuat semena-mena terhadap karyawannya. Di sisi lain, Arka justru mebela Bryan yang telah mengusirnya berkali-kali.



Nama : Nalendra Rizka Amelia
No: 22/XMIPA 6

SAMUDRA
“Ayo, jurusan Jakarta. Jakarta Jakarta. Ayo ayo yang mau ke Jakarta. 15 menit lagi bus Jakarta berangkat, mari pak bu..” ucap kernet menggema di terminal. Memekik keras mengingatkan.
“Pak, Bu, Samudra mau berangkat dulu mengundi nasib. Pak,Bu mohon doanya. Samudra janji, jika nanti Samudra sudah sukses Samudra akan balik ke kampung lagi, menemui Ibu dan Bapak. Samudra janji Samudra akan mengangkat ekonomi keluarga kita, Samudra akan melunsasi hutang hutang keluarga kita, Samudra tidak akan membiarkan keluarga kita dihina lagi. Pak, Bu, Samudra pamit” ujar Samudra dengan berat hati.
Samudra Alano. Seorang pemuda miskin yang mencoba mengundi nasib di ibukota metropolitan. Pekerjaan di desa yang semakin jarang membuatnya tak bisa lagi terus menerus menggantungkan dirinya pada sector pertanian yang semakin lama semakin sempit akibat alih fungsi lahan dari sawah menjadi pemukiman. Hutang yang semakin lama semakin memuncak membuatnya frustasi. Entah mengapa ia jadi teringat dengan mas supri yang ekonomi keluarganya menjadi lebih baik setelah merantau. Akhirnya Samudra juga ingin mencoba mengundi nasib di Jakarta. Ia sudah tak punyai pilihan lain, ia hanya ingin mencoba. Kalo toh akhirnya ia tidak bisa sesukses mas pri, ia akan kembali ke kampong.
“Nak, apa kamu yakin mau merantau? Jakarta itu kejam nak, Mbak Desi merantau ke Jakarta tahun kemarin pulang Cuma bawa nama. Ibu gak mau kamu jadi kayak Mbak Desi, sudahlah gak merantau, disini saja. Gapapa kita hidup kekurangan asal kita sama sama terus. Sudah nak, jangan, ayo kita pulang saja. Tidak usah ke Jakarta” nasehat Ibunya sedikit khawatir, ia juga enggan melepaskan genggaman tangannnya pada lengan Samudra.
Ibu Samudra memang seperti itu, ia terlalu sayang ke Samudra sampai khawatir akan kepergian Samudra yang hendak merantau. Ibunya tidak ingin Samudra bernasib sama seperti Mbak Desi. Ia tidak ingin samudra seperti itu. Oleh karena itu Ibunya bersikukuh melarangnya. Ya namanya juga Ibu, siapa yang tak khawatir jika anaknya merantau jauh.
“Sudahlah bu, tak usah cemas. Samudra pasti bisa menjaga diri. Samudra Cuma ingin cari pengalaman Bu, tidak ada yang salah jika Samudra ingin merantau. Kita doakan saja agar Samudra sukses disana” ujar Ayahnya mencoba menasehati sambil mencoba menenangkan kekhawatiran Ibunya.
“Tapi Pakk, Samudra kan...”
“Bu, Samudra Cuma pengen nyari pengalaman. Kapan kapan kalo Ibu pengen ketemu sama Samudra, kita susul Samudra ke Jakarta” kembali Ayah Samudra menenangkan istrinya yang kelihatannya sangat ketakutan karena kepergian Samudra.
“Yasudah nak, jika itu mau kamu, Ibu gak bisa melarang. Ibu doakan aja kamu sukses disana. Kamu baik baik disana ya nak” tutur Ibunya kemudian mengiyakan.
“Terimakasih Bu, Samudra pamit. Assalamu’alaikum wr.wb ” balas Samudra berusaha senang walau sebenarnya ia berat hati.
“Hati hati ya nak..” titah Ibunya sambil melambaikan tangan.

Samudra kemudian menaiki bis jurusan Jakarta dengan wajah keruh. Ia sebenarnya juga terpikir perkataan ibunya, bagaimana jika ia tak bisa sesukses Mas Pri. Bagaimana jika ia bernasib sama seperti Mbak Desi. Namun perasaan itu ia tepis jauh jauh. Ia harus yakin bahwa ia bisa, bagaimanapun juga ia harus sukses. Ia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.
“Mas, kita sudah sampai” ucap kernet membuyarkan lamunannya.
 Ia bahkan tak sadar bahwa perjalanan yang hampir ditempuh 1 jam itu berlalu dengan cepat. Ia bahkan juga baru sadar bahwa bis yang tadinya ramai kini sudah menjadi begitu sepi. Ia pun kemudian bangkit dari duduknya dan turun dengan langkah gontai.
Matanya mengerjap berkali kali, lalu bibirnya mengucapkan sebuah kata yang pelan, namun cukup untuk menggambarkan kondisi keterjutannya.
“owalah, seperti ini to rupa ibukota Jakarta.”
Sebuah bunyi yang cukup nyaring memekakkan telinganya. Samudra memalingkan wajahnya ketika itu dan mendapati seorang bertopeng hitam sedang berlari terburu buru sambil membawa koper jarahan di tangan kanannya. Kemudian dibelakangnya disusul oleh seorang pemuda yang berlari tak kalah kencangnya. Sudah dipastikan bahwa pemuda itu pasti kerampokan.
Seperti dugaannya. Tak  lama kemudian,rampok itu berlari ke arahnya. Melihat hal itupun samudra hendak menolong sang pemuda itu. Ia berusaha mencegah perampok itu lari dengan menghadang jalannya. Dan sejurus kemudian ia berlari menuju sang perampok yang menuju kearahnya. Dan kemudian...
Brukkkkk....
Sebuah tinjuan berhasil mendarat mulus dipipi sang perampok. Sang perampok terhuyung huyung dan kemudian lari ketakutan. Samudra berhasil menyelamatkan koper pemuda itu. Samudra pun bangkit dan mengambil koper itu dan menyerahkannya pada pemiliknya.
“Wahh, terimakasih. Kamu tadi pemberani sekali” ucap laki laki itu memuji.
“Iya sama sama, tidak usah dihiraukan. Tadi saya hanya berniat membantu” balas samudra kikuk.
“Kamu ini, rumahnya dimana? Mari saya antar” tawar sang pemuda itu lagi.
Dilihat dari pakaian yang dikenakannya, samudra yakin bahwa pemuda ini adalah seseorang yang berada. Setelan jas warna hitam, dengan sepatu kinclong dan berdasi. Ia pasti orang kantoran.
“Samudra, Samudra Alano. Maaf tapi saya baru datang dari kampong. Saya belum punya rumah ataupun pekerjaan” jawab samudra seadanya, masih dengan senyumnya yang terpampang apik disana.
“oh, yasudah. Kebetulan diperusahaan saya masih membutuhkan karyawan. Kalo berkenan kamu bisa bekerja disana. Ini alamatnya” ujarnya  kemudian sambil menyodorkan kartu namanya pada samudra.
“iya terimakasih, saya akan datang melamar pekerjaan besok” balas samudra antusias
Esoknya samudra melamar pekerjaan dikantor pak andi. Samudra bahkan lupa berkenalan dengan sosok yang ditolongnya kemarin, dan ia baru sadar nama pengusaha muda itu ketika ia mendapatkan kartu namanya.
“eh, samudra. Mau ngelamar pekerjaan? Sudahlah, kamu sudah saya terima. Silahkan mulai hari ini kamu sudah bisa bekerja”suara khas yang tak asing itu berhasil membuatnya tersenyum lebar. Ia bahkan belum sempat menyampaikan maksud kedatangannya namun andi seakan sudah bisa menebaknya duluan.
“terima kasih, pak andi”
“Andi, panggil saja andi”
“iya, terima kasih ndi”
            “hei lis, eh sam kenalin ini lalisa” samudra  menaikkan sebelah alisnya. Ia mengenal wanita itu. Ia yakin itu pasti Lalisa. Gadis yang pernah ia sukai dari desa seberang. Lisa sepertinya juga merasakan hal yang sama, namun ia berusaha mungkin untuk menutupinya. Lisa hanya tersenyum sambil berjabat tangan memperkenalkan diri. Kemudian lalisa dan andi masuk ke kantor.
            “kenapa harus lalisa dengan andi” lirih samudra, sambil mengucap wajahnya frustasi.
            Sejenak samudar melupakan hal yang terjadi pagi tadi tentang pertemuannya dengan lalisa. Siang itu ketika jam istirahat makan siang, samudra hanya berjalan ke kantin memesan minuman dan kemudian duduk di meja kantin. Sebuah sapaan yang tak sing mulai terdengar ditelinganya. Ia mendapati lalisa berdiri di depannya. Lalisa tersenyum simpul padanya.
            “boleh aku duduk?” Tanya lalisa kemudian.
            Samudra hanya mangut mangut, ia membisu tak tahu harus menjawab apa. ia dan gadis ini sama sama canggung.
            “Maaf, aku dan andi..” ucap lalisa selanjutnya, namun tertahan karena samudra buru buru memotong perkataannya.
“kamu cocok sama andi, dia jauh lebih baik” jawab samudra berusaha kuat. Ia tahu ia taka akan pernah bisa rela jika melihat gadis itu bersama orang lain. Namun disisi lain ia juga tak ingin merebut gadis itu dari Andi.
Ia tak ingin melanjutkan pembicaraan yang semakin lama semakin menyakitinya ini. Ia harus buru buru pergi. Namun saat akan beranjak dari tempat duduknya, ia mnedapati sebuah tangan tengah memegang pergelanagnnya erat. Lalisa tidak ingin samudra pergi.
“aku gak bisa sama andi, dia suka mainin wanita sam. Udah banyak yang jadi korban, aku gak mau kayak mereka. Kalo aku bisa milih aku pengen sama kamu sam. Aku sayang sama kamu sejak pertemuan kita dikampung dulu.” Ucap lalisa sambil menitikkan air mata. Ia memeluk samudra erat.
Samudra akhirnya luluh juga, ia juga sayang pada lalisa. Karena kondisi kantin yang sepi, mereka bisa bebas berpelukan tanpa ketahuan.
“enak ya berduaan?” suara berat itu membuat keduanya terkejut. Andi berada disana menyaksikan keduanya.
“kenapa kaget? Gue udah tau semuanya sam. Brengsek ya lo ternyata, gue udah ngasih lo pekerjaan dan ini balasan lo buat gue? Gue pikir lo orang baik baik bro, makanya gue nrima lo buat kerja disini walaupun gue tau lo gak punya skill apa apa. tapi ternyata gue salah, hari pertama lo bahkan mau ngrebut cewek gue. Cowok macam apa lo, hah?” mata dan wajah andi memerah menahan amarah.
Namun andi juga tidak ingin berkelahi dikantornya sendiri. Mengingat posisinya yang sebagai boss, tentu akan memalukan jika ia berkelahi dengan karyawannya.  Jadi jalan satu satunya adalah memecat samudra pada hari itu juga untuk mencegah lalisa dan samudra menjalani hubungan yang lebih jauh.
Samudra mencoba meminta maaf dan mengemis agar pekerjaannya kembali, namun apalah daya. Kemarahan andi pada samudra sudah dipuncaknya. Ia berniat akan membalas dendam pada samudra tentang apa yang tlah ia lakukan hari ini.
Sore itu, diruang kerjanya Nampak sepi. Andi mengetikkan sebuah pesan kepada anak buahnya. Rencana balas dendam ini benar benar ia laksanakan
-malem nanti, lo ajak anak buah lo baut ngroyok si samudra, pastiin dia nrima akibatnya, lo bunuh aja kalo perlu. Gue gasuka ia deket sama cewek gue.
 SEND-
***
Samudra pulang dihadang oleh para preman. Menginagt jumlahnya yang tak sepadan ia kemudian berlari. Usahanya melarikan diri terhenti karena ia menabrak seseorang. Orang itupun kemudian menyuruh samudra sembunyi di gerobak sampahnya. Samudra hanya menurut. Dan ketika para preman itu datang, ia hanya menjawab tidak ada siapa siapa disini. Orang itu telah menyelamatkan hidup samudra.
Samudra akhirnya menceritakan kisahnya pada pemuda pemungut sampah yang bernama Rudi itu. Ternyata ia juga mantan kartawan Andi yang baru kena PHK 3 bulan lalu. Ia kemudian menawari samudra tempat tinggal disekitar daerah pasar senen. Samudra mengiyakan.
Lalisa menceritakan kejadian yang menimpanya dengan samudra siang tadi pada sahabat sekaligus teman karibnya dikantor yaitu Devan, devan yang kebetulan juga tahu persis kisah keduanya sewaktu dikampung dulu juga merasa tidak terima. Ia kemudian mempunyai rencana jahat untuk membalaskan dendam Samudra pada bosnya itu.
“gue bakal balas ketidakadilan yang lo terima sam, gue bakal bales”ucap devan mantab
Esok paginya, devan sengaja datang terlambat. Niatnya adalah untuk memutus kabel rem, sehingga mobil bossnya itu remnya blong. Devan dulu sewaktu di SMK mengambil jurusan tekhnik mesin, jadi tidak sulit baginya untuk mengetahui mana kabel yang harus diputus dan mana yang tidak.
Hari ini Andi ada meeting mendadak dengan client. Buru buru ia menuju mobilnya karena sudah terlambat. Devan hanya mengawasi dari jauh. Bossnya itu telah keluar dari kantor dengan kecepatan tinggi. Ketika sampai di tikungan tajam Andi hilang kendali, ia tak bisa menurunkan kecepatannya. Mobilnya terperosok kepinggir jalan menabrak pohon. Ia tak sadarkan diri.
“lho itu seperti mobilnya pak Andi.” Seorang pemuda lari tergopoh gopoh menuju mobil yang rangsek karena menabrak pohon itu.
“Pak Andi, pakk bangun pak...” ucap rudi kebingungan, ia bingung ingin mnta tolong kesiapa, jalanan sepi sekali dan tidak ada orang, bagaimana ini. Akhirnya ia memutuskan untuk mengangkut mantan bosnya itu dengan gerobak sampahnya dan membawanya kerumah kecilnya.
Andi membuka matanya perlahan, matanya menyipit ketika merasakan pusing yang teramat sangat dikepalanya “dimana aku...”  ucapnya lirih kebingungan.
“pak andi sedang berada dirumah saya pak. Maaf kalo keadaannya kotor. Ini tempat berteduh saya satu satunya” ucap rudi sesopan mungkin.
Rudi lalu menceritakan semuanya. Tentang pertemuannya dengan Andi, tentang insiden yang menimpanya dan juga tentang samudra yang kini menjadi pemulung akibat kehilangan pekerjaannya diperusahaan Andi tanpa tahu alasan yang sebenarnya dan pemutusan kerja yang dianggap tak profesioal itu.
“dimana samudra?” Tanya andi tiba tiba
            Samudra yang kala itu baru pulang memulung sedikit terkejut karena ada Andi dirumah Rudi. Andi bangkit dari posisi tidurnya dan berjalan menuju Samudra dan meminta maaf padanya. Samudra dibaut bingung dengan sikab andi yang tiba tiba seperti ini.
            Andi lalu menceritakan semuanya, tentang insiden yang terjadi padanya siang tadi. Andi berkata bahwa penyebab dari kejadian itu adalah devan. Karena pasalnya Andi sempat melihat devan berdiri disamping tiang sambil mengendap endap. Seperti seakan akan ia mempunyai rencana buruk namun tak ingin diketahui oleh korbannya.
            “tidak, tidak mungkin devan seperti itu, ia baik Ndi. Ia tak mungkin seperti itu” bela samudra ketika mendengar tuduhan yang dilontarkan andi pada sahabatnya itu.
            “tapi itu yang terjadi. Dia pengen jadi bos diperusahaan gue. Udah lama  ia ngincer posisi gue Sam. Dia mungkin baik dulunya, tapi jabatan ngebuat orang lupa” bantah andi ketika mendengar pembelaan samudra atas devan.
            “lo harus bunuh dia, gue yakin dia juga ngincer lalisa sam. Lalisa..” mata samudra membulat, tidak, jangan lalisa. Ia tak rela.
            Samudra berlari keluar dari rumah Rudi dengan penuh amarah. Ia ingin menghabisi Rudi. Ia boleh saja merebut pekerjaan andi, mencelakai andi, namun tidak lalisa. Jangan dia.
            Samudra menunggu devan keluar dari kantor. Harusnya sekarang devan sudah keluar namun ternyata devan memilih untuk pulang agak terlambat. Di parkiran itu samudra melihat devan keluar. Tanpa aba aba, samudra langsung menghajar Devan tanpa ampun. Devan yang sadar atas seranagn samudra mencoba menghindar namun kemarahan samudra membuatnya ketakutan. Ia tak pernah melihat samudra semarah itu sebelumnya.
            Ia mencoba menyadarkan samudra, namun sayang. Samudra masih terbawa emosi. Akhirnya Devan melawan samudra dengan sisa tenaganya. Samudra yang sadar akan serangan balik devan kini mulai mundur perlahan. Bukan mundur karena kalah, tapi mundur karena mengambil senjata.
            Devan masih mencoba bangkit, dan menghampiri sahabatnya itu untuk meminta maaf. Namun ternyata, niat baiknya itu tak dibarengi dengan niat baik samudra. Karena sejurus kemudian, sebuah pukulan keras dari kayu mendarat tepat di kepala belakang Devan. Devan ambruk lemas bersimbah darah.
            “DEVANNNNN.....” sebuah teriakan keras dari lalisa menggema di parkiran kantor malam itu.
“apa yang kamu lakuin Sam, lo gila? Kenapa lo bunuh Devan. Dia sahabat lo Sam, sahabat lo” ucap lalisa dalam sela sela tangisnya yang sesenggukan
“dia mau macam macam sama kamu lis” jawab samudra
“dia bahkan mau membalaskan dendam karena perlakuan gak adil yang lo terima Sam, tapi gue gak habis pikir sama lo. Kenapa lo tega bunuh sahabat lo sendiri padahal dia udah berjuang keras buat lo. Sahabat macam apa lo Sam?” sarkas lalisa masih dalam tangisnya.
Samudra lemas dan ambruk seketika, ia menyesal terlalu buru buru mengambil tindakan. Karena tindakannya yang emosional ia kehilangan sahabatnya. Karena ia yang begitu mudah terpengaruh orang lain ia melakukan hal yang begitu keji. Hingga pada kenyatannya, tak satupun dari semua yang ia takutkan terbukti. Ia menyesal. Namun mau bagaimana lagi? Devan sudah tak ada, devan sudah terbunuh olehnya, dengan tangannya sendiri. Ia membunuh sahabatnya. Sahabat terbaiknya.
Keinginannya untuk merantau demi orang tuanya sirna. Harapan untuk menaikkan ekonomi keluarganya sudah tinggal angan. Ibu dan ayahnya tidak akan bangga mempunyai anak seperti dia. samudra seorang pembunuh yang baru saja membunuh sahabatnya sendiri. Ia pembunuh kejam.




Nama: Nanda Nova Nur Diana
No. Abs: 23
Kelas: X MIPA 6
PerpisahanKlasik
Gubrakk!!!, Suara nyaring yang berasal dari depan rumah. Aku pun bergegas menuju ruang depan.
“Ada apa Bu? Kok kakak dan Ayah kerja bakti?”
“Kerja bakti? Nglindur kamu ya, besok kita kan pindah ke Jogja.”
“Oh iya, Aku lupa”
Sebenarnya aku tahu jika kami sekeluarga akan pindah ke Jogja karena Ayah yang dipindah tugas ke pusat Jogja. Namun, aku masih tidak percaya saja bahwa aku akan benar-benar meninggalkan rumah yang telah aku huni selama 16 tahun.
“Bang, memangbenarkita jadi pindah?”
“Iya, udah lah kita ngikut aja apa kemauan ayah sama ibu. Mungkin disana kita bakal jadi lebih baik.”
“Tapiguapunya feeling yang gak enak kalo kita pindah.”
“Itukarenaelubelumterbiasa, udah deh jadi cowo jangan ngeluh mulu.”
                                                            ***
Pagi di Jogja, terasasepertiAkuterlahirkembalidengan kehidupan yang baru. Tak ada yang kukenal kecuali Orang tua dan kak Hamdan. Pukul  06:30 ayah mengantarkan kami ke SMAN 26 Jogja. Kami menuju ke ruang Kelas dan mulai menjadi siswa SMA di Jogja. Meskipun Aku dan Kakak ku terpaut 2 tahun, namun kami masih sering pergi atau nongkrong bersama.Kamipun masuk kedalam kelas baru masing masing.


"anakanak, iniada murid baru, silahkan nak perkenalan dulu!"
"Perkenalkan nama saya Hamim Ardiansyah. semoga kita dapat berteman nanti."
 Saat aku perkenalan dan teman teman baruku mendengarkan, suasana terasa hening dan damai. Aku rasa mungkin ini benar benar baik untukku.
Gubrak!!! suara seseorang menabrak pintu kelas. ternyata benar, wanita cantik yang terlihat bandel.
"Maaf bu saya telat."
"Cewek kok telat, gak malu sama anak laki laki? sekarang kamu berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran kedua!"
Wanita itu lantasberdiri di sampingku, sambilmenatapku matanya begitu berbinar, sayangnya terlihat seperti wanita pembuat onar. Ketika jam pembelajar berlangsung pun dia terlihat tak bersemangat. Entah, dari sekian banyak siswa di dalam kelas, hanya dia yang menarik perhatianku.
"Zahra, kamu coba kerjakan nomer 5 di papan tulis!"
"Saya Bu? Kanbarududukmasadisuruhberdirilagi."
“Sudahlah, cepatmajusini!”
Zahra terlihatmahirdalammengerjakansoalmatematika, sepertisudahterbiasa.Saataku Tanya ketemansebelahku, ternyata Zahra adalahsiswaperwakilanSmabuatolimpiadeMipa. Gaknyangkacewek yang keliatannyabandelternyatapinterjuga.
Jam istirahatpertamakuberbunyi, aku masih tak begitu berani untuk bergaul dengan teman baruku. Untuk itu aku menghampiri kakakku. Aku hanya tak ingin terlihat seperti orang bingung saja, kebanyakan darimerekaberbicaramenggunakanbahasajawa. Aku sedikit tak paham dengan bahasanya.
"Mim, gua tadi liat cewek, cantik sih tapi agak beringas keliatannya"
"Tumben lu bisa naksir cewe ,tapi sama bang, gua tadi juga liat cewek cantik, tapi telat. Resekbangetanaknya"
"Jangansampekmim, semogaelujugakgaknaksircewek yang guamaksud"
"Ya kagak mungkin lah bang, masa iya selera gua sama kayak lu."
"Kalaupun bener sama, itu bagian gua Min. Gua abang lu"
"Bagian? lu pikir dia sembako?"
"Sutt,, tuh dia cewek yang gua maksud," menunjuk ke arah Zahra.
Mati gua, masa iya gua nanti ngalah sama abang gua sendiri. Kalo gua relain, ntar gua rugi. Masa iya abangguabenergaksukasamazahra. Mogaajakagak.Saat jam pelajarankembalidimulai, Guaberaniindiribuatdeketin Zahra.
“Zahra ya?Bolehdudukdi  sinigak?”
“Dudukyatinggaldudukaja, gakusah repot kali.”
“Akudengerkamujagomatematikaya, bolehgakbesokpulangsekolahngajarinaku.Ya,,pelajarandisinikanbaru. Ada beberapa yang caranyabedasama SMA akudulu.”
“Guaajarin ,tapitraktirsebulanya?”
“Sebulan?Yabolehajasih.”
“Gakgak, akucumabercanda.Okeakubakalngajarinkamu, tapikamujugaharusngajarinbeladirikeaku. ”
“Ngapainkamubelajarbeladiri?”
“Buatnganterinemak-emaknyebrang!Yabuatngindungindirilah.”
“Oke, big deal.”

Seminggu, sebulan, dansekarangtepatenambulanAkudankakakkubersekolah di Sman 26 Jogja.KakakkusemakinmenunjukkanjikaIamelarangkudekatdenganZahra, sementaraakumulainyamandengan Zahra. Kami seringmenghabiskanwaktubersama, belajarbersama.Zahrajuganampaktelahnyamandenganku.TerkadangmunculbeberapaperdebatanolehKakHamda yang mengarahke sindiran.Akutakberanibicaralangsungjikaakumenyukai Zahra.Beberapa kali akuberfikir jika ini akan tidak baik untukku.
"Lu sekarang masih sama Zahra gak?"
"masih? emang sejak kapan gua deket sama zahra?"
"Ah, jangan muna lu, bilang aja kali. gua gak buta Mim."
"Ya emang kenyataanya gitu bang."
"Bener ya, sampe gua liat lu jalan sama zahra, gua keluarin dari KK."nadanyaagakmengancam.
Pagi itu, sepertilayaknyaharibiasa. Berangkat sekolah dan duduk di bangku paling belakang. Yang tak biasa hanya Zahra duduk disampingku. Biasanya ia selalu duduk di barisan depan. Sambil memakai jaket dan masker, ia menyandar pada bangku.
"Ra, kamu kenapa?"
"Hmmn, gak."
"Jujur ajalah ra, ke temen sendiri juga."
Tak lama dari itu, ia mengambil tisu dan mengusapkan ke hidungnya. Seperti bercak merah. Saat aku bertanya, ia langsung jatuh pingsan.Seluruh kelas panik. Apalagi aku,entah aku tak bisa berpikir selain membopongnya dan ke Uks. Tangannya begitu dingin dengan wajah yang pucat. Beberapa jam aku duduk di sampingnya, namun ia tak kunjung bangun. Untuk itu guru kami saat itu menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit.Tadinyaakuinginmenjahui Zahra, namunkejadianhariini membuat aku tak rela melepaskannya.
"Kamu temannya pasien?"
"Benar Dok, gimana keadaanya."
"Kondisi pasien melemah, dari gejala yang ditunjukkan, sepertinya ia mengidap penyakit lupus."
"Lupus?,,, ya dok"
Dia wanita yang aku cintai, dia yang sakit, namun justru aku yang tidak dapat menerima kenyataan. Apa iya, zahra menyembunyikan penyakitnya? atau dia memang belum tau akan penyakitnya? Aku tak kuasa melihatnya, jadi akupuruskanuntukmengabarisahabatnya.
“Mim, lu tau gak?”
“Apaan?”
“Garagaraabanglu, Zahra masukrumahsakit. Hampirsetiapsabtusiang Zahra diomelinabangludi lapanganbelakang.”
“Lu yakin?”
“Masaiyalugakpercayasamagua?”
Takbanyakbicaraakumeninggalkan Zahra dantemantemannya.Bergegaspulang.
"Dari mana aja lu Mim?"
"Hmmm."
"Kalo ditanya jawab woi,, jangan bisu melulu!"
"Zahra sakit, udah? kurang puas lu kayak gitu?"
"Jangan becanda lu, sakit apa?"
"Lu peduliapasihsama Zahra?. Bang lusadargak? Zahra itubahagianyasamagua.”
“Heh, anakkecil! Tau apasihlusoalbahagia hah?ApaguasalahnglarangludeketsamaZahra?”
“Lu gaksalahudahngejauhinguadari Zahra, tapicaralu bang, caraluudahkelewatan.”
“Kelewatangimana?GuaCumapengen yang terbaikbuatelu.Justruelu yang kelewatanMim.Lu gakpernahdengerinomongangua.Eluselalungeutamain Zahra ketimbangkeluarga!”
“Truskalosekarang Zahra sakit lupus itujugayangterbaik bang?!”
“Lu janganasalngomongMim,, lupus lupusapaan?”
“Sekarang Zahra di rumahsakit.Diatadipingsan.Puaslu bang?”
Kakakkulangsungmenariktangankudanmengajakkukerumahsakit.Akumerasaseertiditarikoleh orang baik yang menyamarjahat.Disatusisidiaadalahkakakku, di sisi lain diajugamusuhku. Sesampainyadisana, kakakkutakberkataapapun, hanyamelihat Zahra darikejauhan.Setelahituiamengajakkupulang.
“Mim, buat kali initolongdengerinGua.Mendinganelujauhin Zahra.GuaCumapengengakada yang menyesaldiantara kalian berdua.”
“Menyesalgimana bang?”
“Zahra sakit lupus, harapandiabuatbikinkenanganbahagiaudahgak lama lagi.Ketimbangelunantisakithati, mending tinggalinmulaisekarangaja.”
“Hufff,,oke bang buat kali iniguaikutomonganlu.”
Tigabulansudah, Zahra tidakmasuksekolah.Taka da kabar, takadajuga yang membicarakannya.Kehidupankumulaiterasaseparuhhilang.Takadaalasanlagiuntukakumengerjakan PR, masuksekolah.
“Mim, yang kuatya.Guayakinini yang terbaikdarituhan.”
“Apaansih?”
“Zahra meninggal.Jenazahnyaudah di makamkan.”
“Lu janganbercanda, gaklucu tau.”
“Guagakakanbohongsoal yang beginianMim.”
Siang itujugaakudatangketempatpemakaman.Berdirisebuahbatunisandengannama Zahra Olivia. Semuainimungkinmemangbenar yang terbaikdariTuhan.Mulaihariinikitaakanmemulaikehidupan yang baru di Alam yang bebeda, kasih.




Nama : Nawang Mega Puspita
No       : 24
Kelas  : X MIPA 6

Kepercayaan yang Salah
Kukuruyukkkkk…… suara ayam jago membangunkan Ardi di pagi itu. Lantas ia pergi mandi dan membantu orang tuanya bekerja. Bukannya tak sempat sarapan, tapi memang sengaja tidak ada sarapan di keluarga mereka. Ardi dan keluarganya hidup sangat kekurangan, ayah dan ibunya hanyalah seorang buruh tani di desa dekat perbatasan yang masih berseberangan dengan hutan.
“Bu, kenapa kita tidak merantau saja di kota besar? Jakarta atau Bandung misalnya.” tanya Ardi sambil membersihkan rumput di kebun.
“Ibu sebenarnya juga ingin nak, ibu juga ingin mencari pekerjaan yang lebih layak agar keluarga kita tidak terus-terusan seperti ini. Tapi kamu kan tau sendiri, ibu dan bapak tidak punya uang untuk pergi kesana.”
Sepulangnya dari kebun,  ibu membicarakan masalah tersebut kepada bapak. Dan bapakpun berpikir hal yang sama, dengan merantau keadaan ekonominya akan berubah. Bapak berjanji pada ibu, akan mengumpulkan uang untuk merantau dalam waktu dekat.
Selama satu bulan bapak, ibu, dan Ardi berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk merantau. Selama sebulan itu, bapak bekerja di pasar sebagai buruh angkut setelah dari kebun, dan Ardi membantu ibunya menjual kue.
Selama di Jakarta, bapak dan ibu Ardi bekerja sebagai penjual sayur di pasar. Modal awalnya didapat dari berhutang. Ardi yang sebelumnya tidak sekolah, kini sekolah di sebuah pondok pesantren untuk menuntut ilmu dan agama. Ia bersekolah pada hari Senin sampai Sabtu dan pada hari Minggu ia menggantikan ibunya bekerja di pasar.
Pada suatu hari, lapak sayur bapak didatangi preman. Preman itu memaksa bapak menyerahkan uang hasil penjualan sayur hari itu. Ardi yang baru pulang membeli nasi, melihat bapaknya diancam menggunakan pisau. Ia langsung menghajar preman itu. Perkelahian pun berlangsung lumayan lama, dan tanpa sengaja Ardi membunuh preman itu.
Karena Ardi telah membunuh preman itu, orang-orang berpikir Ardi merupakan orang yang pandai dan hebat dalam pertarungan. Hal tersebut membuat Bos Jack tertarik pada Ardi dan mengundangnya ke rumahnya. Bos Jack adalah Pengusaha beras yang sanga kaya dan menjadi penyedia uang saat orang lain membutuhkan atau ingin berhutang. Namun bantuan yang diberikan Bos Jack cenderung menyusahkan orang yang dibantunya. Bos Jack  selalu memberi bunga yang tinggi kepada orang yang dibantunya, dan merampas harta bendanya jika tidak dapat melunasi hutangnya. Oleh karena itu, Bos Jack memiliki banyak pengawal yang disuruhnya merampas bahkan tak segan-segan melukai orang yang tidak mampu membayar hutang kepadanya.
“Maaf tuan, ada perlu apa tuan mengundang saya?”
“Aku dengar-dengar kau pandai berkelahi, bahkan tanpa membawa senjata kau mampu membunuh orang. Aku ingin kau menjadi salah satu dari pengawalku.”
“Maaf tuan, tapi saya bersekolah dan saya hanya punya waktu setengah hari untuk bekerja.”
“Tidak apa-apa, aku masih punya pengawal yang lainnya. Aku bisa membayarmu berkali-kali lipat dari hasil dagang bapakmu.”
“Baik tuan, saya bersedia menjadi pengawal tuan.”
Selama Ardi bekerja menjadi pengawal Bos Jack ada seseorang yang tidak menyukai Ardi. Ia adalah Reza, pengawal yang posisinya digantikan oleh Ardi. Reza sangat membenci Ardi dan berkeinginan untuk membunuhnya. Namun Reza tau bahwa Ardi sangat mahir berkelahi, jadi ia tidak berani membunuhnya. Ia berfikir dengan cara memfitnah Ardi, maka Bos Jack akan memecat dan memberinya hukuman.
“Bos, apa Bos tidak curiga dengan Ardi?”
“Tidak, curiga kenapa?”
“Aku pikir, dia bekerja pada Bos karena ingin membunuh Si Bos.”
“Apa maksutmu membunuhku? Cepat katakan.”
“Dia kan pandai berkelahi, dia akan sangat mudah membunuh Bos dan setelah itu dia bisa menguasai semua harta Bos.”
Mendengar semua hasutan Reza, Bos Jack lantas menyuruh seluruh pengawalnya untuk mencari dan membunuh Ardi. Fathan, karyawan Bos Jack yang merupakan teman baik Ardi, mendengar semua pembicaraan mereka. Fathan langsung menemui Ardi dan menjelaskan semuanya.
“Aku punya kabar buruk untukmu.”
“Apa? Cepat katakan!”
“Bos Jack berencana membunuhmu. Kau harus cepat pergi dari sini.”
“Membunuhku? Apa maksutmu? Jelaskan dengan rinci Than. Aku benar-benar tidak mengerti.”
“Reza sudah berkata yang tidak benar tentangmu kepada Bos Jack, dan Bos murka. Bos memerintah semua pengawalnya untuk membunuhmu. Aku tidak ingin melihatmu disiksa apa lagi sampai dibunuh. Cepat pergi dari sini, dan bersembunyilah.”
Ardi akhirnya pergi meninggalkan kota dan bersembunyi di sebuah hutan pinggiran kota. Dua jam setelah Ardi pergi, Pengawal Bos Jack datang ke rumah Ardi dan mencari Ardi. Ayah dan ibunya yang sebelumnya sudah ia beri tahu, mengatakan bahwa ia tidak tahu.
“Dimana Ardi, Cepat katakana!” Tanya para pengawal Bos Jack sambil marah-marah.
“Kami tidak tahu, sejak tadi pagi Ardi tidak pulang.”
“Jangan berbohong, cepat katakana.”
“Kami benar-benar tidak tahu.” Jawab kedua orang tua ardi sambil bersikeras mengatakan bahwa Ardi tidak ada.
Pengawal-pengawal tersebut tidak percaya dan memutuskan untuk mencari di setiap sudut ruangan rumah, namun mereka tak menemukan Ardi. Setelah cukup lama mencari, mereka akhirnya pergi dan menyampaikan kepada Bos Jack bahwa Ardi tidak ada. Raja sangat marah kepada para pengawalnya karena tidak mampu membunuh Ardi.
Keesokan harinya Fathan mengatakan pada Bos Jack bahwa ia mendengar berita kematian Ardi. Ia mengatakan bahwa Ardi mati tenggelam di laut saat hendak pulang ke desa asalnya. Ia mengatakan hal tersebut agar bos Jack tidak curiga dan mencari mayat Ardi.
Mendengar berita yang disampaikan Fathan, Bos Jack tidak memercayai dan tetap mencari Ardi disekitar pasar dan tempat tinggal Ardi. Karena amarah yang sudah memuncak, Bos Jack dan para pengawalnya mencari Ardi dengan seenkanya. Mereka menggeledah lapak-lapak penjual dan menghancurkan barang dagangan mereka. Banyak penjual yang mengalami kerugian namun mereka hanya bisa diam karena mereka hanya rakyat kecil.
Karena para penduduk dan pedagang yang semakin hari semakin diperlakukan seenaknya, mereka berniat untuk melalukakn sesuatu. Fathan yang juga merasa benci kepada Bos Jack, meminta para pedagang untuk berkerja sama dengannya untuk menjatuhkan Bos Jack. Mereka meracuni sawah Bos Jack dan membuat Bos Jack gagal panen. Karena tidak adanya pemasukan dan hidup mewah sudah melekat pada keluarga Bos Jack, akhirnya Istri dan anak Bos Jack meninggalkan Bos Jack, begitupula para pengawalnya karena Bos Jack tak mampu membayar mereka.
Setelah lama bersembunyi, Ardi memutuskan untuk kembali ke kota. Ia terkejut karena Bos Jack jatuh miskin, sedangkan Fathan yang keadaan ekonominya jauh berekembang dari sebelumnya. Ardi tidak mengetahui apa yang terjadi selama ia pergi. Ia bepikir bahwa apa yang dikatakan Fathan kepadanya dulu hanyalah sebuah siasat Fathan agar ia dapat dengan mudah mengalahkan Bos Jack dan mengambil alih hartanya.
Pertarunganpun terjadi antara Ardi dan Fathan. Ardi terus menyerang Fathan dan Fathan tidak memiliki kesempatan untuk bicara dan menjelaskan semuanya. Saat Ardi menonjok kepala Fathan sampai mengeluarkan banyak darah, Fathan terjatuh dan mengatakan sesuatu.
“Sebelum aku mati, aku hanya ingin mengatakan, kau selama ini hanya salah paham. Aku selama ini membelamu dan menyelamatkanmu. Kau tidak pernah tau apa yang aku lakukan sendirian untuk menyelamatkanmu dan para pedagang di pasar. Namun apa? Kau malah membela orang yang jelas-jelas mau membunuhmu. Aku yang menjadi teman baikmu tak kau percayai? Bahkan tak kau beri kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan semuannya. Kau malah memberikan kepercayaanmu pada orang yang salah” Setelah mengatakan hal tersebut, Fathan meninggal dunia. Dan Ardi hanya dapat menyesali perbuatannya.




Nama : Niken Ayu Tirtaningtyas
No      : 25
Kelas : X. A6


Si Doni

Di sebuah desa terdapat seorang pemuda yang bernama Doni. Dia anak dari Supriman dan Sri Darmini. Mereka tinggal di rumah yang sangat kecil. Mereka hidup dengan ekonomi yang sangat kekurangan. Ketika melihat temannya yang lain dengan hidup serba mewah, Doni pun merasa iri dengan lainnya. Doni bermimpi dia bisa hidup kaya dan bisa membeli semua barang yang dia inginkan. Akhirnya, Doni pun ingin pergi ke kota untuk mengubah hidupnya untuk lebih layak, tapi itu semua masih keinginannya karena terhalang oleh biaya yang besar untuk pergi ke kota.
 Pada suatu malam, Suparman bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Doni. Kemudian Suparman terbangun dan mengangkat Doni, yang saat itu masih berusia 12 tahun, lalu diciumnya. Seluruh tubuh Doni pun  berbau sangat harum. Suparman  menceritakan mimpi itu kepada istrinya lalu meminta pemuka agama untuk mendoakan Doni.
Seperti biasa, Doni membantu orang tuanya berjualan lemper di pasar.  Tiba-tiba beberapa preman pasar datang untuk menagih uang pajak seperti biasanya. Semua orang di pasar memberikan setengah dari hasil penjualannya ke preman tersebut, tetapi tidak dengan Doni. Dia melawan preman itu dan menghabisinya karena Doni tidak ingin melihat semua orang di pasar sengasara karena hasil jualannya harus diminta oleh preman pasar. Semua orang di pasar dan teman-teman Doni yaitu Priyanto, Ali, Aldi, dan Wiranata terkejut karena Doni berani melawan beberapa preman pasar. Pada suatu ketika, Doni mengajak sahabatnya yang bernama Priyanto untuk pergi ke kota untuk mencari pekerjaan di sana dan memperbaiki hidup di kota.
Kabar tentang keberanian Doni dan sahabatnya dapat mengalahkan preman tersebut dan membuat pasar menjadi tenang terdengar sampai ke kota. Saat di tengah perjalanan ke kota, karena Doni dan Priyanto sedang berjalan sambil melamun akibatnya mereka berdua hampir tetabrak oleh mobil manager perusahaan terkenal. Kemudian, manager tersebut meminta maaf kepada mereka berdua. Walaupun tidak terluka parah, tetapi manager tersebut ingin membawanya ke rumah sakit, kemudian Doni menjawab "Gak usah, pak. Kita gak kenapa-kenapa kok kan cuma hampir tetabrak."
Kemudia manager tersebut bertanya "Dari mana kalian? Dan mau kemana kalian di kota? Kenapa kalian membawa tas besar banget seperti orang pindahan saja?"

"Kita berdua dari desa. Kita pergi kota karena ingin memperbaiki hidup untuk lebih layak", jawab Doni.
"Oww begitu. Yaudah kalian ikut kerumah saya saja. Lagian kalian kan gak tahu mau kemana kalian tinggal di kota ini. Oleh karena itu, untuk sementara waktu kalian tinggal di rumah saya saja." kata manager tersebut.
Pada suatu hari manager tersebut yang bernama Agus Khoirul Anam pergi ke kantor. Sepertinya kantor tempat ia bekerja mendapatkan sedikit masalah. Ada seorang karyawan yang bekerja disana mengambil uang milik kantor. Akhirnya karyawan tersebut dipecat dan sekarang kantor tersebut mencari seseorang yang berpengalaman dan pintar serta jujur untuk menggantika karyawan yang dipecat tersebut. Kemudian manager perusahaan tersebut berpikir "Bagaimana jika yang menggantikannya adalah Doni dan Priyanto."

Kemudian manager itu mengajak Doni dan Priyanto ke perusahaannya untuk melakukan berbagai macam tes supaya dapat menjadi karyawan di perusahaan tersebut. Setelah melewati berbagai macam tes tersebut, akhirnya Donilah yang keterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut, karena Priyanto mendapat nilai jelek saat tes wawancara dan nilainya lebih bagusan Doni.
Agus Khoirul Anam sebagai manager perusahaan belum juga memiliki istri. Terdengar kabar bahwa anak dari orang kaya yang bernama Maryam Aqinna sangat cantik jelita. Manager itu sangat ingin menikahi Maryam. Akan tetapi, Maryam menolaknya karena dia belum siap untuk menikah, dia masih ingin menyelesaikan S2nya. Kemudian, Agus yang ditemani Doni dan Priyanto pergi ke rumah teman ayahnya. Teman ayahnya tersebut juga memiliki seorang anak yang cantik bernama Salma Arinda. Akhirnya Agus ingin menikahi anak dari teman ayahnya tersebut. Selama di rumah teman ayahnya, Salma mengetahui Doni. Salma pun merasa dia jatuh cinta kepada Doni.
Kemudian Doni mengetahui bahwa Salma jatuh cinta kepadanya. Doni pun melamar Salma dan lamarannya di terima. Setelah itu, Doni dijadikan manager di perusahaan ayah Salma. Hal tersebut membuat Agus tidak suka dan cemburu kepada Doni, karena wanita yang akan dinikahi oleh Agus harus  direbut oleh Doni dan menikah dengan Doni. Agus pun berusaha mencari cara untuk balas dendam kepada Doni karena ia iri dengan apa yang sudah dimiliki oleh Doni. Agus pun menyuruh Priyanto untuk membunuhnya.
Mengetahui hal tersebut, beberapa hari kemudian, Doni tidak pernah kelihatan dan Priyanto pun tidak tahu dimana keberadaan Doni. Priyanto mengira bahwa Doni sudah mati. Padahal Doni bersembunyi agar tidak diketahui keberadaannya oleh Priyanto, karena Doni tidak mau harus bermusuhan dengan sahabatnya sendiri.

Oleh karena perbuatan Priyanto sudah melewati batas dan selalu ingin mencelakai Doni. Ketika ada suatu kesempatan yang baik, Doni pun balas dendam kembali kepada Priyanto dengan cara membunuhnya juga. Pada detik-detik terakhir  kematian  Priyanto, ia menyampaikan kepada Doni "Maafkan aku, Doni. Aku hanya disuruh oleh managermu yang telah memberi jabatan di perusahaannya, yang selalu kamu banggakan. Karena ia cemburu kepadamu maka ia menyuruhlu untuk membunuhmu."




Nama : Ning Dainty Restiani
Kelas  : X Mipa 6
No.     : 26
Jangan Salah Gunakan
Siapa tak kenal Hasan? Pemuda desa berumur 20 tahun yang terkenal dengan keberaniannya untuk memajukan dan melindungi desanya dari ancaman lawan. Dari sorot matanya, dapat dilihat bahwa Hasan adalah salah satu lawan yang ditakuti musuh. Badannya yang tegap dan dengan keberaniannya, ia mengabdikan dirinya untuk desanya. Desa dimana ia dilahirkan tanpa mengetahui siapa ayahnya yang sebenarnya. Hasan sosok pemuda yang berwibawa dan bijaksana. Strategi yang ia keluarkan untuk berperang bisa dibilang tidak bisa dianggap remeh. Siapa saja yang mengancam keselamatan desanya maka siapapun itu akan dihadapinya.
Pada suatu hari, para warga Desa Maju berkumpul dan mengerubungi rumah Hasan. Mendengar suara-suara yang memanggil namanya, akhirnya ia pun keluar rumah dan melihat apa yang terjadi.
"Apa yang kalian lakukan didepan rumahku?"
"Kami akan pergi ke Desa Makmur," ujar salah satu warga mewakili yang lainnya.
"Untuk apa kalian pergi kesana?" ujar Hasan dengan nada yang dingin.
"Kami ini kan orang miskin. Kami ingin pindah ke Desa Makmur, karena kami diundang untuk mencari pekerjaan disana," ujar salah satu warga.
Meskipun bukan orang terpandang  tetapi Hasan adalah seseorang yang cukup disegani di desanya.
"Jadi, kalian ingin pindah kesana karena ingin mencari pekerjaan? Apa kalian tidak curiga terhadap tawaran desa Makmur? Sementara itu, kita juga punya banyak lahan pertanian. Mengapa semua itu tidak kita manfaatkan?" ujar Hasan dengan volume suara yang agak meninggi.
Para warga diam tak berani menjawab bahkan tak berani menatap Hasan yang masih berdiri menunggu jawaban. Tak lama kemudian, satu persatu warga meninggalkan rumah Hasan dengan perasaan yang kecewa karena Hasan tidak mengizinkan mereka untuk meninggalkan desanya.
Diam-diam beberapa orang laki-laki pergi ke Desa Makmur tanpa sepengetahuan Hasan. Bukannya Hasan tak suka kepada Desa Makmur tetapi Hasan tau bahwa ini adalah salah satu cara untuk mengalahkan Desa Maju yang dilakukan oleh perangkat desa Makmur untuk menguasai dan memimpin desa Maju dibawah kendali Desa Makmur. Hasan memilih untuk diam dan kembali melanjutkan aktifitasnya membuat kapak yang sempat tertunda karena keramaian warga tadi.
Sebelum berangkat, empat orang lelaki berpesan pada seluruh warga Desa Maju yang mengatakan bahwa "Jika kami tak kembali lagi kesini maka kami sudah sukses disana. Jadi, kami tunggu kalian di desa Makmur." Berjalanlah mereka dengan membawa perlengkapan seadanya untuk mencukupi kebutuhannya selama diperjalanan. Tak disangka ditengah perjalanan mereka dihadang oleh sekelompok orang tak dikenal untuk merampas barang-barang yang mereka bawa dari Desa Maju. Rohman, salah satu dari keempat orang yang ditangkap berhasil melarikan diri dan berlari sekencang-kencangnya meninggalkan tempat penyekapannya.
Didesa, Hasan mendapat surat dari orang tak dikenal yang tidak menyertakan alamatnya. Saat itu Hasan tengah mendalami ilmu beladiri yang telah ia kuasai. Hasan tidak pernah memperlihatkan beladirinya kecuali saat ia tengah melawan dan melindungi dirinya. Namun, karena penasaran ia pun membuka amplop coklat yang terletak di atas meja tempat berlatihnya. Setelah membaca surat yang diterimanya, ia pun langsung pergi menuju ke Balai Desa dengan para warga yang ingin mengetahui apa yang ingin dibicarakan Hasan.
Tak membuang waktu lebih lama, Hasanpun langsung pergi menemui pemuka desa Makmur untuk menepati janjinya yang tertulis di surat. Sesampainya di desa Makmur, Hasan membicarakan apa maksud dan tujuannya datang ke desa Makmur.
"Apakah kau disini ingin menemuiku Hasan?" ujar Parto selaku pemuka desa
"Anda benar, disini aku mencarimu. Apakah kau yang memerintahkan rakyatmu untuk menculik dan menyandera warga desaku?"
"Kau menuduhku?" ujar Parto dengan wajah serius
"Aku tidak menuduhmu, tapi aku disini hanya ingin bertanya apakah kau yang memerintahkan rakyatmu untuk menculik dan menyandera warga desaku?"
"Tidak," jawab Parto sarkas
"Baiklah, terimakasih atas jawabanmu. Setelah ini aku akan pergi dari pandanganmu," ujar Hasan penuh penekanan
Di perjalanan pulang, Hasan bertemu dengan Rohman yang berjalan sedikit pincang, wajah babak-belur dan bekas luka benda tumpul.
"Apa yang terjadi padamu Man?" tanya Hasan yang tidak dapat menyembunyikan rasa khawatirnya
"Aku tidak mengapa. Tapi aku mohon bantu aku menyelamatkan ketiga temanku yang sedang dalam bahaya." ujar Rohman dengan sedikit terbata
"Apakah yang kau maksud mereka adalah Mamad, Jarwo dan Budi?"
"Benar sekali Hasan, mereka dalam bahaya sekarang." ujar Rohman sambil meringis menahan lukanya
"Tunjukkan aku dimana tempat penyekapan itu."
"Ikuti aku," Rohman dan Hasan berjalan menuju ke gudang penyekapan.
Dengan keberaniannya, ia akan melawan siapapun seorang diri. Bukan bermaksud untuk menunjukkan kemampuannya di bidang bela diri tetapi untuk menghabisi orang-orang tak berani mengusik kenyamanan dan ketentraman desa Maju.






Nama   : Oktavia Triska P P
No abs  : 27
Kelas.   : X.6
Haus Kekuasaan
     Di sebuah desa tinggalah seorang pemuda yang bernama Rasyid, dia anak dari pasangan suami istri yang bernama Pak Harun dan Bu Siti. Mereka tinggal di sebuah desa yang terpencil di Bandung. Mereka adalah salah satu keluarga miskin yang tinggal di desa itu. Pak Harun hanya bekerja sebagai petani yang menggarap lahan sawah milik tetangga, kalau Bu Siti hanya membantu meringankan tugas suami. Saat berangkat ke sawah, Pak Harun mendengarkan pembicaraan warga, bahwa ada pondok persilatan yang bernama Nahdhatul Ulama Pagar Nusa yang berada di Bogor. Tempat itu merupakan pondok persilatan yang terkenal dan memunculkan bibit-bibit yang berbakat. Sampainya di rumah, dia menjelaskan kepada istrinya, bahwa dia berniat mendaftarkan anaknya bersekolah di pondok persilatan di Bogor tersebut. Setelah lelah bekerja, Pak Harun tidur dengan nyenyak. Saat tidur dia memimpikan sesuatu tentang anaknya yang bernama Rasyid. Ia bermimpi Rasyid menjadi seorang pesilat yang hebat dan menjadi guru besar di persilatannya.

     Keesok harinya, Pak Harun dan Bu Siti menghantarkan anaknya untuk bersekolah di pondok persilatah Nahdhatul Ulama Pagar Nusa yang berada di Bogor. Mereka pergi kesana mengendarai bis ,bis berlaju begitu cepat, tidak terasa mereka sudah tiba di pondok tersebut. Ayahnya mendaftar Rasyid untuk bersekolah disana, ternyata Rasyid langsung diterima menjadi murid pondok persilatan. Saat itu juga Rasyid pindah tinggal di asrama, sedaangkan orangtuanya kembali ke kampung untuk melanjutkan hidupnya. Rasyid diantarkan guru pondok ke asrama barunya. Saat Rasyid diantar kesana ada temanya yang tidak suka padanya, mereka berkata, " Ihhh,itu siapa ya? Murid baru, ah aku tidak suka padanya, ahh..ayo kita gangguin dia ,hahaha, " Rasyid mulai berkenalan dengan murid-murid yang lain.

     Pada hari pertama latihan silat, Rasyid hanya bingung -bingung saja, dipikiran dia untuk apa dia disini. Dia hanya bengong saja melihat murid yang lain sedang berlatih. Sepulang dari pondok menuju ke asrama, Rasyid di hadang oleh murid-murid lain, dia dihajar sampai luka-luka. Untung saja dia masih bisa untuk kabur. Saat sampai di asrama, ternyata masih ada yang peduli kepada Rasyid. Imam membersihkan dan mengobati luka Rasyid dengan penuh kesabaran. Imam adalah sahabat Rasyid di pondok itu. Pada hari kedua, Rasyid sudah ingin memulai mengembangkan bakatnya. Saat Rasyid latihan, semua orang terkagum melihat gerakan-gerakan yang diperagakan Rasyid. Semua murid melapor kepada guru pondok persilatan. Guru pondok menyuruh guru silat untuk menemui Rasyid besok. Pada harinya pun tiba, guru silat mendatangi Rasyid, dan menyuruhkan untuk memperagakan gerakan kemarin lagi. Guru silat sangat kagum melihat tampilan dari Rasyid, guru silat berkata, "Kamu sungguh hebat Rasrid, kamu mempunyai ilmu yang sangat baik dari tubuhmu, semakin banyak kamu latian ,semakin terasah ilmu mu."

     Setiap hari Rasyid berlatih begitu giat, dia ingin membagakan orangtuanya, dia tidak ingin membuat orangtuanya kecewa. Pagi,siang,sore dia berlatih dengan giat. Pada saat ada pertandingan, dia selalu maju untuk menjadi wakil dari pondok silat tersebut  . Rasyid selalu mendapatkan juara, dari sekian banyak pertandingan. Pada saat akan ada pertandingan Pencak silat se-Indonesia, ada dua jagoan dari pondok persilatan yaitu Rasyid dan Zakki. Mereka disuruh bertanding untuk mentukan siapa yang maju ke pertandingan Pencak silat se-Indonesia. Rasyid belajar dengan sungguh-sungguh. Zakki merasa kawatir bahwa Rasyid yang akan lolos dan bertanding. Zakki menjalankan segala cara supaya Rasyid bisa gagal diperlombaan. Saat Rasyid dan Zakki bertanding ,pertandingan itu sangat sengit, kadang Rasyid yang menang, dan kadang Zakki yang menang. Pada awal pertandingan Rasyid sering dikalahkan oleh Zakki, namun pada saat detik-detik terakhir Rasyid banyak menang. Dan akhirnya yang menang dan mewakili lomba pencak silat se-Indonesia adalah Rasyid.

     Pada saat hari pertandingan Pencak silat se-Indonesia pun tiba ,akhirnya Rasyid menang dalam pertandingan. Zakki merasa iri kepada Rasyid ,dia ingin mengkroyok Rasyid nanti malam. Zakki meminta bantuan kepada semua orang yang tidak suka kepada Rasyid untuk membantunya. Malampun tiba, Rasyid berjalan dari pondok sampai ke asrama, jalanan sangat sepi. Zakki dan kawan-kawannya mengkroyok Rasyid sampai luka-luka. Tetapi pada akhirnya Rasyid menang. Karena kekagumannya guru silat melapor kepada Guru Besar Persilatan, bahwa Rasyid adalah seorang perkasa yang gagah dan berani. Maka dari kejadian itu Rasyid diangkat menjadi Guru Besar di persilatannya.

     Para dewan-dewan iri kepada Rasyid karena dia diangkat menjadi Guru Besar. Dipikiran mereka ,padahal mereka sudah bertahun-tahun berguru di persilatan itu ,tetapi tidak pernah ditunjuk menjadi Guru Besar. Sedangkan Rasyid yang baru saja masuk dipersilatan ini ,langsung menjadi Guru Besar. Mereka ingin menyusun rencana, supaya Rasyid turun dari kedudukannya sebagai Guru Besar.

     Pada suatu ketika Rasyid bertemu dengan seorang perempuan cantik yang bernama Haswa. Mereka baru saja berkenalan, tetapi sudah saling menyukai. Dia sangat cantik, baik hati, dan sopan. Dari wajahnya terpancar sinar yang berkilauan. Rasyid jatuh cinta kepada Haswa pandangan pertama. Mereka adalah pasangan yang serasi. Hampir setiap hari, mereka bertemu di taman pondok. Mereka sangat mesra, setiap orang melihat mereka memamerkan kemesraannya tanpa sengaja. Tanpa sadar dilihat semua orang yang lewat di sekitar taman. Tanpa sengaja para dewan-dewan melihat, bahwa Rasyid bertemu dengan perempuan cantik di Taman pondok. Dengan begitu, para dewan memanfaatkan hal itu untuk diberitahukan kepada Guru Besar tertua di pondok persilatan itu. Karena jika ada anggota persilatan  yang berpacaran, akan dikeluarkan dari pondok.


     Para dewan-dewan melaporkan hal itu kepada Guru Besar tertua di pondok persilatan. Maka saat Guru Besar tertua sedang duduk di tahtanya bersama para guru-guru silat, Para dewan-dewan datang berlutut, lalu hormat kepada Guru Besar tertua,”Hormat tuanku, saya mohon ampun, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari murid-murid pondok persilatan ini.” Setelah Guru Besar tertua mendengar hal itu, maka dia pun terkejut lalu bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?” maka seluruh para dewan-dewan itu menjawab,” Hormat, saya mohon ampun, untuk datang saja saya takut, karena yang melakukan hal itu, Guru sangat menyukainya. Baiklah kalau guru percaya pada perkataan saya, karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik saya, seolah-olah menjelek-jelek kan orang itu. Setelah Guru mendengar kata-kata para dewan-dewan itu yang sedemikian itu, maka Guru berkata,”Siapakah orang itu, Apakah Rasyid orangnya?” Maka para dewan-dewan menjawab, ”Siapa lagi yang berani melakukannya selain Rasyid. Saat itu saya melihat sendiri Rasyid sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana ini. Perempuan tersebut bernama Haswa. Saya takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu. Setelah Guru mendengar hal itu, marahlah dia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia berkata kepada para dewan-dewan yang berhati jahat itu,”Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!” Maka Rasyid pun dipulangkan ke kampung halamannya yang terpencil.

     Di pihak lain Zakki dilantik oleh Guru Besar tertua menggantikan Rasyid. Zakki menyangka Rasyid telah meninggal karena hukuman mati yang dijatuhkan Guru. Kemudiah Zakki melakukan perlawanan kepada Guru dan mengambil alih kekuasaan pondok persilatan. Tidak seorang pun yang bisa melawan Zakki. Guru Besar tertua terpaksa melarikan diri. Akhirnya pada waktu itu Guru baru menyesal telah membunuh Rasyid yang tidak bersalah. Inilah saatnya guru pesilat memberi tahu bahwa Rasyid masih hidup. Rasyid kemudiannya dipanggil dan ditugaskan untuk membunuh Zakki. Akhirnya Rasyid berhasil membunuh Zakki. Pada akhirnya Rasyid kembali menjadi Guru Besar di pondok persilatan, dia sekarang sudah menikah dengan Haswa, dan mempunyai dua anak laki-laki. Mereka menjadi keluarga yang bahagia dan harmonis. Rasyid menjadi Guru Besar yang baik hati dan bijaksana, dia tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan. Pondok persilatan sekarang menjadi ramai dan para muridnya menjadi pesilat yang kuat, tangguh, dan baik hatinya.



Nama          : Putri Eka Zulviana
No. Absen  : 28
Kelas           : X6
Si Hakim
Di sebuah desa terdapat keluarga yang hidupnya pas-pasan. Desa itu tepatnya di Desa Bumijo Kecamatan Jetis, Yogyakarta. Keluarga tersebut terdiri dari Abdullah dan Mariam yaitu sepasang suami istri yang memiliki satu putra yaitu Abdul Hakim. Hakim adalah anak yang  baik dan penurut kepada kedua orang tuanya. Sehari-hari ia membantu orang tuanya bekerja untuk tetap bertahan hidup. Ia selalu membantu ayahnya dipagi hari dan membantu ibunya di sore hari. Ia melakukan semua itu tanpa mengeluh dan terus bersemangat. Ia selalu bermimpi untuk bisa bersekolah seperti teman-temannya. Akan tetapi ia tak bisa sekolah karena orang tuanya tidak sanggup membayar biaya sekolahnya.
            Pada pagi harinya, Abdullah memanggil hakim. Hakim pun datang dan bertanya kepada ayahnya ada sebab apa sehingga ayahnya  memanggilnya pagi-pagi sekali. Ayahnya pun mengatakan bahwa Hakim dapat bersekolah di Jakarta bersama pamannya. Hakim pun merasa senang, tetapi juga sedih. Dia senang karena dia bisa sekolah, sedangkan dia juga merasa sedih Karena dia harus berpisah dengan kedua orang tuanya. Akhirnya Hakim menyetujui  hal tersebut meskipun harus berpisah dengan orang tuanya. Ia berpikir bahwa dirinya harus menuntut ilmu setinggi-tingginya agar bisa menjadi orang yang sukses dan membahagiakan orang tuanya.
            Hari demi haripun berlalu. Tiba saatnya hakim harus pergi ke Jakarta untuk menuntut ilmu. Ia pun berpamitan dengan ayah dan ibunya. Kemudia Hakim pun berangkat ke Jakarta. Sesampainya di sana, ia disambut baik oleh keluarga pamannya. Pamannya bernama Affandi dan Bibinya bernama Ifa. Mereka sangat penyayang dan ramah. Keesokan harinya, Hakim dan Pamannya pergi ke sekolah untuk pendaftaran. Hakim pun diterima di sekolah tersebut. Sekolah Menengah Pertama 1 Jakarta. Hari demi hari dilewati  Hakim dengan semangat dan gembira. Hakim merupakan salah satu siswa yang pandai di SMP 1 Jakarta. Banyak yang suka pada Hakim. Anak perempuan di sekolahnya sudah tak asing lagi dengannya. Hakim pun jatuh cinta dengan seorang gadis cantik yang bernama Zulfa. Mereka saling suka dan selalu bertemu untuk belajar bersama. Mereka berdua sangat akrab.  
            Suatu hari, SMP 1 Jakarta berselisih dengan SMP 2 Jakarta. Sepulang sekolah semua siswa SMP 2 bersiap-siap untuk melawan SMP 1. Hakim ikut serta juga dalam tawuran ini. Mengetahui hal tersebut, pamannya sangat marah. Sehingga menasihati Hakim dirumah dan mengatakan bahwa akan segera memindahkannya ke pondok pesantren. Hakim pun hanya menurut dengan apa kata pamannya. Meskipun didalam hatinya sangat berat untuk berpisah dengan gadis yang dicintainya, yaitu Zulfa.Tiga hari kemudian, Hakim telah dipindahkan ke Pondok Pesantren Tambak Mas. Ia menuntut ilmu disana dengan istiqomah. Setelah 3 bulan berada dipondok, ia merasa rindu dengan kekasihnya di Jakarta. Ia berharap dapat bertemu dengannya dikemudian hari.
             Hari Jum’at pun telah tiba. Saatnya libur sekolah. Hakim dengan kawan-kawannya pergi keluar pondok untuk refreshing sejenak. Ketika di perjalanan, tak disangka-sangka olehnya tepat didepan matanya Zulfa. Gadis yang sangat ia cintai. Hakim pun segera menemui Zulfa dan mengobrol dengannya. Teman Hakim yang mengetahui hal tersebut melaporkan kepada Kyai Pondok. Setelah Zulfa pulang, Hakim kembali ke pondok. Sesampainya dipondok ia dipanggil oleh Pak Kyai. Setelah sampai menghadap Pak Kyai, Hakim diberi hukuman olehnya. Hakim dikeluarkan dari Pondok Pesantren Tambak Mas arena ketahuan pacaran di luar lingkungan pondok. Akhirnya Hakim pun menyadari segala kesalahannya dan ikhlas dengan keputusan Pak Kyai . Ia pun secara sah telah dikeluarkan dari pondok sebagai hukuman atas perbuatannya.



Nama             : Rifqi Nadaa Nabiilah
Nomor           : 29
Kelas              : X MIPA 6

JANJI YANG HILANG
        Lusiana adalah gadis  cantik nan cerdas. Umurnya baru saja menginjak 19 dan dia baru saja lulus dari SMA dan dia diterima  di Universitas yang berada di Inggris tepatnya di universitas oxford, universitas yang memiliki rating yang bagus di tingkat internasional  itu.Berkuliah bersama di Universitas oxford itu adalah salah satu impiannya bersama Jacob, namun Jacob gagal memasuki universitas itu dan Jacob akan melanjutkan di universitas yang berada di Perancis. Jacob adalah teman dekat dari Lusiana. Jacob memiliki paras yang tampan  nan baik hati. Lusiana dan Jacob sering bertemu dan menghabiskan hari hari bersama. Tampaknya Jacob memiliki rasa suka kepada Lusiana saat mereka berada di bangku SMP.
Sebelum mereka berangkat ke Universitas masing – masing , mereka menyempatkan untuk berjalan jalan ke mall tempat mereka biasa menghabiskan waktu libur. Mereka mampir di salah satu cafeteria. “ Jac apakah kamu akan melupakanku saat kau sudah berada di perancis nanti” Tanya Lusiana .” Tentu saja tidak, aku janji kepadamu setelah kita lulus dari universitas kita akan berlibur bersama ke tempat impianmu yaitu Maldives” Dengan wajah gembira pun Lusiana pun menjawab “ Tentu saja Jacib itu adalah tempat impianku”.
            Hari keberangkatan pun tiba. Mereka pergi ke bandara bersama . Dan mereka mengucapkan janji untuk saling bertemu lagi. Raut wajah mereka yang sedih , tidak rela untuk pergi jauh dari sahabatnya. Setelah beberapa jam Lusiana tiba di Inggris . Nampaknya lusiana kedinginan karena udara disana menunjukkan angka 6 derajat celcius. Lusiana langsung pergi ke rumah kos untuk beristirahat dan menyiapkan hari pertamanya kuliah esok, di sela sela istirahatnya Lusiana pun melamun teringat akan janji Jacob yang indah itu, rupanya Lusiana juga memiliki rasa terhadap sahabatnya Jacob. Lusiana pun tidak ingin larut dalam kesedihannya itu.Lusiana pun berjalan jalan ke pusat kota untuk sekedar berjalan jalan dan membeli makanan ringan. Di tengah jalan ada aroma yang sangat harum ternyata itu bau dari penjual cheesecake. Lusiana pun membeli sebuah cheesecake yang harganya 12 poundsterling. Harga yang mahal untuk sepotong cheesecake. Lusiana pun pergi ke taman untuk mencari bangku taman untuk menikmati cheesecake yang telah ia beli tadi. Namun saat ia sudah menemukan bangku taman, lusiana pun jatuh karena tertabrak oleh seorang pemuda yang tampan dan cheesecake lusiana jatuh dan mengotori baju kesayangan lusiana. “Gimana sih kamu, jalan itu pake mata!!” Lusiana pun geram Karena cheesecake yang mahal itu jatuh sia sia.” Maaf maaf saya tidak sengaja” sahut pemuda tampan itu.”Kok kamu bisa bahasa Indonesia?” “Oh tentu , saya adalah mahasiswa dari Indonesia”. Dan mereka pun melanjutkan pembicaraan di bangku taman dan tidak lupa pemuda itu menggati cheesecake lusiana yang baru dan mereka bertukar nomor untuk saling berkomunikasi.

            Hari – hari yang telah dilalui oleh Lusiana sangat menyenangkan Karena ada pemuda tampan itu sebagai ganti dari sahabatnya Jacob. Ternyata pemuda tampan itu menyukai dan mencintai Lusiana. Mereka pun pergi ke café dan Pemuda itu berencana menyatakan cintanya kepada lusiana. Namun tidak disangka Jacob juga berada di café itu, Rupanya Jacob memberikan kejutan untuk lusiana . Jacob tahu bahwa itu lusiana dan Jacob mengamati pemuda itu , dan pemuda itu menyatakan perasaannya kepada Lusiana. Jacob pun geram dan langsung  menghajar pemuda tampan itu. Lusiana langsung melerai mereka berdua. Dan lusiana  mengajak Jacob ke kost nya untuk beristirahat.

            Ke esokan harinya Lusiana dan Jacob pergi  ke bigben untuk jalan jalan bersama. Namun pemuda tampan itu mengikuti Jacob & Lusiana . Setelah sampai ke bigben mereka langsung menuju ke rumah makan dengan pemandangan jam bigben yang indah itu. “ Lusiana kau telah menjadi teman terbaikku saat ini dan hatiku telah memilihmu untuk menjadi calon istriku” Lusiana belum sempat menjawab dan peluru langsung menempus kepala Jacob sehingga Jacob tergeletak di lantai, lusiana pun menangis hebat. Jacob langsung dibawa ke rumah sakit terdekat namun, nyawa pujaan hati Lusiana itu sudah tidak dapat tertolong. Rupanya yang menembak Jacob adalah pemuda tampan itu. Pemuda itu tidak terima atas tonjokan yang diterima dari Jacob tersebut.

            Hari – hari yang dilewati lusiana pun kelam. Sahabat yang dicintainya pun telah tiada. Lusiana pun mengingat ingat kenangan manis bersama Jacob. Dan satu lagi Janji yang dicapkan Jacob belum menjadi kenyataan. Namun, lusianan tetap percaya behwa kebaikan akan selalu bersama orang yang sabar.




Nama             : Royan Falaqun Nizar
No                   : 30
Kelas              : X6

Si Taat Mail
            Di sebuah desa di daerah Jawa Timur. Terdapat lima orang anak kecil yang berama Mail, Fizi, Ehsan, Upin dan Ipin. Mereka adalah lima sahabat yang selalu bermain bersama. Sebagian dari mereka tidak dapat bersekolah karena tidak mampu untuk membayar SPP. Salah satunya adalah Mail. Neneknya  tidak bisa lagi membayar uang sekolah Mail. semua penghasilan neneknya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Hal ini dirasakan pula pada Fizi dan Ehsan. Tetapi lain halnya dengan Upin dan Ipin, mereka adalah orang kembar yang berasal dari keluarga yang berkecukupan.
            Suatu sore ketika mereka sedang bermain, Mail terlihat sedang sedih dan coba untuk memikirkan sesuatu. Para sahabatnya pun bertanya kepada Mail apa yang membuat Mail merasa sedih. Mail menceritakan apa yang menjadikan dia merasa sedih. Dia bercerita bahwa dia ingin membahagiakan kedua orang tuanya yang telah tiada. Untuk itu ia berkeinginan untuk tinggal di pondok pesantren. Para sahabatnya pun berkeinginan mengikuti cara Mail untuk membahagiakan kedua orang tua mereka.
            Setelah pulang ke rumah mereka semua meminta izin kepada kedua orang tuanya supaya diizinkan untuk menuntut ilmu di pondok pesantren. Termasuk Mail yang meminta izin kepada neneknya agar boleh menuntut ilmu di pondok pesantren. Karena Mail memiliki niat yang baik yaitu untuk membahagiakan orang tuanya yang telah tiada, neneknya pun megizinkannya untuk menuntut ilmu di pondok pesantren. Tetapi lain halnya dengan Upin dan Ipin mereka diizinkan untuk menuntut ilmu di pondok pesantren setelah berumur 12 tahun dan telah lulus dari sekolah dasar. Mail dan para sahabatnya pun setuju untuk masuk ke pondok pesantren setelah mereka berumur 12 tahun.  
            Hari yang dinanti pun tiba, kelima sahabat itu akan berangkat menuju Pondok Pesantren Ar-Rohman yang berada di Provinsi JawaTengah. Sebelum berangkat mereka berpamitan kepada orang tua mereka masing-masing. Begitupula dengan Mail yang berpamitan kepada neneknya. Mereka berangkat dengan tekad yang kuat untuk mencari ilmu. Di dalam hatinya, Mail merasa khawatir dengan neneknya yang sekarang tiggal di rumah sendiri. Tetapi tekadnya yang bulat telah mengalahkan kekhawatirannya itu.
            Sesampainya di pondok pesantren, kelima sahabat itu pun mulai beradaptasi dengan lingkungan di pondok pesantren. Hari demi hari dilalui mereka dengan perasaan bahagia dan senang.  Mereka sangat giat dan aktif dalam pondok pesantren tersebut. Terutama Mail yang sangat giat dalam menjalankan semua tugas dan kewajiban di pondok pesantren.
            Karena Mail merupakan santri yang aktif dan giat, lama kelamaan dia mulai dikenal di kalangan para ustaz dan ustazah di pondok pesantren tersebut. Tak hanya dikenal oleh para ustaz dan ustazah, Mail pun banyak dikenal oleh para santri dan santriwati. Banyak santriwati yang menyukai Mail, namun Mail hanya menyukai santriwati bernama Susanti. Susanti pun menyukai Mail karena Mail adalah santri yang baik dan rajin.
            Setelah 5 tahun berada di pondok pesantren, Mail telah mendapatkan berbagai penghargaan dari para ustaz di pondok pesantren tersebut. Mail juga mendapatkan gelar santri paling rajin selama dua tahun belakangan ini. Para sahabat dan teman-teman Mail pun sangat bangga dan kagum atas keberhasilan Mail. Tetapi di lain pihak, ada dua orang santri yang tidak suka dengan keberhasilan Mail. Kedua santri itu bernama Jarjit dan Zul.
            Tahun demi tahun dilalui mereka di dalam pondok pesantren tersebut. Tak terasa ternyata sudah 8 tahun mereka menuntut ilmu di pondok pesantren tersebut. Kini mereka semua telah berumur 20  tahun. Pada umur 20 tahun ini Mail dijadikan sebagai santri yang paling di sayang dan disukai oleh Ustaz Dalang yang merupakan pimpinan sekaligus pemilik dari Pondok Pesantren Ar-Rohman.
            Mail pun menjadi lebih rajin dan giat lagi dalam  setiap kegiatan di pondok pesantren tersebut. Selain itu dia juga menjadi lebih hormat dan taat kepada Ustaz Dalang. Sahabat-sahabatnya pun merasa kagum dan bangga akan tetaatan Mail kepada sang ustaz.
            Pada suatu hari, Mail dipanggil oleh Ustaz Muthu untuk menemui Ustaz Dalang. Ustaz Muthu merupakan wakil pemimpin di pondok pesantren itu. Dia ditugasi oleh Ustaz Dalang untuk memanggil dan mengantarkan Mail menemui Ustaz Dalang. Ustaz Dalang ingin memberikan sebuah tugas kepada Mail. Tugas tersebut adalah mencarikan air zam-zam yang berada di tanah Saudi Arabia sana.
            Mail pun segera melaksanakan tugasnya dan bergegas untuk berangkat menuju Saudi Arabia. Sebelum berangkat Mail berpesan kepada para sahabatnya untuk tidak memberitahukan kepergiannya kepada santri-santri lain. Selain itu Mail berpesan jika ditanya kemana Mail pergi, mereka harus memberi tahukan bahwa Mail pulang ke rumahnya di Jawa Timur.
            Mengetahui bahwa Mail sekarang tidak berada di pondok pesantren. Jarjit dan Zul merasa sangat senang. Selain itu mereka juga merencanakan sebuah rencana yang bisa membuat Mail dikeluarkan dari pondok pesantren tersebut. Akhirnya mereka melancarkan rencana jahat mereka dengan melapor kepada Ustaz Dalang bahwa Mail telah menjelekkan nama baik Pondok Pesantren Ar-Rohman dengan berbuat zina di luar sana. Padahal sebenarnya Mail tidaklah melakukan hal seburuk itu.
            Mendengar laporan dari Jarjit dan Zul, Ustaz Dalang langsung marah dan menyuruh Ustaz Muthu untuk mengeluarkan Mail dari pondok pesantren tersebut. Ustaz Muthu pun mencoba menenangkan Ustaz Dalang dan meyakinkan bahwa Mail tidak mungkin melakukan hal seburuk itu. Namun karena sudah sangat marah dan kecewa Ustaz Dalang pun tidak ingin lagi melihat wajah Mail dan melarang Mail untuk kembali ke pondok pesantren itu.
            Sesaat setelah mendengar kabar bahwa Mail telah dikeluarkan dari pondok pesantren karena telah berzina di luar sana, sahabat-sahabatnya pun tidak terima. Mereka tidak percaya bahwa Mail melakukan hal seburuk itu dan menyakini bahwa Mail telah difitnah oleh seseorang. Ehsan adalah sahabat Mail yang paling bersikeras ingin menemukan siapa sebenarnya yang telah memfitnah sahabat sejatinya itu.
            Setelah selesai mengambil air zam-zam dari Saudi Arabia, Mail langsung kembali dan ingin menyerahkan air tersebut kepada Ustaz Dalang. Saat sampai di depan gerbang masuk pondok pesantren, Ustaz Muthu menghalangi dan menceritakan apa yang telah terjadi saat Mail pergi untuk mencari air zam-zam. Akhirnya Mail menginap di rumah Ustaz Muthu untuk sementara waktu dulu.
            Di dalam pondok pesantren sedang terjadi keributan yang sangat besar. Ehsan akhirnya bisa mengetahui siapa yang telah memfitnah sahabat sejatinya. Ehsan berkelahi dan menyekap Jarjit dan Zul di dalam suatu rungan yang merupakan rungan inti di pondok pesantren tersebut. Ustaz Dalang pun tidak dapat membuka ruangan tersebut karena telah dikunci oleh Ehsan dari dalam. Ustaz Dalang menyesal karena telah mengeluarkan Mail yang ternyata hanya difitnah oleh Jarjit dan Zul. Selain itu dia tidak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan ulah Ehsan.
            Ustaz Dalang tahu bahwa hanya Mail yang dapat menenangkan si Ehsan, tetapi apalah daya Mail telah diusirnya. Lalu Ustaz Muthu langsung menceritakan bahwa Mail sebenarnya tidak keluar dari pondok pesantren melainkan disembunyikannya di rumahnya sendiri.
            Ustaz Dalang lansung mengutus Ustaz Muthu untuk memanggil Mail. Mail pun datang dan langsung mencoba untuk membujuk Ehsan. Bujukan Mail pun berhasil, dan Ehsan pun mau keluar dari ruangan tersebut. Setelah keluar Ustaz Dalang langsung mengeluarkan Ehsan, Jarjit, dan Zul dari pondok pesantren karena telah berbuat sesuatu yang jahat. Sebenarnya hal yang dilakukan oleh Ehsan adalah  hal yang baik karena telah membela sahabatnya yang tidak bersalah, tetapi caranya yang salah.
            Setelah Ehsan dikeluarkan dari pondok pesantren sahabat-sahabat lainnya ikut untuk mengundurkan diri dari pesantren karena telah merasa cukup untuk menuntut ilmu di pondok pesantren tersebut. Susanti pun juga ikut mengundurkan diri dari pesantren tersebut dan akhirnya menikah dengan Mail dan memiliki  dua putra. Sahabat-sahabat lainnya juga mengikuti Mail untuk menikah. Akhirnya mereka hidup bahagia dengan keluarganya masing-masing.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anekdot Kelompok

Anekdot Individu Absen 21-30